Mengisi waktu hari libur nasional, 17 Agustus 2022, di awal pagi dengan kegiatan kesukaan menjadi lebih asik. Upacara detik-detik proklamasi pun masih sangat lama untuk dinikmati.Â
Agenda rutin 17-an di lingkungan pun masih tertutup gelapnya dini hari. Untuk menunggu itu semua kayaknya mendingan pilih aktivitas yang bikin hepi hati.
Hening dini hari menemani niat dan langkah. Sekedar meringankan beban istri tercinta yang sudah bersusah payah mendampingi saya selama sakit. Istri pun sebenarnya dalam keadaan sakit.Â
Suara batuk kering yang lebih sering terdengar. Rasa sakit ditutupi dengan sikap optimis. Bisa dibayangkan, Â sekelurga, berlima orang, secara bergiliran sakit.Â
Saya, si kakak, dan anak bungsu yang hampir berbarengan sakit tenggorokan. Â Alhamdulillah pagi itu tangan dan kaki diringankan Sang Kholik, sehingga beberapa pekerjaan selesai.
Menoleh sajadah di tempat shalat. Seakan mengajak nurani, mari bercerita tentang niat dalam bujuk rayu doa seorang hamba. Lama tak kulakukan, sekarang ada kesempatan, tancap gas saja. Â Kuadukan segala hasrat, beban di hati aku sampaikan. Aku tidak mau gelisah. Dini hari masih diberikan kepada mahluk. Aku bagian dari waktu itu. Masih ada waktu untuk bersujud. Tersungkur kening hamba. Engkau Yang Maha Tinggi.
Masih ada kesempatan untuk menengok kiri dan kanan, barangkali ada pekerjaan tertunda. Kucoba mata lebih membelalak lagi. Ingatan pun kupacu kencang agar terbuka pekerjaan yang belum selesai. Namun jawaban indra ini sama saja. Sudah beres. Tidak ada lagi yang harus dikerjakan.
Merenung sejenak tentang pekerjaan seorang istri yang juga bekerja di luar rumah. Dia harus bangun lebih awal sebelum suami dan anak-anak. Selesai tunaikan shalat, bergegas ke dapur. Memanaskan air untuk dirinya juga keluarga.Â
Menanak nasi kalau belum ada, bahkan harus pergi ke warung membeli bahan makanan jika makanan belum siap. Bagaimana jika masih ada anak kecil yang juga sudah bangun bersama ibunya. Waduh urusan ini dan itu, bagi waktu antara pekerjaan satu dengan pekerjaan lain seperti apa ya?
Mencoba memahami peran seorang istri yang sekaligus ibu. Aku duduk sendiri di  samping meja makan. Aku tengok ke kanan, ke arah mesin cuci. Waktu seperti ini biasanya istri saya sudah menggunakannya. Namun kesibukan mesin cuci belum nampak. Hanya pikiran positif saja yang kugunakan. Dia kecapaian mengurusi saya dan dua anak yang sakit juga kerjaan kantornya.