Mohon tunggu...
Siti Zuliani
Siti Zuliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Peneliti Mahasiswa Psikologi UIN Malang Relawan

Just Do it.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Passion, Pandemi, dan Quarter Life Crisis

10 Maret 2021   22:49 Diperbarui: 10 Maret 2021   23:01 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://blog.amartha.com/millenials-mari-hadapi-quarter-life-crisis-dengan-santai/

Siapa yang masih belum menemukan passion ? pasti di saat usia 20 an masih ada pemuda yang belum menemukan passion nya.

Dia sudah sukses ya, kok aku belum?

Kira-kira aku sukanya apa ya?

Pertanyaan-pertanyaan diatas menjadi boomerang kepada diri kita sendiri jika terus menerus dipikirkan.

Passion jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia bermakna gairah. Gairah menurut KBBI berarti keinginan atau hasrat yang kuat. Secara umum, kita mengetahui bahwa passion merupakan sebuah skill atau kemampuan yang disenangi dan ditekuni untuk dilakukan. Bekerja karena passion berarti melakukan pekerjaan yang disukai sehingga tidak terasa berat dijalani.

Desain, menulis, melukis, menganalisis, atau apapun itu selagi tidak bosan dilakukan itulah passion. Passion adalah dimana kita tidak memikirkan hal untung atau rugi. Dimana kita ketika tidak melakukan hal itu sekan kita merasa ada suatu hal yang kurang. Dan passion juga dapat diartikan dengan sesuatu yang dapat kita lakukan berjam-jam tanpa merasakan kelelahan. Sepertinya kunci dari kesuksesan seseorang adalah passion. Terus, Bagaimana dengan orang yang belum menemukan passion ketika umur yang sudah menginjak umur 20 an tahun.

Apakah itu termasuk quarter life crisis?                              

            Quarter life crisis yaitu permasalahan yang berkaitan dengan mimpi dan harapan, agama, dan spiritualitasnya, serta kehidupan pekerjaan dan karir. Kondisi ini merupakan perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi di usia 20-an (Fischer, 2008). Rentang usia muda dan tuntutan lingkungan sekitar menjadi serangan depresi bagi jiwa seseorang. Hal Ini biasanya dialami orang yang baru menyelesaikan pendidikan menengah contohnya mahasiswa. Menurut Alifandi (2016) lompatan akademis yang sering dialami oleh mahasiswa ketika masuk ke dunia kerja terkadang menimbulkan luka dan ketidakstabilan emosi sehingga mengalami krisis emosional.

            Perasaan khawatir yang berlebihan karena permasalahan hidup dapat diawali dengan gejala-gejala seperti :

  • Mulai mempertanyakan hidup  : Bisa jadi kebingungan akan passion juga termasuk gejala sehingga membuat pribadi menjadi khawatir berlebihan karena tidak sama dengan orang lain. Pertanyaan seperti tujuan hidup, apa pencapaian yang sudah anda peroleh selama ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat menjadi salah satu gejala awal dari fase ini.
  • Merasa ‘stagnan' : Apa yang telah dilakukan hanya terjebak dalam satu situasi sehingga kehidupan yang anda jalani tidak berjalan sesuai dengan harapan. Tidak ada kemajuan dari apa yang anda lakukan
  • Kurang Motivasi : Semua aktivitas yang anda lakukan serasa hampa, tidak semangat, dan membosankan. Ditambahlagi kebingunngan karena passion semakin membagongkan bukan wkwk.
  • Bingung memilih keluar dari zona nyaman atau tidak : Memang yang nyaman itu sulit dilepas, hiyaaa. Jangankan dilepas, geser sedikit aja udah galau. Apalagi persoalan masa depan lebih membuat dilemma. Maju kena mundur kena.
  • Tidak bahagia dengan pencapaian yang didapat : Apapun yang dicapai selalu salah, apapun yang diperoleh tidak bahagia akan itu. Kondisi ini juga menjadi salah satu tanda kamu mengalami quarter life crisis.

Apakah kamu merasakan kondisi diatas?

Kalau iya, kira-kira apa yang harus kamu lakukan? Yukk simak lagi tulisan selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun