Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Israel Tidak Akan Binasakan Palestina Seketika, Ini Sebabnya

26 Mei 2021   06:50 Diperbarui: 26 Mei 2021   07:01 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Streaks of light are seen as Israel's Iron Dome anti-missile system intercept rockets launched from the Gaza Strip towards Israel, as seen from Ashkelon, Israel, May 12. (photo credit: AMIR COHEN/REUTERS)

Berdasarkan data yang diperoleh dari macrotrend.net dalam studinya tentang Anggaran Belanja / Pertahanan Militer Israel 1960-2021, alokasi anggaran untuk belanja militer Israel berkisar antara 5,2% - 5.94% dari total PDB (antara tahun 2010-2019). 

Khusus untuk belanja militer di tahun 2019 saja, Israel menghabiskan 20,46 miliar dollar AS atau hampir 294 triliun rupiah. Bandingkan dengan belanja anggaran militer Indonesia pada tahun yang sama dengan 7,66 miliar dolar AS atau Singapura, negara Asia Tenggara dengan belanja militer tertinggi cuma dengan 11,2 miliar dolar AS saja untuk tahun yang sama.

Jika anggaran pertahanan dan militer ini dijadikan tolok ukur kekuatan militer di Timur Tengah, hanya Arab Saudi yang mampu menyamai pengeluaran militer Israel. 

Dengan alasan apapun tidak proporsional membuat perbandingan antara Israel dengan Palestina atau Hamas meskipun ada anggapan Palestina telah membuat Israel teperangah dalam konflik terkini 2021.

Terkait hasil akhir konflik 11 hari tersebut, dengan sejumlah alasan Israel mengatakan mereka menang. Sebaliknya dengan sejumlah pembelaan, Palestina juga merasa sebagai pemenang.

Tanpa menyepelekan kekuatan militer Israel disebutkan di atas dan perlawanan heroik Palestina kita menyebutnya "Israel menang perang (war) dan Palestina menang pertempuran (battle)." 


Dalam 11 hari konflik terkini sebanyak 17 ribuan bangunan dan rumah serta 53 sekolah, 6 rumah sakit, 6 masjid dan pusat terowongan Palestina hancur lebur termasuk sejumlah fasilitas publik. 

Korban tewas di pihak Palestina mencapai 250 orang termasuk seratusan milisi Hamas dan aliansinya. Dua ribuan orang terluka dan 72 ribuan orang kehilangan tempat tinggal akibat gempuran Israel.

Sementara itu perlawanan Hamas hanya dapat merusak beberapa ratus rumah, bangunan, kendaraan dan fasilitas umum Israel. Jumlah korban jiwa di pihak Israel hanya 12 orang dan puluhan orang terluka tapi menyebabkan kecemasan pada ratusan ribu orang Yahudi.

Dari angka-angka tersebut mungkin saja kita dapat menarik benang merah bahwa Israel memenangkan perang (War) dalam konflik 11 hari tersebut.

Di sisi lain, Palestina memenangkan pertempuran (Battle) terutama pada 2 hari terakhir sebelum tercapai gencatan senjata. 

Israel mengandalkan serangan udara saja melalui serangan rudal, artileri, mortar, helikopter dan pesawat tempur serta dron bersenjata. Pasukan Kavaleri dengan tank supermodern masih sebatas dipersiapkan.

Hamas juga masih menyimpan milisi siap tempur menghadapi tank (kavaleri) Israel dengan senjata anti tank (ATGM), tapi dapat diprediksi tingkat kehancuran diderita Palestina pasti semakin massif.

Pasukan infanteri darat Israel juga masih di cadangkan melihat secepat apa proses penaklukan Palestina pasca serangan udara sejauh atau sedalam apa dampaknya.

Palestina bakal menghadapi infanteri Israel dengan mengeluarkan bomber bunuh diri yang dapat menimbulkan kerugian massal terhadap pasukan infanteri Israel.

Meski fokus dengan serangan udara saja telah meluluh lantakkan Palestina sebagaimana disebutkan di atas tapi tak mampu melemahkan perlawanan Palestina sehingga menimbulkan pertanyaan besar: ada misi Benyamin Netanyahu (apa) dibalik konflik Palestina - Israel terkini.

Warga Israel mulai mencium aroma pribadi Netanyahu dibalik ganasnya Israel terhadap Palestina yakni untuk melanggengkan kekuasaannya pada periode mendatang tapi sayangnya mengorbankan ketenangan warga Israel bahkan menimbulkan kecemasan berlarut-larut.

Ambisi itu juga memperkeruh suasana damai yang telah terjalin dengan sejumlah negara Arab bahkan sebaliknya dapat memperdalam phobia klasik yakni anti-semit di mana-mana tidak saja di negara Arab tapi di seluruh dunia.

Beberapa menteri kabinet Israel mengecam karena tidak adanya serangan komando ke Gaza. Serangan itu juga dinilai gagal, selain tidak mampu menghancurkan terowongan strategis Hamas juga tidak mampu menargetkan pentolan Hamas di Gaza yakni Yahya Sinwar dan Mohammed Deif.

Popularitas Benyamin Netanyahu sesungguhnya telah turun sejak dua tahun terakhir seiring makin berkurangnya kursi partai Likud yang dipimpinnya di Knesset dari 32 kursi pada Maret 2020 menjadi 30 kursi pada 30 Maret 2021.

Ironisnya lagi selama dipimpin Benjamin Netanyahu jumlah kursi partai Likud di Knesset mengalami penurunan terburuk sejak pertama sekali Likud  dipimpin Menachem Begin (1973). 

Pada pemilu legislatif 1999 anggota partai Likud yang mampu "bertengger" di Knesset pernah hanya 19 orang saja. Prestasi terburuk partai Likud sebelumnya terjadi pada pemilu legislatif 1992 saat dipimpin Yizhak Shamir, 32 orang anggota dewan dari Partai Likud bertengger di sana.

Situasi tak sedap ini bikin "Bibi" peras otak menjalin koalisi (tapi gagal) dengan beberapa partai oposisi guna melanggengkan jabatannya sekaligus menghindari upaya penuntutan korupsi dan perpecahan partai sayap kanan di dominasi Yahudi. Sumber: Aljazera.

Untuk meningkatkan popularitasnya "program klasik" pun berulang kembali, sasarannya adalah Palestina atau Hezbollah (Iran) sekali-sekali dengan Suriah. Dengan isu perang, anti teror atau ancaman kedaulatan teritorialnya kekuatan militer Israel beraksi melibas musuhnya terutama paling mudah terhadap Palestina. 

Jika perang terjadi berarti warga Israel akan berlindung di balik pemerintah berkuasa termasuk berlindung pada militer yang diatur oleh pemerintah berkuasa dan inilah yang diharapkan di balik strategi klasik para pemimpin negara zionis Israel.

Dengan demikian hampir dapat dipastikan Israel tidak akan pernah memusnahkan Palestina secara langsung maupun tidak langsung. Inilah strategi mengapa konflik Palestina berulang-ulang dan terus berulang setiap menjelang pemilu atau menaikkan pamor pemimpinnya.

Mereka justru memelihara isu Palestina dan juga Hezbollah, Iran guna menjadi komditas politik yang dituangkan dalam program klasik oleh para pemimpin negara tersebut.

Komoditas itu diolah agar memiliki nilai tambah, setidaknya menambah waktu para pemimpin Isarel yang haus berkuasa.

Jika dahulu dikemas murni di balik ratapan Palestina, kini sudah berubah, musti dikemas dibalik potensi serangan roket, dron peluncur granat dan pembom bunuh diri Palestina.

abanggeutanyo.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun