Mohon tunggu...
Aziz Baskoro Abas
Aziz Baskoro Abas Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang Nulis

Doyan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Shalat Khusyuk Hanya Mitos?

23 April 2019   19:11 Diperbarui: 23 April 2019   19:54 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : nyantriyuk.id

"Bagaimana cara sholat yang khusyuk?"

Pertanyaan tersebut muncul dalam sanubari gue beberapa tahun silam, tepatnya ketika kelas 1 SMA. Namun, pertanyaan tersebut tak kunjung mendapat jawaban yang pas. Gue juga hampir tidak menemukan dalil spesifik yang membahas cara-cara shalat khusyuk. Hanya ada satu dalil spesifik yang gue temukan, yaitu  hadits baginda Rasulullah yang berbunyi "Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku sholat." (HR. Bukhari Muslim).

Dalil tersebut menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana kita mengetahui sholatnya Rasulullah, sedangkan kita tidak hidup pada jamannya. Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya gue mendapatkan kumpulan puzzle jawaban demi jawaban menunjukan keterkaitan satu sama lain dari pertanyaan beberapa tahun silam. 

Memahami Arti Bacaan Sholat

Ada sebuah ceramah yang sempet gue dengar, penceramah tersebut menganjurkan agar mengetahui arti bacaan dalam sholat. Hal itu bertujuan untuk dapat lebih menghayati proses ibadah sholat.

Proses Pra Sholat

Perlahan gue mulai menyadari bahwa ada proses sebelum mengerjakan sholat. Mulai dari proses kesucian dari hadats dan najis, kesucian tempat dan pakaian, hingga proses wudhu dan tayamum. 

Kumpulan proses-proses tersebut saling berkaitan. Karena proses tersebut nantinya akan mempengaruhi sah atau tidak sahnya sholat. Jadi, kuncinya adalah sah terlebih dahulu. Logikanya, bagaimana mau khusyuk jika tidak sah?

Maka tidak heran apabila dalam pelajaran fiqih dasar, Bab pertama selalu tentang Toharoh (bersuci) dan alat bersuci, lalu dilanjutkan bab tentang wudhu dan tayamum, dan setelahnya baru bab tentang sholat.

Filosofi dari Gerakan Sholat

Banyak yang berpendapat bahwa sholat adalah sebuah bentuk penghadapan. Dan baru-baru ini gue temukan filosofi gerakan sholat dalam konteks 'menghadap Tuhan'.

Gerakan takbir adalah tanda menyapa. Oleh karena itu, bacaannya adalah bentuk pujian (Allahu Akbar). Karena dalam diplomasi, awal pertemuan selalu dilantunkan pujian.

Gerakan ruku' adalah tanda penghormatan. Belum cukup hanya dengan menyapa. Dalam budaya Jepang yang disebut Ojigi, membungkuk atau ruku' adalah tanda penghormatan terhadap lawan bicara.  Asal-usul budaya Ojigi di Jepang mungkin berkaitan dengan gerakan ruku' dalam sholat.

Gerakan 'Itidal adalah tanda bahwa Allah telah menerima dan mendengar sapaan dan penghormatan . Oleh karena itu, bacaanya adalah Sami'Allah... .

Gerakan sujud adalah tanda menghamba. Setelah sapaan dan penghormatan diterima, sujud adalah gerakan yang cukup logis dalam konteks menghadap. Pada jaman dahulupun ketika menghadap raja-raja, pasti ada ritual khusus. Tak cukup hanya sekedar menyapa.

Sujud juga merupakan bukti bahwa kita tunduk dan mengakui terhadap segala kuasanya. Oleh karena itu, kita yang berstatus hamba, sudah seharusnya tunduk dan patuh terhadap-Nya. Ingat, kita sedang berhadapan dengan Tuhan. Jangan samakan berhadapan dengan mahluk. Pasti ada ritual khusus ketika berhadapan dengan-Nya. Termasuk gerakan sujud.

Gerakan duduk diantara dua sujud adalah tanda memohon. Setelah menyapa, menghormat, dan menghamba, ada kalanya kita memohon. Begitu juga ketika menghadap atasan ditempat kerja. Alasan paling kuat ketika menghadap atasan adalah menyampaikan laporan dan permohonan. Oleh karena itu, bacaanya adalah do'a atau permohonan (rabbigfirli...)

Gerakan Tasyahud adalah tanda dimulainya interaksi. Setelah menyapa, menghormat, menghamba, dan memohon, barulah kita bisa memulai interaksi. Interaksinya juga cukup terbatas dan prosedural. Dimulai dengan pujian (Attahiyyatul...), lalu ucapan salam kepada Nabi (Assalamu'alaika...), dilanjutkan dengan ucapan kesaksian dan pengakuan (Dua kalimat Syahadat), bersholawat kepada Nabi, dan diakhiri dengan berpamitan lewat ucapan salam (Assalamu'alaikum...).

Ketika selesai menghadap, tanpa sadar kita terikat oleh komitmen ketika sholat (ketika menghadap Tuhan). Komitmen tersebut tertuang ketika membaca dua kalimat syahadat. 

Apabila kita lalai akan perintahnya dan terbukti melanggar aturannya, berarti secara tidak langsung kita telah mengkhianati komitmen yang kita ajukan sendiri ketika menghadap-Nya. Mungkin disinilah keterkaitan adanya dalil bahwa sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Kesimpulan ini belum dapat dipastikan benar dan belum tuntas seutuhnya. Tapi, setidaknya bisa dijadikan petunjuk bagi diri pribadi untuk berusaha semaksimal mungkin melaksanakan sholat agar masuk dalam kategori khusyuk. Kesimpulan ini juga telah gue diskusikan dengan guru. Beliau hanya berpendapat, "Selama baik dan tidak melanggar syari'at, boleh-boleh saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun