Buruknya sistem penyaluran logistik, sistem perlindungan dan lambatnya pengambilan keputusan serangan oleh pejabat tinggi militer Rusia sering dilontarkan oleh Prigozhin setelah grup wagner ditarik dari arena pertempuran.
Prigozhin semakin menjadi-jadi tatkala mengkritik habis kelemahan militer Rusia dan mulai membanggakan kehebatan daya juang tentara Ukraina.
Dalam masa penantian perpanjangan kontrak baru belum pasti (akibat masih adanya perbedaan pendapat) Prigozhin bersama komandan tinggi Wagner sejak awal Juni 2023 menyusun sebuah rencana demonstrasi berani mati yang disebut "March to Justice" atau pawai untuk keadilan.
Konsepnya adalah:
- Protes dan unjuk kekuatan pada 23 Juni 2023 dalam bentuk perubahan kepemimpinan militer Rusia bukan menggulingkan pemerintahan Rusia. "We started our march because of an injustice. We went to demonstrate our protest and not to overthrow power in the country," ujar Prigozhin sebagaimana dikutip dari Aljazera.
- Sasarannya Kementerian Pertahanan kantor The Shoutern Military District di Kota Rostov-on-Don.
- Sebagian lainnya bergerak ke Kota Moskow.
Faktanya pawai itu memang berjalan damai namun sempat menegangkan. Ketegangan bukan saja di Rusia, juga di hampir seluruh dunia terutama kelompok negara barat pendukung Ukraina yang memonitor detik demi detik perkembangan yang mereka sebut pemberontakan tentara bahklan kudeta militer.
Pejabat tinggi dan para ahli dan analis barat mulai mengambil aneka kesimpulan negatif dan menyeramkan tentang Rusia. Sementara itu media barat mulai berani menilai kehancuran Rusia sudah diambang pintu.
Kesimpulan seperti itu tidak salah, karena pasukan Wagner telah sepenuhnya menguasai Kota Rostov-on-Don pada 24 Juni 2023. Kantor distrik militer selatan diduduki tanpa sebutir peluru terdengar.
Tentara dan polisi Rusia tidak terlihat di sekitar kantor militer tersebut. Namun warga Kota Rostov-on-Don mulai turun ke jalan menolak dukungan terhadap Wagner dan menyebut mereka pengkhianat atau upaya pengkhianatan terhadap Rusia.
Jalan menuju ke Moskow dari luar Kota Rostov mulai dipasangi barikade aneka penghalang. Sejumlah penembak jitu di sepanjang jalan utama mulai menempati posisi berbagi tugas menghentikan konvoi yang akan bergerak ke Moskow.
Dalam ketegangan tersebut Prigozhin ternyata bertemu Aleksandr Lukashenko, Presiden Belarusia di sebuah tempat yang belum diketahui (tampaknya di Belarus) membicarakan negosiasi.
Tampaknya Lukashenko memberi pandangan luas pada Prigozhin dan Wagner tentang keutamaan persatuan dan kesatuan Rusia sehingga melunakkan ambisi Prigozhin.