Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Bagaimana UEFA-WHO Siasati Covid-19 dalam Piala Eropa 2020

26 Juni 2021   14:52 Diperbarui: 2 Juli 2021   16:11 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi : FIFA and WHO work together to kick COVID-19 (FIFA.com)

Pertandingan perdana penyisihan UEFA Euro 2020 (piala Eropa 2020) di stadion Olimpico, Roma pada 12 juni 2021 lalu antara Italia dan Turki seakan-akan memberi tanda peluit hiburan sepak bola kelas eropa telah dimulai.

Babak penyisihan telah tuntas dan mengantarkan negara-negara yang lolos ke pentas 16 besar kejuaraan piala Eropa (setiap 4 tahun sekali).

Mulai hari ini, babak 16 besar akan dimulai, diawali pertandingan Wales vs Denmark dari stadion Amsterdam Arena, Belanda.

Di luar membahananya genderang pertandingan piala Eropa 2020, mengapa ditulis dengan judul piala Eropa 2020, padahal diselenggarakan pada 2021?

Turnamen piala Eropa yang digelar pertama sekali pada 1960 (awalnya hanya terdiri 4 negara saja : Rusia, Yugoslavia, Perancis dan Cekoslovakia) secara tertib dan teratur telah diselenggarakan setiap 4 tahun sekali oleh UEFA (European Football Championship).

Turnamen terakhir diselenggarakan di Perancis pada 2016. Semestinya turnamen atau kejuaraan terkini diselenggarakan pada 2020 namun akibat pandemi Covid-19 telah menyerang seluruh benua berpotensi menyerang siapapun tak kecuali pemain, panitia dan petugas UEFA.

Oleh karenanya penyelenggaraan piala Eropa semestinya digelar mulai 13 Maret 2020 2020 pun diundur jauh ke belakang hampir setahun lamanya ke tanggal 12 Juni 2021 lalu (sampai kini).

Sejak 13 Maret 2020, sekjen UEFA Theodore Theodoridis melakukan konsolidasi marathon jarak jauh (conference video call) dengan pejabat teras Wold Health Organization.

Setelah melalui beberapa kali koordinasi dicapai solusi tentang cara pelaksanaan bersyarat yakni berbasis pada protokoler kesehatan Covid-19, diantaranya pelaksanaan pertandingan "tanpa" penonton.

Setelah itu pada 17 Maret 2020 UEFA melakukan kordinasi lanjutan dengan berbagai elemen terkait langsung seperti pemerintah negara Eropa, penyelenggara Bundesliga, La Liga, Ligue 1, Liga Primer, Seri A, Asosiasi klub Eropa dan lain-lain.

Dari sana UEFA merumuskan bahwa piala eropa 2020 akan dilaksanakan pada 12 Juni 2021 (waktu Indonesia) hingga 11 Juli 2021. Dari sana juga UEFA menentapkan tema atau moto "Live it For Real" kira-kira menitip semangat "Hidup itu nyata."

Entah apa makna dibalik moto atau tema tersebut pada 17 Maret 2020 UEFA mengumumkan nama pelaksanaan kejuaraan tersebut tetap "UEFA Euro 2020."

Faktanya UEFA telah membuktikan semangat hidup itu memang nyata pada program mereka. Di tengah pandemi Covid-19 semangat olah raga mampu menciptakan persatuan tidak saja di Eropa tapi ke seluruh dunia, ke pelosok desa yang mampu menangkap atau menjangkau siaran sepak bola.

Untuk sesaat orang-orang telah melupakan teror virus corona dengan 11 varian baru yang diumumkan WHO beberapa waktu lalu namun di sisi lain WHO juga memberi izin terselenggaranya "pesta sepak bola rakyat" di seluruh dunia, dengan catatan protokoler sebagaimana tertuang dalam surat edaranUEFA.

Beberapa hal penting dari sana adalah :

  • Jarak aman antara penonton minimal 4 meter
  • Penjualan tiket melalui cara personal (online) dan tidak ada tiket (penonton) berdiri
  • Cegah penonton mendekati tribun pemain, tim dan panitia
  • Mengukur suhu tubuh penonton dan memakai masker
  • Menyediakan disinfektan dan air bersih yang wajib tersedia di luar stadion
  • Hindari kerumunan atau berkelompok
  • Panitia menggunakan aplikasi pelacak kontak covid-19 (penonton)
  • Menghindari sistem pembayaran cash
  • Pemegang tiket tidak diperkenankan masuk (hadir) jika terakhir kali tes  positif  pada 14 hari sebelumnya
  • Pemegang tiket juga dilarang hadir jika pernah melakukan kontak dengan orang yang terkena Covid-19 minimal 14 hari sebelumnya
  • Dan lain-lain aturan ketat dapat dilihat pada sumber diatas

Mampukah penonton, panitia dan UEFA melaksanakan protokoler kesehatan diharapkan WHO yang tertuang pada surat edaran UEFA di atas?

Berdasarkan fakta yang terjadi di dalam dan luar stadion pembaca pasti dapat menyimpulkannya sendiri.

Namun dampak terlaksana atau tidak protokoler kesehatan itu akan terjawab usai kejuaraan paling bergengsi di Eropa itu terlaksana. Dari sana nanti akan terjawab apakah itu terselenggara dengan baik atau sekadar formalitas.

Jika dari sana ternyata kasus penderita Covid-19 berkembang biak WHO pasti menyalahkan UEFA. Lantas UEFA menyalahkan penyelenggaran. Kemudian seperti efek domino penyelenggara menyalahkan stadion dan pada akhirnya penontonlah menjadi muara akhir dari kesalahan tersebut.

Penonton dan masyarakat butuh hiburan guna terlepas dari penatnya hidup dihantui Covid-19 meskipun sesaat, salah satunya menonton sepak bola. 

Seketat apapun syarat protokoler kesehatan Covid-19 yang diterapkan musti dihadapi dengan solusi dan cara yang seimbang.

WHO, UEFA dan koleganya telah memperlihatkan contoh bagaimana mengemas sebuah rencana menjadi sebuah pertunjukan yang apik dengan syarat khusus di tengah pandemi Covid-19.

Bagaimana dengan liga kita, mau adopsi cara tepat mensiasatinya seperti diperlihatkan dalam kolaborasi WHO dan UEFA di atas?

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun