Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ada Apa di Balik Peringatan "Waspada" Kedubes AS Jelang 22 Mei 2019?

19 Mei 2019   02:38 Diperbarui: 19 Mei 2019   02:53 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : twitter.com/usembassyjkt

Kedutaan besar (Kedubes) AS di Jakarta beberapa jam lalu melalui situs resminya  id.usembassy.gov  17 Mei 2019 mengeluarkan pernyataan terhadap warganya untuk menghindari area demonstrasi politik atau tempat orang-orang berkumpul massal. Tetap mengikuti perkembangan yang terjadi melalui media lokal dan meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan.

Beberapa jam lalu saat tulisan ini sedang dibuat, akun resmi  twitter  kedubes AS juga mengeluarkan pernyataan senada mengikuti pengumuman resmi kedubes disebutkan di atas. Dari akun tersebut pemerintah AS menerbitkan status siaga keamanan terkait pengumuman hasil Pilpres yang akan diumumkan pada 22 Mei 2019.

Pengumuman Kedubes AS ini hal yang biasa akan tetapi bisa dijadikan tolok ukur untuk melihat sejauh apa ancaman gangguan keamanan yang akan terjadi disebuah kota yang juga berimplikasi terhadap keamanan kedubes dan seluruh staf mereka di setiap negara.

Contoh lainnya dapat dilihat di Kedubes AS di negara lain kerap menerbitkan peringatan senada diatas. Peringatan seperti itu adalah hal biasa dan wajar dan menjadi tugas kedubes dan intelijen AS untuk luar negeri (CIA). 

Lihat saja contohnya Kedubes AS mengeluarkan peringatan keamanan di Israel pada 10 Mei 2019 atas potensi serangan roket Palestina terhadap kota Jerussalem dikhawatirkan mengenai warganya di sana.

Hal sama Kedubes AS di Baghdad memperingatkan warganya waspada atas ketegangan tinggi antara AS dan Iran di timur tengah. 

Peristiwa senada juga terjadi di China, menjelang tahun baru 2015 lalu Kedubes AS mengirim email untuk warganya yang terdaftar di sana agar menghindari kawasan Sanlitun di kota Beijing.

Pemerintah AS pernah kecolongan tidak memberi peringatan bahaya keamanan terhadap kantor Kedubes dan stafnya di Benghazi, Libya pada Juli 2014 lalu. Belajar dari sana kini intelijen AS mengeluarkan pesan peringatan dini tentang perlunya persiapan atas situasi dan kondisi terjadi di Libya saat ini terutama saat pertempuran antara pasukan pemerintah Islamis (GNA) melawan pasukan pemberontak reformis (LNA).

Atas kondisi tersebut Kedubes AS di Benghazy meneribitkan peringatan pada  6 April 2019 lalu agar : Warga AS di sana diminta agar sigap, tidak bergantung pada rencana evakuasi oleh pemerintah AS; TInggalkan Libya segera jika memungkinkan; Pantau berita lokal untuk melihat perkembangan; Mengambil langkah tepat untuk melindungi diri sendiri dan Waspada tinggi. 

Jika melihat bentuk pesan yang diterbitkan Kedubes AS di Jakarta menghadapi potensi Demonstrasi yang diperkirakan pecah di sekitar Jalan Thamrin (kantor BAWASLU), kawasan Menteng (dekat KPU) dan areal umum di Jakarta Pusat sesungguhnya Kedubes AS belum melihat potensi kerusuhan sebanding pada contoh pengeluaran peringatan keamanan seperti di Libya atau Irak disebutkan di atas.

Meskipun intelijen CIA memberi informasi pada kedubes di Jakarta bahwa potensi Demonstrasi besar akan terjadi di Surabaya dan Medan akan tetapi demonstrasi itu tidak tampaknya tidak berpotensi menjadi huru-hara bergolak menjurus perang sebagaimana perang saudara.

Intelijen AS mendapat informasi diteruskan pada Kedubes adanya rencana meledakkan bom cara baru yakni melalui gelombang WiFi. Tanpa bermaksud meremehkan tampaknya AS masih melihat peristiwa yang bakal terjadi adalah sebatas Demonstrasi skala besar saja. Tidak ada tanda-tanda AS melihat persoalan ini sangat serius.

Meski kita perlu melihat gerak-gerik AS untuk mengukur langkah antisipatif tapi tidak selamanya bisa diketahui apa sebetulnya yang lebih diketahui oleh Paman Sam terhadap negeri "Paman Dolit" ini. Salah buktinya adalah peristiwa yang menyeret AS dalam peristiwa G-30 S PKI pada 1965lalu. Peristiwa G-30 S PKI  - Gestapu- Gestok- pada 30 September 1965 masih menyimpan sikap mesterius AS. 

Meskipun National Security Archive (NSA), National Declassification Center (NSC) dan National Archives and Records Administration (NARA) telah berusaha "membongkar" 39 dokumen setebal 30.000 lebih halaman, tetap saja belum memberi jawaban pasti apakah kedubes AS saat itu tahu apa tidak rencana serangan pembunuhan 30 September 1965 lalu. 

Bahkan saat Dubes AS saat itu Howard P. Jones (salah satu rekan terhangat presiden Soekarno) meninggal dunia pada 1973 telah "pergi" membawa rahasia itu dalam-dalam untuk selamanya.

Kembali pada sikap AS menyoroti potensi kerusuhan akibat demonstrasi pada 22 Mei 2019 nanti tampaknya (hingga saat ini) AS belum memandang sebagai ancaman serius walaupun (temuan Polisi) ada kelompok radikal yang akan meledakkan bom dengan gelombang Wi-Fi.

Jika ditanya pada AS (Paman Sam) pasti mereka tidak akan memberitahukan sebab sesungguhnya. kecuali jika pemerintah memberi jaminan langkah pasti bahwa akan bersikap pro ke barat.  Hadiahnya bukan saja akan buka rahasia pada Paman Dolit, tetapi malah mendapat dukungan. 

Apalagi melawan calon pemimpin yang dikendarai kubu radikal anti barat, jelas sikap Paman Sam mendukung Paman Dolit yang memilih "cerdas" dan tenang atau setidaknya konservatif meski tidak selera pada AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun