***
Lima bulan yang lalu....
Aku merasa inilah saatnya diriku mengungkapkan perasaanku kepada wanita yang kutaksir, Kiandra. Sudah lama aku berharap menjadi kekasih hatinya, meski sejauh ini belum ada respons positif darinya mengenai perasaannya kepadaku. Segala persiapan telah ku-handle, bahkan diriku meminta bantuan Ezra dan Gilang agar dapat memperlancarkan aksi ‘penembakan’ ini.
“Ezra, gua minta tolong banget bantuan lu, ya, terus Gilang juga tolong atur semua yang gua kasih tau tadi,” tuturku.
“Siap!” sahut Ezra dan Gilang bersamaan.
Selanjutnya aku beranjak pergi ke suatu tempat yang telah direncanakan. Aku tahu bahwa Kiandra akan datang ke tempat ini untuk mengambil sesuatu. Tentu saja hal ini sudah kuamati sejak lama mengenai aktivitasnya di sekolah. Belum ada lima menit, Kiandra akhirnya datang. Ia belum mengetahui keberadaanku karena masih bersembunyi.
Dirasa telah tepat, akhirnya kuberanikan menampakkan diri. Kiandra begitu terkejut dengan kehadiranku. “Mau apa lu? Jangan macem-macem, ya!”
“Tenang, Ki. Gua nggak macem-macem, kok,” ujarku dengan jantung yang berdebar, “gua ke sini karena ada yang mau dibicarakan sama lu.”
“Apa!?” tegasnya.
“Gua suka sama lu, Ki. Sejak lama, saat pertama kali kita sekelas bareng,” ungkapku serius.
Kiandra terkejut bukan main. Ia sangat tidak percaya dengan apa yang kukatakan, bahkan menyuruhku untuk mengulang kata-kataku barusan.