Mohon tunggu...
AANG JUMPUTRA
AANG JUMPUTRA Mohon Tunggu... Freelancer - Admin Social Media
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menyajikan konten yang cerdas, terupdate, dan terlengkap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Omong

18 Mei 2020   19:03 Diperbarui: 18 Mei 2020   19:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JC Tukiman Taruna 

Menurut Gibran, heningnya kesunyian justru sering membuka mata insan terhadap kekurangsempurnaan dirinya. Takut atas sepi karena akan membuka tabir dirinya, maka orang lari dari kesepiannya itu  lalu omong sana omong sini, omong Anu dan omong Ana, sehingga sangat boleh jadi akan semakin tidak terkontrol lagi.

Ketiga, omong itu harusnya tentang kebenaran. Omongan yang semakin tidak terkontrol terjadi manakala orang tergiur oleh respon pihak lain, atau ditanggapi penuh penyulut emosi. Dalam dunia medsos dewasa ini, sindir-menyindir, ejek-mengejek, seolah-olah dianggap sebagai penyedap berbicara; padahal dalam suasana serba menyindir seperti itu bukan kebenaran yang dibahas, melainkan sering tentang privacy seseorang. Kebenaran makin jauh, makin sayup,

Keempat, Gibran menyarankan demikian: "Jilakau bertemu teman di pinggir jalan, di pasar atau di pecan; biarkanlah batin suaramu bicara kepada batin telinganya. Oleh sebab batinnyalah yang akan menyimpan pesan hatimu. Sebagaimana citarasa anggur terkenang selalu, pabila warnanya telah terlupa, dan serat buahnya telah lama tiada." Butir keempat ini Gibran mengajarkan, mari perbanyaklah bicara dari hati ke hati, karena cara bicara seperti itulah yang akan mengesan dan berumur panjang.  

Dalam konteks dewasa ini, cara bermedsos rasanya harus diubah menjadi bermedia yang benar-benar menyuburkan kehidupan sosial, bukannya mematikan. Bahasa bermedsos perlu diubah menjadi bicara dari hati ke hati model baru. Jauhkan sindir-menyindir, umpat-mengumpat dan gantilah menjadi sapa-tawa penuh sopan. Awalnya mungkin tidak seru, tetapi kehidupan sosial memang barus berisi sapaan-sapaan sopan.

-0-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun