Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Agar Lockdown Tidak Jadi "Smackdown" Seperti India

30 Maret 2020   18:40 Diperbarui: 30 Maret 2020   21:21 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indian migrant workers wait to board buses to return to their home villages as a nationwide lockdown continues on March 28, 2020, on the outskirts of New Delhi, India. Gambar : CNN.com

25.  Kesehatan masyarakat dapat dijadikan sebagai dasar untuk membatasi hak-hak tertentu agar negara mengambil langkah-langkah terkait adanya ancaman serius bagi kesehatan penduduk ataupun individu anggota masyarakat. Langkah-langkah ini harus secara khusus ditujukan untuk mencegah penyakit atau cedera atau memberikan perawatan bagi mereka yang sakit dan terluka.

26.  Harus memperhatikan regulasi kesehatan internasional yang diatur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Terkait dengan poin 26 di atas, pemerintah harus memperhatikan regulasi yang diatur dalam pelaksanaan Lockdown mempertibangkan panduan dari WHO (PBB).

Berdasarkan prinsip Siracusa yang diadopsi PBB dalam menghadapi situasi ancaman memburuknya kesehatan masyarakat, Negara-negara yang melakukan Emrgency Lockdown seyogyanya musti MENJAMIN beberapa persiapan berikut :

  • Kebutuhan dasar seperti makanan, air, perawatan medis, dan perawatan pencegahan
  • Komunikasi dengan orang yang dicintai dan dengan pengasuh akan diizinkan
  • Batasan kebebasan akan diterapkan secara adil, terlepas dari pertimbangan sosial
  • Pasien atau warga akan diberikan kompensasi secara adil atas kerugian ekonomi dan material, termasuk gaji (sejenis dengannya misalnya kehilangan mata pencaharian). Sumber : Ini.

Jika beberapa hal di atas dapat dijamin ditambah dengan dengan sosialisasi yang memadai dan menyeluruh pada masyarakat tentang mengapa harus lockdown dan apa keuntungan lockdown hal ini akan sedikit menimbulkan kerelaan masyarakat menjalani peristiwa yang "membosankan" itu daripada memikirkan konpensasi seperti apa yang mereka terima dari negara.

Kesalahan seperti itu ternyata terjadi di India. Pemerintahan Narendra Modi yang terlalu hyper reactive dalam mengantasipiasi ancaman pandemik virus Corona (Sars-Cov-2) di negerinya lupa atau lalai atau luput memperhatikan hal tersebut. 

Peraturan lockdown terbatas (14 jam sehari) yang disebut Janata Curfew yang mulai berlaku sejak 23 Maret 2020 lalu kini berubah total menjadi permanen total lockdown mulai 28 Maret 2020 kini berubah menjadi huru-hara dalam bentuk :

  • Banyaknya orang-orang terlantar akibat tidak ada angkutan mungkin akibat kurang sosialisasi perubahan jenis lockdown
  • Migrasi tunawisma tejadi di mana-mana terutama ke kawasan lebih banyak makanan dan bangunan
  • Banyak orang mudik massal karena libur panjang
  • Banyaknya orang keluar tanpa menggunakan masker
  • Kesulitan memperoleh kebutuhan bahan pokok
  • Bentrokan petugas keamanan dan warga jelata terjadi di mana-mana, benar-benar bikin Inda jadi kacau diluar yang dibayangkan.

Melihat perubahan yang tidak diharapkan dimana bencana kemanusiaan terbaru bakal terjadi di India akhirnya PM Narendra Modi menyampaikan permohonan maafnya melalui rodio pemerintah "I apologise for taking these harsh steps that have caused difficulties in your lives, especially the poor people," ujar Modi sebagaimana dikutip dari Aljazera beberapa jam lalu.

Begitulah faktanya, Lockdown berubah jadi seperti Smackdown semacam peristiwa berjatuhannya orang-orang dalam situasi yang kacau dan berbahaya terutama bagi kelompok orang berekonomi lemah dan lemah dalam segala hal.

Belajar dari sini betapa pentingnya mempersiapkan lockdown dengan baik agar tidak menjadi semacam "smackdown."

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun