Mohon tunggu...
Abd Rahman
Abd Rahman Mohon Tunggu... Guru - Sebagai Guru di Sekolah Dasar

Saya biasa dipanggil Rahmanesto, saya aktif diberbagai komunitas sosial, pendidikan dan kepemudaan. saya suka menulis berita, opini dan puisi. suka dengan perubahan dan kemajuan, terbuka untuk semua kalangan, suka diskusi dan hobi bersepeda, kulineran dan nonton musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Prof.Dr.Ngainun Naim: Empat Kata Kunci Menulis dengan Mudah

28 Januari 2023   00:08 Diperbarui: 28 Januari 2023   06:22 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumen Poto KBRN PGRI). 

Suasana malam begitu hening, jalanan mulai sepi dan hujan datang bersama angin yang melambai-lambaikan pepohonan. Seperti biasa diemperan rumah. Saya duduk sendirian menikmati segelas kopi sambil membaca percakapan yang mulai menggetarkan suasana hati. 

Tiba-tiba, grup whatsapp di Handphone mulai ramai. Ada puluhan chat yang sudah antre belum saya baca. Ternyata, grup KBMN PGRI sudah memasuki pertemuan ke-9, Angkatan-28.
Narasumber malam ini begitu hebat, beliau merupakan seorang Guru Besar, yaitu: Prof. Dr. Ngainun Naim, M. H. I., Moderator, Lely Suryani, S. Pd., SD.

Berikut, Biodata dan Curriculum vitae Prof. Dr. Ngainun Naim S:
Nama: Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I.
Tempat Tanggal Lahir: Tulungagung, 19 Juli 1975. Pangkat/Jabatan/Golongan:
Pembina Tk. 1/Guru Besar/(IV/b). Riwayat Pendidikan Formal, SDN Sambidoplang Sumbergempol Tulungagung, lulus tahun 1988. MTsN Tunggangri Kalidawir Tulungagung, lulus tahun 1991. MAN Denanyar Jombang, lulus tahun 1994. S-1  STAIN Tulungagung, lulus 1998, S-2  Studi Islam Universitas Islam Malang (UNISMA), lulus tahun 2002. S3 Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 2011.

Karya Tulis Buku:
Menulis Itu Mudah (2021)
Islam Radikal dan Deradikalisasi (2020).
Aktualisasi Pemikiran Islam Multikultural (Akademia Pustaka, 2020). Literasi dari Brunei Darussalam (Akademia Pustaka, 2020). Spirit Literasi (Akademia Pustaka, 2019). Teraju (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017). Proses Kreatif Penulisan Akademik (Akademika Pustaka, 2017). Merawat Nusantara (Malang: Genius Media, 2017). Menipu Setan, Kita Waras di Zaman Edan (Jakarta: Quanta, 2015).
The Power of Reading (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2013). Character Building (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi, Cet. IV (Yogyakarta: Arruzz-Media, 2008). Islam dan Pluralisme Agama (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014). Self Development: Personal, Sosial, dan Spiritual (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2015). 35 Kompasianer Merajut Indonesia (buku bersama) (Jakarta: Kompas, 2013).
Merajut Kerukunan Antarumat Beragama (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2012). Pengantar Studi Islam (Yogyakarta: Gre Publishing, 2011). Sejarah Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: Teras, 2009). "Resiko Menawarkan Pemikiran Liberal", dalam Ulil Abshar-Abdalla, dkk, Islam Liberal dan Fundamental: Sebuah Pertarungan Wacana (Yogyakarta: eLSaQ, 2003). Teologi Kerukunan, Mencari Titik Temu dalam Keragaman (Yogyakarta: Teras, 2011). "Krisis dalam Dunia Pendidikan, Dimensi Kemanusiaan, dan Pengembangan Nalar Spiritual", dalam Akhyak (ed), Meniti Jalan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003). Rekonstruksi Pendidikan Nasional, Membangun Paradigma yang Mencerahkan (Yogyakarta: Teras, 2009). Konservasi Lingkungan Berbasis Tradisi (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2011).Spirit Literasi (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2019). Resolusi Menulis (SPN Grup, 2017). The Power of Writing (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015). Dan beberapa buku lainnya. Jumlah semua buku 47 judul.

Malam ini saya mendapatkan amanah itu menyampaikan materi WRITING IS EASY?
Memulai kelas menulis malam ini, Prof Ngainun Naim menyampaikan penjelasan terkait bagaimana cara menulis.

"Saya tidak akan menjelaskan bahwa menulis itu mudah atau sulit. Saya hanya ingin mengajak Bapak Ibu sekalian bisa menulis. Caranya satu: dengan menulis." Tulis, Prof. Ngainun Naim.

Menurut beliau, menulis itu tidak sulit dan kita bisa menulis dimana saja dan kapan saja. Intinya saya ingin menyampaikan salah satu kunci menulis yang mudah. (1) Menulislah hal-hal sederhana yang kita alami. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami. Kemudian, Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan.
"Ya. Jadi ya apa yang kita alami sehari-hari. Tulis saja. Jangan takut salah atau jelek." Paparnya.

Kemudian, Kunci ke (2): jangan menulis sambil dibaca lalu diedit.
"Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Nulis itu ya nulis.
Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas." Sambungnya.

Beliau menambahkan, agar kita tidak beban dalam menulis."Terus saja menulis. Nah, selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer. Jangan dibaca dulu. Begitu caranya. Cari suasana psikologis yang berbeda.Istilahnya ENDAPKAN DULU. Saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca. Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki." Pesannya.

Pengalaman beliau, sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, beliau selalu membaca ulang tulisannya.
"Bisa sekali atau dua kali. Prinsip saya, sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Kenapa? Karena tulisan kita adalah jejak kita." Sambungnya.

Sedangkan,kunci yang Ke (3) menulis tentang perjalanan.

"Ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat. Kita semua sangat sering melakukan perjalanan. Saya sendiri baru sampai di rumah jam 18.20 setelah dari Jakarta tadi siang. Nah, apa-apa yang kita lakukan di perjalanan bisa kita tulis. Jika Bapak Ibu rekreasi, tulis saja hal-hal yang Bapak Ibu alami. Itu mudah karena kita menjalaninya."tambahnya.

Setelah ketiga kunci tersebut, Prof. Dr. Ngainun Naim beliau menambahkan satu kunci terakhirnya untuk bisa dijadikan pedoman dalam menulis.

"Baik, saya akan berikan satu lagi kunci menulis yang membuat menulis menjadi mudah, yaitu MENULIS SECARA NGEMIL." Tulis, Prof. Naim.

Menurut beliau, menulis itu jangan terlalu banyak namun harus rutin dan konsisten.
"Sedikit demi sedikit. Saya nyaris setiap hari menulis beberapa jenis tulisan. Tidak banyak. Untuk blog atau Kompasiana, saya menarget 3-5 paragraf. Untuk artikel jurnal, saya menarget 1 paragraf. Itu target minimal. Itu yang saya perjuangkan. Pagi saya menulis artikel jurnal 1 paragraf. Sampai di kantor saya menulis untuk blog. Paling 1-2 paragraf." Menutup, penjelasan-nya.

Setelah di buka sesi tanya jawab, saya mencoba menanyakan hal yang sering saya alami dalam kegiatan menulis.

"Assalamu'alaikum. Saya Rahman Dari Sumenep Madura. Ijin bertanya Prof. Ditengah kesibukan Prof Naim masih bisa enjoy dan membagi waktunya walau dalam perjalanan masih bisa menghasilkan sebuah karya dan cerita yang bagus. Apakah ada hal yang bisa kami lakukan sebagai penulis pemula agar bisa rilek menulis. Terkadang konsentrasi buyar disaat asik menulis namun tiba-tiba ada gangguan datang tiba-tiba. Kedua, kami masih sulit membagi waktu. Terkadang butuh suasana sepi ide saya baru muncul dengan natural. Terima kasih, "Itu pertanyaan saya pada narasumber.

Berikut jawaban beliau:
"Waalaikumsalam. Saya berusaha menikmati semua yang saya kerjakan. Kesibukan itu bukan hambatan menulis. Kuncinya komitmen yang dijalankan dengan riang gembira. Jika ada orang beralasan sibuk lalu tidak menulis, saya hampir yakin ketika banyak waktu luang pun juga tetap tidak menulis. Konsentrasi itu soal latihan. Sebaiknya memang ketika menulis, HP dimatikan. Itu gangguan terbesar.Jadi fokuslah dan teruslah berlatih." Pesannya.

Lebih lanjut, Prof.Naim menjelaskan jika lawan terbesar seorang penulis adalah bagaimana mengendalikan dirinya sendiri.

"Lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. Saya juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, saya mengabaikan itu. Pokoknya saya menulis saja. Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. Saya sampai sekarang masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis?".

Sungguh kelas yang sangat mencerahkan. Malam ini saya dan teman lainnya dianugerahkan kesempatan bisa berkomunikasi dengan beliau. Seorang Guru Besar yang juga seorang yang ahli dalam kepenulisan. Terima kasih banyak ilmu dan kesempatannya Prof. Dr. Ngainun Naim. Semoga kebaikan Bapak dibalas oleh Allah SWT. Aamiin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun