Beberapa tulisan dari Saudara Budi Pasopati merupakan sebuah kritikan yang sifatnya konstruktif terhadap PKS. Sejatinya sih murni mengkritisi, namun Saudara Budi terjebak sendiri oleh komentar yang menghiasi tulisannya.
Jika Saudari Budi ingin clear dalam mengkritik tanpa ada tendensi apa-apa, seharusnya komentar yang bernada profokativ sebaiknya di delete, namun hal ini tidak dilakukan dan hal ini terkesan pembiaran untuk menghujat habis partai Islam terbesar di Indonesia ini, seperti postingan yang akan kami sajikan nanti.
Dalam postingan terlihat ia mencoba mencari-cari benang merah terhadap organisasi/lembaga/partai dakwah yang sudah tidak diragukan lagi jiwa semangat kenasionalisannya di Indonesia. Lantas apa sebenar tujuannya menulis, apakah agar mengesankan kepada Kompasianer bahwa semua institusi itu patut dipertanyakan jiwa nasionalismenya? Apakah beberapa institusi diluar itu memiliki kesalahan jika ikut membesarkan PKS sebagai Partai Dakwah?
Mengapa saya mengatakan demikian, karena beberapa komentar dari orang lain dan komentar Saudara Budi terkesan mengeneralisir semua kesalahan itu ada pada diri PKS. Walaupun terkadang ia mengkritik personal dari partai tersebut, namun dilain waktu disengaja atau tidak tuduhan tersebut ditujukan pada sebuah partai. Hal ini sebenarnya sudah diingatkan oleh Saudara Wahyudi, tapi rupanya hal itu tidak membuat komentator memahami maksud baiknya. Begitulah, kalau ada orang yang mengingatkan atau sekedar memberikan pembelaan terhadap PKS sudah pasti akan disebut taqlid buta, membeo, fanatik, tidak rasional dan istilah lainnya yang sangat miris. Namun kalau pembelaan itu dinisbatkan kepada pengkritik PKS maka hal tersebut adalah sah-sah saja.
Apapun dalih yang dikemukakan Saudara Budi, tetapi jika dilihat dari tulisan-tulisan yang dibuatnya tidak bisa dibantah lagi lebih cenderung menyerang PKS. Saya tidak tahu apakah penulis memiliki banyak pengalaman traumatik terhadap partai ini atau mungkin pernah dizholimi sehingga membuat kritikan yang terkadang sangat tendensius. Walloohua'lam.