Mohon tunggu...
M Abdul Arif
M Abdul Arif Mohon Tunggu... -

Lahir di Kudus 11 Mei 1989. Bergiat di SECAC (Semarang Cartoon Club). Ilustrator Tabloid Amanat & Majalah Sastra Soeket TekiSemarang.Sekretaris Redaksi SKM Amanat IAIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Universitas Facebook

18 Maret 2012   14:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:52 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

#1
“Farah, terima kasih selama ini telah memotivasiku. Kini aku benar-benar senang sebentar lagi mimpiku terwujud.” Aku masih ingat betul kalimat terakhir yang kau ucap sebelum kita berpisah.


Ya, kukira tiga tahun sangatlah cukup untuk sekadar merajut persahabatan. Bangku SMA yang mempertemukan kita ternyata menciptakan jalinan yang tak bisa kita tinggalkan. Dan kau telah menyatu di hatiku. Kau tahu, betapa ngilu dadaku usai wisuda SMA saat itu.


Namamu dan teman-teman lainnya disebut-sebut kepala sekolah saat pidatonya.  Kau pasti senang telah diterima di universitas ternama di negeri ini. Aku juga masih ingat, kau menyambut dengan tawa histeris saat namaku juga disebut kepala sekolah.


Lalu aku hanya menyunggingkan bibir dengan terpaksa. Aha, mungkin kau senang aku juga diterima di universitas kota ini meski tak lagi bersamamu. Tapi kau tak melihat bukan, tatapan ayah dan ibuku di pojok sana. Wajahnya seketika mendung. Entahlah, sejurus kemudian kulihat hujan merintik di pipinya.


Di antara tawamu, aku mencuri waktu untuk menangis.  Tangis yang barangkali muncul tiba-tiba. Padahal jauh-jauh benar telah kupersiapkan menyambut wisuda. Sambutan bukan dengan tangisan, tapi persiapan itu mungkin belum matang.


#2
“Farah, kau punya  facebook ndak?” begitu tanyamu suatu pagi lewat sms. Aku yang baru saja mencuci piring tergagap membaca pesanmu. Lama tak kubalas. Kuabaikan saja pesanmu. Lantas kutanyakan kepada anak majikan, Vina perihal facebook. Ia masih SMA. Dan bersyukurlah aku, ternyata ia punya facebook. Kumohon ia membuatkan facebook untukku.


“Ya aku punya,masih di bawa Vina”, kujawab pesanmu. Kau tahu, tiap kali kau bertanya sesuatu, aku bingung menjawabnya. Kau tahu sendiri bukan, aku orang desa tak tahu apa-apa. Tapi mungkin kau kira aku sedang membaca buku di bangku universitas.


Seminggu lalu kau bertanya statistika. Untung saja ingatan SMAku masih segar. Lantas kujawab sebisanya. Kau malah ketawa ketika kau tanya berapa IPku. Aku hanya menjawab Rp. 700.000 perbulan dan masih dibawa juragan. “Jangan bercanda ah”, begitulah kau menutup perbincangan kita lewat sms.


#3
“Farah, kau di sini?,” kau terkejut melihatku. Aku biasa-biasa saja. Aku tahu, pasti kau ke rumahku lantas ibuku memberimu alamat rumah ini.


Maafkan aku selama ini telah berbohong kepadamu. Sekarang kau tahu sendiri, bukan? Aku tidak kuliah di universitas. Aku seorang pembantu. Dan terima kasih kau telah mengajariku banyak hal. Jika kau tak menanyaiku ini-itu, aku takkan belajar banyak. Terima kasih, Tin.


Lantas kau memeluk tubuhku. Kau menangis. Aku juga. Haru. Seperti SMA dulu.
“Aku kuliah di Universitas Facebook,” kataku. Dan tangismu tiba-tiba menjadi tawa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun