Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kasihan Amin Rais, "Tamparan" Zulhas Amat Keras Rasanya

26 April 2019   23:58 Diperbarui: 27 April 2019   00:12 3897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar perpecahan Amin Rais,  Ketua Majelis Kehormatan  dan Zukfili Hasan (Zulhas) Katua Umum Partai Amanat Nazional (PAN) sekaligus besannya telah meledak sejak April 2018 lalu. Perbedaan sikap antara AR dan Zulhas dalam menentukan dukungan ke calon Presiden menambah duri dalam daging PAN sehingga mempengaruhi kesiapan PAN menentukan pilihan saat itu. 

Keruncingan antara kedua hubungan besan itu sesungguhnya telah terjadi jauh sebelumnya yaitu pada Maret 2018. Ketika itu Zulhas menjabat sebagai Menteri Kehutanan Amin Rais menuduh besannya itu memberi lahan alih fungsi hutan sangat besar kepada pengusaha. 

Dalam urusan internal partai pun perbedaan pendapat dan sikap antara keduanya kentara sekali, dimulai dalam pencalonan Zulhas sebagai capres dari PAN tidak mendapat dukungan Amin Rais.

Perselsihan internal berlanjut pada saat PAN harus menentukan pilihan mendukung kubu Jokowi (Koalisi Indonesia Kerja) atau ke kubu Prabowo (Koalisi Indoneisa Adil Makmur). 

Hingga pertengahan April 2014 2018 PAN belum menentukan pilihan, padahal jauh sebelumnya Amin Rais telah memberi signal bahwa PAN terang-terangan tidak mendukung Jokowi. 

Hingga 23 April 2018 Zulhas masih membuka peluang untuk Jokowi dan Soesilo Bambang Yudhoyono siapa tahu dipinang untuk berkoalisi dengan salah satu diantaranya.


Sikap PAN terlihat gamang seperti itu mengandung strategi. Secara internal ia ingin menunjukkan lebih condong mendukung Jokowi. Secara eksternal ia sengaja ingin memperlihatkan ada sesuatu yang menghalangi PAN menetapkan calon presiden dari PAN sendiri. Selain itu juga untuk memperlihatkan ada tekanan untuk mendukung kubu Prabowo.

Alasan harus diputuskan dalam rapat nasional, Zulhas pun melakukan trik dan intrik menunggu waktu. Padahal Amin Rais berkali-kali dan berulang kali memberi arah, dukung Prabowo. Jangan dukung Partai Setan. Menangkan Prabowo dan berbagai jargon lainnya.

Sikap Zulhas jelas dianggap langkah mengulur waktu. "Cuma bersandiwara," kata Amin Rais dengan nada marah.

Zulhas membela diri. "Apakah saya bersandiwara apa tidak memang beda cara. Saya masih ketua MPR jadi harus merangkul , menjahit merah putih dan menjaga persatuan," katanya diplomatis.

Sikap Amin Rais terlalu arogan mirip memperlakukan sebuah kerjaaan politik pribadi menyebabkan para pengurus partai lain mulai gerah. Tokoh-tokoh yang pernah mendirikan PAN pada masanya meminta Amin Rais mundur. Mereka, Abdilla Toha, Albert Hasibuan, Gunawan Mohammad, Toety Heraty dan Zamrotin meminta Amin Rais menyerahkan tongkat estafet pada generasi lebih segar.

Mereka menilai manuver Amin Rais dinilai telah membahayakan Partai karena telah mengaduk-adukkan kepentingan partai dengan agama pada partai berazas nasionalisme tersebut.

Bukan Amin Rais kalau ditantang langsung loyo, Amin Rais trengginas. Ia melakukan tekanan ke dalam partainya. Tekanan Amin Rais bertubi-tubi ke dalam internal partai menyebabkan PAN segera menentukan pilihan. Secara resmi PAN menyatakan masuk koalisi Adil Makmur mendukung Paslon no.2 Prabowo - Sandiaga Uno melalui rapat kerja nasional PAN 7/8/2018.

Meski merasa lega tetapi ia masih curiga pada Zulhas. Masalahnya Zulhas masih coba-coba memberi harapan pada kubu Jokowi bahwa PAN belum memiliki sikap yang tegas. Pertemuan Zulhas dengan Jokowi pada 7/8/2014 membuat Amin Rais makin kalang kabut rasanya.

Namun akhirnya Amin Rais jugalah yang menang. Berkat tekanan kubu 02 dan beberapa partai dalam koalisi Adil Makmur terhadap Zulhas akhirnya sikap PAN dapat dinetralisir. Sikap PAN adalah mendukung Prabowo dalam koalisi Indonesia Adil Makmur.

Zulhas pun sudah bisa fokus dengan memerintahkan dukungan terhadap Prabowo kepada seluruh kadernya. Selain itu Zulhas juga terlibat kampanye bersama dengan Prabowo dan Sandiaga Uno (secara terpisah) secara intensif. Amin Rais pun tersenyum sumringah melihatnya.

Senyuman kemenangan Amin Rais pun menjulang tinggi hingga sampai tiba hari pencoblosan. Pada sore hari itu juga Prabowo mengumumkan kemenangannya. 

Sekan telah menyiapkan skenarionya, kubu 02 disponsori Amin Rais dan kawan-kawan secepat kilat mengadakan pertemuan pers dan membuat klaim kemenangan pertama di kediaman Prabowo. Tidak tanggung-tanggung, Prabowo menang hingga 63%. Di sini Zulhas tidak hadir entah kenapa.

Pada momentum kemenangan ke dua juga di rumah Prabowo, Zulhas juga tidak hadir. Selain Zulhas adalah Sandiaga Uno dan ketua umum PKS Sohibul Iman juga tidak hadir.

Entah karena sudah muak dan bosan melihat kubu prabowo termasuk Amin Rais sampai 4 kali merayakan klaim kemenangan dengan jumlah suara berbeda-beda membuat Zulhas berinisiatif berkunjung ke Jokwo. 

Zulhas menjalankan aksinya cukup rasional. Memanfaatkan statusnya sebagai ketua MPR (bukan ketua umum PAN) Zulhas melenggang ke Istana Negara. Di sana Zulhas diajak makan malam bersama. 

Memang tidak banyak hal yang dibahas dalam pertemuan singkat tersebut akan tetapi kunjungan itu mengandung sarat makna  terhadap dinamika politik untuk ke dua kubu.

Terhadap kubu Prabowo Zulhas seakan mengirim makna sebuah godam panas menghantam kendaran politik koalasi Adil Makmur sehingga menyebabkan para operator mesin politik Adil Makmur terasa terhenyak, mempersulit gerak koalisi Adil Makmur.

Terhadap kubu Jokowi Zulhas jelas mengirim pesan psikologis dan politik sangat banyak untuk kubu Jokowi. Secara psikologis, mengakui kemenangan paslon 01. Secara politis menyatakan dukungan kerjasama untuk pemerintah Jokowi . 

Meski pengurus PAN secara diplomatis memutar balikkan kondisi seakan-akan langkah Zulhas hanya dalam kapsitas sebagai ketua MPR atau bukan mewakili partai atau sebagai upaya diplomasi tawar menawar (bargaining) bagi-bagi kekuasaan jika Prabowo menang aau kalah namun semua itu mudah menilainya, tak lebih sebagai omongan politik menghibur  semata.

Belum selesai terkesima tiba-tiba muncul partai lain dalam koalisi Indonesia Adil Makmur juga ingin merapat kedalam koalisi Indonesia Kerja. Pada hari ini (26/4/2019) Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) melakukan manuver yang sama. Said Iqbal bersama jajaran petinggi teras partai bertemu Jokowi dan berselfi bahagia di sana.

Meski dianggap terlambat tapi sama halnya dengan pesan psikologis dan politis yang ditebar Zulhas di atas. Setiap orang dengan sangat mudah membaca apa makna kunjungan tersebut secara psikologis dan politis. 

Meskipun cubitan itu kecil pengaruhnya bisa saja melengkapi "tamparan" ke arah Amin Rais yang sedang mati-matian menegakkan keadilan dalam versinya, padahal Amin mirip menegakkan benang basah.

Kini ke dua partai dipastikan "mengungsi" dari tenda Indonesia Adil Makmur. Apa jadinya jika Demokrat melakukan hal yang sama... Apalagi yang diperjuangkan Amin Rais? 

Jadi kasihanilah Amin Rais..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun