Mohon tunggu...
Aang Arwani Aminuloh
Aang Arwani Aminuloh Mohon Tunggu... IG: @aangar

Twitter: @aangar | Email: aangar@jagatarsy.sch.id | https://www.youtube.com/c/1billiondollars

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terapi Psikoanalitik

27 Desember 2010   14:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:20 6304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[11] Dalam pelbagai buku, ditemukan banyak istilah yang merujuk pada penyebutan id, ego, dan superego serta sadar, prasadar, dan asadar. Namun pada akhirnya kami menjatuhkan pilihan pada “struktur kepribadian” untuk menyebut id, ego, dan superego. Sedangkan untuk menyebut sadar, prasadar, dan asadar kami pilih “struktur pikiran”. Hal ini berdasarkan pengklasifikasian Nevid, dkk., (ibid), h. 40. Sebagai catatan, kami ingin menggarisbawahi bahwa sesungguhnya, pada awal kemunculan Freud, yang terlebih dahulu adalah struktur pikiran, baru setelah itu, Freud berbicara mengenai struktur kepribadian setelah merasa bahwa struktur pikiran belum begitu memuaskan. Dalam makalah ini, yang didahulukan bukan struktur pikiran, melainkan struktur kepribadian. Hal ini, agar kami dalam memetakannya lebih mudah.

[12] Nevid, dkk., (ibid)

[13] Dalam bahasa aslinya, yaitu Jerman, Freud menggunakan Es, Ich, dan Ueberich. Namun, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi id, ego, dan superego. Hal tersebut, mengikuti terjemahan Latinnya. Terjemahan Indonesia, sebaiknya mengikuti yang Inggris.

[14] “Taksadar” seharusnya ditulis pisah, sebab dua kata: “tidak” yang diperpendek menjadi “tak” dan “sadar”. Namun, karena “taksadar” terjemahan dari unconscious yang ditulis menyambung, maka terjemahan yang tepat lagi baik terhadapnya juga demikian, yaitu disambung menjadi “taksadar”. Sebenarnya ada yang lebih mendekati terhadap konsep penulisan unconscious dalam bahasa Indonesia, yaitu “asadar”. Dalam makalah ini, keduanya dipergunakan secara substitutif.

[15] “Gambar 1” direkonstruksi dari original picturenya yang terdapat di Iman Setiadi Arif (h. 14).

[16] Tahapan-tahapan perkembangan kepribadian Erikson meliputi: rasa percaya vs rasa tidak percaya, otonomi vs malu dan ragu, inisiatif vs rasa bersalah, industri vs rasa rendah diri, identitas lawan kekaburan peran, intim lawan isolasi atau terasing, generativitas lawan absorpsi diri, dan integritas lawan putus asa.

[17] Walau tak disangkal, bahwa “psikoanalitik” sendiri terdiri dari dua kata yang kemudian digabungkan, ialah “psiko” dan “analitik”, namun dalam hal ini, “psikoanalitik” disebut satu kata sebab sudah memiliki konsep tersendiri.

[18] Lihat Semiun, Kesehatan Mental 3 (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 631., dalam “daftar istilah”.

[19] Nevid, dkk. (h. 104). Dalam hal ini perlu diketahui bahwa Freud, dalam mengembangkan metode psikoterapinya, menggunakan hipnotis (walau tidak lama), free association, analisis mimpi, transference, dan penafsiran. Keempat metode yang disebut terakhir, itu berdasarkan Semiun (h. 345-350). Dan tiga di antaranya, tanpa hipnotis dan penafsiran, disebutkan oleh Nevid, dkk. (h. 104-106).

[20] Pada mulanya ini membingungkan, tapi kemudian dapat dipahami, bahwa setiap kita sebenarnya adalah “penyalin” dan “penafsir”. Dalam realisasinya, ada “penyalin dan penafsir yang baik” dan ada “penyalin dan penafsir yang kurang baik”. Terlepas dari itu semua, Iman Setiadi Arif (h. 91-98) menuliskan ada tujuh teknik psikoanalisis, mulai dari asosiasi bebas sampai terminasi, sedangkan Nevid, dkk. (2009), senada juga dengan Sutardjo A. Wiramihardja (2007), menyebut ada tiga teknik. Dan ketiganya sudah disinggung pada footnote sebelumnya. Dan yang kami gunakan, tentu saja apa yang sudah ditulis oleh Semiun (2010), yang menyebut bahwa metode terapi psikoanalitik itu ada empat (lihat footnote ke-14), dengan satu pengecualian: hipnotis. Corey (2007), seperti juga dalam makalah ini, menyebut ada lima teknik terapi psikoanalitik, dengan mengecualikan hipnotis dan menyertakan analisis terhadap resistensi. Lengkapnya, baca h. 42-46.

[21] Hal ini merupakan ide penting yang mendasari perspektif psikologis pertama mengenai perilaku abnormal, model psikodinamika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun