Mohon tunggu...
Abdu
Abdu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Keperempuanan

laki-laki yang berasal dari cirebon, sebuah kota yang dijuluki dengan kota wali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan dan Pernikahannya

10 Januari 2023   08:24 Diperbarui: 17 Januari 2023   13:40 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: koleksi penulis

Kendatipun bayi yang terlahir dari pernikahan dini dapat bertahan hidup, akan tetapi ada kemungkinan besar bayi itu mengalami keterlambatan perkembangan, kesulitan dalam belajar, gangguan perilaku, dan kecenderungan mengulangi lingkaran serupa dengan orang tuanya itu pun besar: menikah dini di kemudian hari. Risiko terakhir lebih tinggi bila anaknya juga perempuan, hal ini selaras dengan sebuah pepatah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya" yang tak asing lagi di telinga kita.

Perempuan yang melangsungkan pernikahan terlalu dini pada (minimal di usia 14 tahun) justru paling rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat Pendidikan pasangan suami-istri (akibat putus sekolah) membuat mereka tidak sadar akan hak-hak mereka sebagai istri, ibu, ayah, suami dan manusia yang sejatinya. Apabila kemudian pada akhirnya mereka ditelantarkan suami (atau suami mereka meninggal), mereka pun akan kesulitan mencari sumber penghidupan yang layak agar kelangsungan hidupnya tetap berjalan semestinya. Hingga pada akhirnya, julukan "beban keluarga" pu akan kembali dirasakan oleh orang tua, bahkan bisa saja mereka rentan terjebak dalam dunia prostitusi, meski mungkin niat utamanya sebuah kebenaran hanya untuk menghidupi diri sendiri dan anak-anaknya akan tetapi jalan dan caranya adalah sebuah kesalahan yang mutlak.

Perempuan yang menikah dini juga rentan mengalami depresi, terutama bila dinikahkan secara paksa. Haknya untuk menentukan jalan hidupnya sendiri telah dirampas, sehingga kondisi emosionalnya menjadi labil. Tidak hanya rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah-tangga, perempuan pun dapat menjadi pelaku, misalnya menjadi penyiksa anak.

Lalu, bagaimana dengan solusi untuk mengatasi akibat pernikahan dini?

Solusi dari penikahan dini ini tidak hanya keluarga saja. Masyarakat dan pemerintah memiliki andil yang harus mereka lakukan dengan menangani masalah ini. 

Menurut Mark Pierce dari Plan International, kombinasi dari peningkatan dalam ranah pendidikan, pemberdayaan dari segi ekonomi, akses layanan kesehatan reproduksi yang baik, dan penegakan hukum serta kebijakan dalam masalah ini akan memicu perlindungan terhadap anak yang akan dapat mengatasi masalah akibat pernikahan dini.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun