Mohon tunggu...
Aan Hendrayana
Aan Hendrayana Mohon Tunggu... -

Minat dalam pengkajian persoalan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Apakah dengan Instrumen Ujian Nasional?

24 Mei 2013   15:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:05 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ujian Nasional (UN) baru saja diumumkan. Hasilnya adalah  99% lebih siswa yang ikut ujian adalah lulus (Kompas, 24/05/2013). Tentu kita semua bergembira mendengar kabar tersebut. Namun, kabar ini sepertinya berkebalikan dengan hasil yang dirilis oleh PISA(Programme for International Student Assessment) tahun 2012 dan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2011 yang menempatkan Indonesia sebagai negara yang mempunyai kualitas pendidikan yang kurang baik, dibanding negara-negara tersurvei.

Menjawab fenomena tersebut, sedikitnya ada tiga kemungkinan yang terjadi.  Pertama alat evaluasi yang terlalu mudah. Kedua, ada kecurangan dalam menjawab soal evaluasi. Ketiga, kompetensi siswa kita sudah bagus, hanya persaingan di tingkat dunia sudah sangat ketat.

Luasnya wilayah dan banyaknya jumlah penduduk Indonesia satu fakta yang tidak dapat dipungiri bahwa tidak mudah membuat instumen (alat ukur) untuk mengevaluasi kemampuan siswa. Untuk itu, membuat instrumen yang reliable (ajeg) dan valid (absah) bagi Negeri ini tidak mudah, akan tidak sedikit biaya, waktu, dan sumberdaya yang dikeluarkan. Bila soal evaluasi dibuat terlalu mudah maka akan tidak reliabel pada sekolah-sekolah perkotaan yang realtif lebih unggul dari sekolah terpencil atau di daerah. Begitu juga sebaliknya, bila soal terlalu sulit maka instrumen akan tidak reliable pada sekolah-sekolah di daerah atau terpencil. Pertanyaannya, soal-soal UN tahun ini terlalu mudah atau terlalu sulit? Apa betul soal yang baik adalah soal yang dapat diselesaikan dengan baik oleh sebagian besar siswa?

Membahas kecurangan dalam UN sarat dengan kepentingan. Di sisi akademisi, UN diharapkan dilakukan secara murni dan konsekwen agar dapat memotret secara baik kekurangan pengembangan dan penelitian pada bidang pendidikan. Namun lain di sisi birokrat, mereka selalui ingin kabar hasil yang baik agar dinilai berhasil dalam menerapkan kebijakan, tentu dengan kepentingan politis. Untuk itu, perlu ada evaluasi proses evaluasi UN. Betulkah hasil UN ini merupakan hasil yang sebenarnya atau memang sarat dengan kepentingan politis.

Persaingan dunia semakin ketat adalah kenyataan yang tidak dapat dimungkiri. Namun, kalau indikator-indikator dunia menyatakan bahwa rendahnya kompetensi bukan karena perbandingan, tentu ini menjadi masalah. Maksudnya adalah kemampuan siswa kita rendah bukan dibandingkan dengan siswa dengan negara lain saja, akan tetapi karena memang tidak dapat menjawab instrumen yang dibuat para evaluator tingkat dunia, PISA dan TIMSS misalnya.   Lebih dari itu, bukankah kita sudah masuk jaman globalisasi, kalau kemudian alat ukur kita tidak dapat menjadi tolak ukur di dunia, apa peran UN hanya dijadikan pemetaan di Indonesia saja.  Sempit sekali manfaat instrumen UN, kalau begitu.

Tulisan ini dimuat juga pada blog saya:http://aanhendrayana.wordpress.com/2013/05/24/ada-apakah-dengan-intrumen-ujian-nasional/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun