Mohon tunggu...
Abang Suher
Abang Suher Mohon Tunggu... Penulis - Tulis yang kamu kerjakan, kerjakan yang kamu tulis

Tinggal di Parepare, kota Pendidikan di Sulawesi Selatan, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam Agama Akhlak

9 Agustus 2020   22:44 Diperbarui: 9 Agustus 2020   22:48 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhlak merupakan kata serapan dari bahasa Arab atau al-Quran. Sepadan dengan istilah budi pekerti, sopan santun, etiket, tata krama, integritas, moral dan berbagai kata yang terkait dengan sifat atau perilaku manusia. Akhlak adalah kebiasaan baik dan buruk manusia. Contoh jika seseorang suka dan senang menolong orang lain, maka disebut akhlakul karimah dan jika perbuatan tersebut kurang baik disebut akhlakul madzmumah.   

Sebagian orang kerap lupa, jika esensi ajaran agama khususnya Islam itu adalah akhlak mulia. Rasulullah Saw sendiri menegaskan bahwa sesungguhnya alasan dari kerasulannya untuk menyempurnakan (menyebarkan) akhlak mulia bagi manusia. Beliau bahkan pernah ditanya oleh para sahabat: "Wahai Rasullulah, apakah agama itu?", Rasulullah Saw menjawab, "Agama itu akhlak yang mulia" (Ahmad, Hakim, dan Baihaqi).

Orang yang beragama tercermin dari akhlaknya, jika akhlaknya mulia maka kualitas keagamaannya juga semakin tinggi. Sebaliknya, jika akhlaknya buruk maka kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt juga rendah. Keimanan dan ketaqwaan termanisvestasi dalam sifat, sikap dan perilaku seseorang muslim.

Rasulullah Saw merupakan referensi utama (tauladan) dari akhlak mulia itu sendiri. Persaksian akhlak mulia Rasulullah Saw banyak terungkap dari berbagai keterangan hadis.  Aisya r.a. mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah "Al-Qur'an". Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu' yang tiada tandingnya.

Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur. Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah sosok yang paling sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah.  

Jika menelusuri perkembangan Islam, sesungguhnya akhlak mulia Rasulullah Saw merupakan kekuatan dan kunci kesuksesan Islamisasi bangsa Arab yang jahiliyah. Dakwah bil mau'izatul hasanah mampu mencairkan hati bangsa quraiys yang keras, merubah kebencian menjadi cinta, dan kekafiran menjadi hidayah. Bangsa Arab yang dikenal sebagai bangsa jahilyah, hedonis, dan barbarian dalam sekejap berubah menjadi bangsa yang beradab.

Dakwah Rasulullah Saw dengan akhlak mulia merupakan bentuk revolusi sosial atau revolusi mental yang perlu menjadi acuan dunia dalam membangun peradaban. Kehancuran bangsa-bangsa terdahulu lebih dikarenakan karena mengalami degradasi moral atau akhlak mulia, baik para pemimpin mau pun masyarakatnya. Misalnya Fir'un dan Qarun, hancur karena kesombongan dan ketamakannya. Negeri Hijr, Tsamud, suku 'Aad, Madyan, dan lain-lain adalah negara-negara terdahulu yang hancur karena degradasi akhlak masyarakatnya.

Dewasa ini, Indonesia tengah diperhadapkan pada degradasi akhlak. Dimana-mana terjadi penyimpangan sosial. Pada elit kekuasaan (pemimpin) terjangkiti penyakit korupsi, kolusi, sewenang-wenang dan dzalim. Masyarakatnya saling membenci, saling fitnah, saling bullying, dan saling bertipu daya. Sepertinya akhlak saling hormat, saling menghargai, cinta kasih dan empati antara sesama tiba-tiba lenyap dari keberadaban bangsa ini. Indonesia sedang menjauh dari jati dirinya yang ramah, santun,  nyaman dan aman.

Fenomena ini tentu menjadi ironi. Sebab Indonesia merupakan negara relegius, dimana seluruh rakyatnya adalah orang beragama. Bahkan kurang lebih 80% diantaranya beragama Islam. Islam merupakan roh Indonesia yang tidak bisa dipisahkan apalagi dibentur-benturkan. Meski bukan negara Islam, Indonesia berpeluang mewujudkan negara Madinah. Sebuah negara yang didirikan Rasulullah Saw atas dasar persamaan dan keadilan. Masyarakatnya yang plural dan majemuk, tetapi hidup penuh kedamaian dalam peradaban Islami.

Syaratnya, masyarakat Islam Indonesia khusus para elit pemimpinnya harus mampu mengejewantahkan ajaran-ajaran akhlak yang telah dipraktekkan Rasululullah Saw, baik dalam berdakwah mau pun sebagai pemimpin umat. Sejatinya, ketauladanan Rasulullah Saw dalam akhlak mulia menjadi pilar dalam jejak berbangsa dan bernegara. Akhlak mulia ala Rasulullah Saw harus menjadi spirit dan mewarnai peradabaan kebangsaan Indonesia. Allahu 'alam bisshawab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun