Mohon tunggu...
Aksara Alderaan
Aksara Alderaan Mohon Tunggu... Editor - Editor

Aksara Alderaan, seorang penulis fiksi yang sudah menulis beberapa karya, baik solo maupun antologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hingga Peluit Panjang Berbunyi - Babak 1

25 April 2024   14:30 Diperbarui: 28 April 2024   17:19 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ratusan orang memadati stadion ternama di Solo untuk menyaksikan pertandingan sepak bola antarsekolah yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya. Jantungku berdebar ketika melihat banyak orang bersorak-sorai dari tribun penonton. Teman-temanku sesekali meneriakkan namaku dengan lantang, membuat diriku sedikit demam panggung.

Beberapa hari lalu, aku terpilih ke dalam skuat tim sekolah untuk mewakili dalam turnamen antarsekolah tingkat kota. Bersama 22 orang lainnya, aku akan berjuang memperebutkan piala bergengsi yang pernah kami miliki dua tahun lalu. Tepat hari ini, di hadapan ratusan orang, aku akan menunjukkan kualitasku dalam mengolah si kulit bundar. Nomor 14 dan nama Mahesa terpampang di punggungku.

“Kuasai pertandingan, main dari kaki ke kaki, buat peluang bagus!” kobar Bang James, seseorang yang dipercaya menjadi pelatih di tim sepak bola sekolahku.

Perangkat pertandingan menyuruh kedua kesebelasan memasuki lapangan. Sorak-sorai penonton bertambah nyaring di telingaku. Nyanyian pembakar semangat terus dikumandangkan oleh mereka. Aku tak pernah menyangka bisa menjadi 11 pemain utama pada pertandingan perdana ini.

Selepas menyanyikan “Indonesia Raya”, serta berjabat tangan dengan tim lawan dan wasit. Aku dan teman-teman langsung sigap pada posisi yang telah ditentukan oleh pelatih. Diriku berposisi sebagai penyerang depan, yang tugasnya mencetak gol sebanyak mungkin.

Kupanjatkan doa sebelum wasit meniup peluitnya. Ya Tuhan, berikan kemenangan pada hari ini, ucapku. Tak lama wasit pun meniupkan peluitnya. Bola bergulir dari kaki ke kaki, teman-temanku bekerja mencari ruang kosong agar bisa menciptakan peluang. Aku terus bergerak tanpa bola ketika para pengatur serangan menari-nari di atas lapangan.

“Main sabar, main cantik, main bagus,” pekik Bang James dari pinggir lapangan.

2x30 menit sudah terlewati. Sekolahku berhasil memenangkan pertandingan dengan skor telak, 6-0. Meski hanya bermain satu babak saja, aku berhasil memborong dua gol yang diciptakan menggunakan kaki kiri andalanku. Sisanya dikemas oleh Ezra dan Bagas, yang juga berposisi sebagai penyerang.

***

Seusai pertandingan, Bang James langsung menyuruh kami beristirahat di hotel. Karena, dua hari ke depan, kami harus kembali fokus memenangkan pertandingan pada games kedua. Aku memilih berlatih di tempat fitnes yang berada di lobi hotel. Di sana, aku melatih agar massa ototku bertambah. Jujur saja, aku termasuk pemain yang massa ototnya di bawah rata-rata sehingga sering kalah berduel dengan pemain lawan yang berotot lebih dariku.

Di tempat fitnes, aku berlatih hingga pukul 19.00 WIB karena harus kembali berkumpul untuk makan malam. Aku beranjak ke sebuah restoran kecil di hotel, yang digunakan sebagai tempat makan. Para pramusaji telah menghidangkan makanan bergizi yang tentunya bermanfaat bagi kami, yang sedang mengikuti pertandingan olahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun