[caption id="attachment_91779" align="alignright" width="300" caption="Ingin tampil gaya tapi tidak mengutamakan keselamatan. Vespa terbakar seperti ini pun masih bisa digunakan untuk gaya"]

Vespa Gembel sekarang mulai marak. Ada yang menyebutnya dengan istilah Vespa Gembel, Vespa Sampah ada juga yang menyebutnya Vespa Anker (Peang) dan ada juga menyebutnya Vespa Primitive, namun ada juga yang menyebutnya dengan Vespa Antik. Apapun sebutannya dikalangan komunitas Vespa ini ternyata ada saling silang pendapat tentang selera Vespa Antik.
Banyak komunitas Vespa antik di tanah air kita. Ada komunitas yang berorientasi kepada visi primitive, yakni memiliki Vespa yang gembel bahkan segembel-gembelnya. Semakin gembel sang Vespa akan semakin tinggi perhatian orang. Sang pemilik akan merasa bangga jika banyak mata memperhatikan benda "antik: miliknya.
[caption id="attachment_91785" align="alignright" width="300" caption="Salah satu kreatifitas Vespa modifikasi komunitas Vespa antik di luar negeri"]

Jumlah komonitas Vespa Antik di Indonesia sangat banyak, tak kurang dari 261 komunitas yang tersebar di 33 Provinsi setanah air. Diantara komunitas itu ada yang berbeda soal definisinya tentang Vespa Antik dan selera seninya terhadap Vespa antik.
Di antara komunitas yang dikenal luas antara lain adalah sebagai berikut : Vespa Antique Club (VAC) Bandung; Jayapura Vespa Club JVC Jayapura; Scooter Enggang Club (SEC) Pontianak; Roekoen Scooter Maongaoni Club (RCM) Manado, VOG'S Salatiga; MPC Bengkulu Selatan, SSC Pematang Siantar, PVP Palembang, SSC Surabaya, AVC-KVC- VRC-ASC dan lainnya (Jakarta); LSC Langsa (Aceh) dan lain sebagainya.
Diantara komunitas tersebut memiliki kebanggaan yang sama terhadap Vespa, akan tetapi beberapa diantaranya memiliki persepsi berbeda tentang seni. Akibatnya terdapat perbedaan signifikan tentang pemahaman Vespa Antik, ada yang berorientasi kepada kadar dan kekentalan primitif dan ada kepada naturalis dan eksotisnya.
Bagi penganut selera naturalis dan eksotis sedikit tidaknya membawa mereka pada nuansa yang lebih maju dan sesuai dengan selera komunitas pencinta Vespa di luar negeri. Tapi, apa yang terjadi dengan komunitas Vespa Gembel?
Tidak tahu kita sebetulnya apa yang ada dalam benak dan perasaan mereka ketika memacu Vespa bututnya di tengah keramaian kota bahkan saat menuju ke luar kota. Soal penampilan gembel memang menjadi sesuatu yang sangat tidak kepalang nikmatnya bagi mereka, tapi apakah mereka paham soal keselamatan? Untuk yang satu ini mungkin tak perlu bagi mereka karena dalam pikiran mereka, soal keselematan harusnya jadi kewajiban orang lain yang akan berpapasan atau menyalib mereka, karena -anggapannya- mereka adalah para gembel yang patut diberi prioritas dan perhatian.
Akibat pemahaman yang keliru ini, pernah sekali waktu penulis berpapasan dengan pengemudi dan penumpang vespa gembel yang sedang acer acting dalam perjalan pulang dari Cianjur menuju Bandung. Sebelum tiba di kota Padalarang (dari Cianjur) bertemu dengan beberapa Vespa Gembel yang sedang in action.
[caption id="attachment_91784" align="alignright" width="300" caption="Masalah keselamatan menjadi hak dan tugas orang lain, bukan milik bersama"]
