Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memalukan, Pembagian Daging Kurban Kok Ricuh?

12 September 2016   22:31 Diperbarui: 13 September 2016   12:08 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini lihat beberapa pemberitaan televisi isinya soal ricuh pembagian daging kurban. Sungguh memalukan, hanya membagikan 350-500 paket daging kurban saja ricuh, calon penerima harus antri berdesak-desakan, berebut, bahkan sampai ada yang pingsan. Ini apa maksudnya? Televisinya yang konyol apa panitia yang tidak becus membagikan daging kurban? 

Di mushola dekat penulis tinggal baru saja diadakan penyembelihan hewan kurban, satu ekor sapi, setelah selesai, jadilah 300 paket daging kurban yang dikemas dalam plastik, dibagikan door to door, selesai dalam waktu tidak lebih dari dua jam, tak ada antrian, tak ada kericuhan. Panitia kurban masjid sebelah juga menyembelih empat ekor sapi dan beberapa ekor kambing, ya jadi sekitar 1.200-an paket daging kurban, dibagikan ke jama’ah tanpa antrian, tanpa kericuhan.

Membagikan daging kurban itu perkara yang sederhana, tidak perlu repot, tidak perlu antri, tidak perlu ricuh. Kalau sampai terjadi yang demikian ini pasti ulah sohibul hajat, sohibul qurban beserta panitianya yang tidak becus dalam bekerja membagikan daging kurban yang paling cuma5 ons per paketnya, sungguh memalukan sekaligus memilukan. Siapa sih sohibul qurban yang masih pakai model pembagian jadul begitu?

Ini biasanya dilakukan oleh “oknum” bos, pejabat dan politisi sebagai ruang untuk pencitraan. Salah satu akibat buruknya adalah,kadang-kadang ada insiden saat antri tersebut, dari yang sekadar pusing kepanasan, pingsan, dan bisa terjadi korban jiwa juga. Belum lagi kalau calon penerima membawa balita, sudah antri lama giliran terakhir malah paket dagingya sudah habis, oh tiwas amat! Dan ini sudah sering terjadi di berbagai daerah dan banyak diberitakan oleh media. Ingin popularitas naik, jangan lah mengekpolitasi kemiskinan warga. Miskin kok dipamer-pamerkan?

Buat para bos-bos, para pejabat, para politisi, para balon bupati/walikota/gubernur maupun caleg yang mau berbagi daging kurban, tidak usahlah mengundang para calon penerima ke rumah Anda. Bikin saja panitia kecil, bagikan door to door seperti yang dilakukan panitia kurban di masjid/mushola di desa-desa. Proses pembagian lancar, tidak repot dan jangan khawatir, nama Anda sebagai bos yang dermawan dan baik hati tetap akan terkenang di hati masyarakat di lingkungan Anda. Memang, ikhlas itu tempatnya di dalam hati, tapi berbagi daging kurban dengan cara antri kesannya jadi kurang ikhlas, lebih cenderung pamer (riya). Wallohu a’laam.. (Banyumas; 12 September 2016)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun