Mohon tunggu...
Abdi Khalik
Abdi Khalik Mohon Tunggu... Auditor - --Pengamat--

Meninggalkan jejak melalui tulisan. Cek tulisan lainnya -Http://artikelbermanfaat100.blogspot.co.id-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Alasan Mengapa Saya Jarang Kumpul dengan Teman-teman

11 September 2018   05:56 Diperbarui: 11 September 2018   06:01 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com

Walaupun sebagai introvert, keinginan saya untuk bersama dengan teman-teman masih tetap ada. Menjadi introvert memang lebih banyak berinteraksi dengan diri  sendiri (penuh pertimbangan). Kaitannya dalam hal ini, berbagai ajakan dari teman patut saya pertimbangkan sebelum menerimanya. 

Berbagai pertimbangan muncul seperti, tidak ada kesesuaian dengan teman yang ikut ngumpul, tempatnya terlalu ramai nanti ngobrolnya tidak efektif, lokasinya jauh atau tempat ngumpulnya terlalu mewah, dan alasan klasik lainnya.

Ya, terlalu banyak pertimbangan menyebabkan pikiran negatif kerap muncul, seperti terlalu khawatir akan resiko yang mungkin terjadi. Alhasil saya kerap dicap sebagai orang yang tidak menyenangkan.hmhmh. Mungkin saja, dicap menjadi orang yang kurang menyenangkan untuk hangout adalah faktor kenapa seorang introvert jarang ngumpul.

Jadi begini, saya tidak menyukai hal-hal yang membuat tidak produktif atau terlalu banyak membuang banyak waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Apalagi disaat waktunya bekerja, kita malah sibuk melakukan banyak hal yang membuat pekerjaan kita menumpuk.

Apalagi nongkrong di tempat hits nan mahal. Sebagai anak baru di tempat kerja apalagi diusia produktif ini, saya harus pandai-pandai mengatur keuangan. Sering ngumpul berarti duit juga banyak melayang kan. hahaha. 

Saya sadar dan setuju mengambil waktu untuk refresing memang perlu dilakukan, tapi ngumpul bareng teman ditempat hist seperti cafe atau restoran mahal bukan menjadi satu-satunya option kan? bisa di taman kampus atau tempat umum dengan biaya untuk ngumpul atau makan di pinggir jalan selagi masih bisa bertatap muka, ngobrol, dan sharing bersama teman atau sahabat, fine fine saja kan? Kenapa mesti di tempat mahal jika obrolan efektif bisa kita dapatkan di tempat-tempat gratis.

Mungkin selama ini di dalam pemikiran kita, jika tak mengikuti arus bersama yang lain mungkin kita menjadi orang asing di lingkungan sekitar. Inilah kelebihan seorang introvert yang cenderung tidak mengikuti arus seperti yang lain. Menjadi beda, bukan berarti salah.

Adakalanya momen untuk ngumpul bareng adalah momen sakral bagi beberapa teman karena lama terpisah jarak dan waktu diantara mereka. Jadi, untuk bisa menciptakan momen yang tak terlupakan atau hanya sekedar mencari tempat terkenal saja (agar lebih mudah ditemukan tempatnya) maka tempat-tempat berkelas pun menjadi pilihannya.

Sah-sah saja bagi mereka yang melakukan hal-hal di atas, toh uang mereka, energi mereka. Hanya saja bagi saya, hal ini masih sulit untuk bisa srek dihati. Selain itu, sering ditemukan ngumpul bareng menjadi ajang gosip, ajang pamer, dan ajang untuk menunjukkan kekurangan orang lain. Saya pernah ngumpul bareng teman dan menjadi objek dalam percakapan (ini sering terjadi dan bukan hanya saya saja). 

Mulai dari pembahasan seputar fisik saya dan lain-lain. Saya seperti orang asing diantara mereka. Sebenarnya saya bisa membedakan mana yang hanya bahan bercandaan, kan wajar sesama teman, tetapi untuk beberapa kasus itu sudah melewati batas toleransi.

Satu contoh lagi, saya pernah diajak ngumpul oleh teman-teman di sebuah tempat yang menurut saya mahal, tempat itu sesuai dengan kondisi mereka yang bisa dikatakan para kaum eksis dan berduit. Saya sadar, saya tidak bisa menghadiri undangan itu dan saya yakin saya tidak cocok untuk bisa berbaur dengan mereka. Jika saya memaksa kehendak diri sendiri bisa jadi saya menjadi seperti seorang munafik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun