Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setelah Kepergianmu

12 Desember 2020   10:17 Diperbarui: 12 Desember 2020   10:24 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang ganjil ketika kamu tak lagi disini
Aku teramat takut menyapamu terlalu pagi.
Bahkan tidurku selalu sibuk untuk mengingatmu.
Ketika mataku terpejam seakan duniaku mencekam.
Yang tanpa di sadari wajahmu hadir setiap kali aku menutup mata.

Berulang kali aku tukar posisi tidurku, hanya untuk mencari bagian empuk yang tak ada wajahmu.
Bahkan aku rela menjauhi bantal kesayanganku.
Harus kau tau, malam-malamku sepi selepas kau pergi
Tidak percaya? Tanyakan saja pada bantal kesayanganku.
Yang selalu rela basah oleh bulir-bulir bening ketika mengenangmu

Ainul Hidayah
Pagiku kini tak lagi hangat dengan senyuman tipis ketika membaca chatingan konyol tadi malam seperti dulu.
Setelahmu, pagiku terasa beku ketika terbangun dan meraih ponselku, lalu berakhir dengan diam terpaku.
Tak ada lagi pesan singkatmu di situ sejak kamu pergi.

Aku menjadi pecandu tidur yang tak ingin lelap terlalu larut.
Dengan harapan dalam panjangnya lelap tidurku, kamu hadir mengucapkan 'Aku mencintaimu selamanya'.

Aku bosan dengan pertanyaan mereka yang terus menanyakan tentang kamu.
Yang seakan tak boleh sedikitpun untuk melupakan kamu.
Aku jadi benci hari-hariku tanpa kekonyolanmu yang selalu mengukir tawa.

Aku jadi benci tempat tongkrongan yang sering kita datangi berdua setiap kali bertemu.
Aku benci menjawab pertanyaan perihal di mana kamu dan mengapa kita seperti ini.
Aku berharap kamu tidak merasa terusik dengan tulisan ini, ketika kamu tak sengaja membacanya.
Ada yang lain ketika kamu tak disini..
Aku terlalu takut menyapamu lewat sosial media di setiap pagi aku membuka mata.

Aku takut ketika membuka ponselku dan menemukan tulisanmu tentang aku.
Kini aku menjadi seorang pengecut yang takut melihat aktifitas sosial mediamu tentang keadaanmu dan di mana kamu berada.
Namun pada kenyataannya puncak rasa pengecutku adalah ketika tak mampu menghapusmu dari hari-hariku.
Aku merasa seperti sosok asing bagimu yang tak pernah kau kenal.

Kepergianmu juga membawa separuh jiwa dan warasku.

Tak ada yang sama denganmu, bahkan mereka yang datang menyapaku setelahmu tetap sama saja.
Bahkan kuanggap mereka seperti kerikil-kerikil yang tak sebanding denganmu.
Aku ingin seperti sosokmu yang polos, lugu, namun tetap tegar.

Aku yang sekarang terlalu bimbang untuk melangkah hingga terlalu sombong menanamkan harapan bahwa kamu akan kembali dalam hari-hariku suatu saat nanti.

Maafkan aku ...
Mungkin aku sosok yang telah dan terlalu lama nyaman bersama bayangmu, Ainul.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun