Hatiku gusar remuk tak tersisa. Kebimbangan ini terus menjejali sanubariku padahal sudah dua kali Bram berselingkuh dan aku tetap saja memaafkannya. Ada wibawa yang nampak didirinya, mungkin karena ia sering menyuruhku menatap matanya saat kami bertatap.
Aku wanita yang polos dan gampang luluh. Saking percayanya bahkan kami sampai membuat tabungan bersama untuk menikah kelak. Walau hal itu sampai sekarang hanya menjadi mimpi tanda tanya belaka. Atau supaya romantis seperti di film, ia kasih padaku sebuah cincin emas.
"Kita putus, Bram! Kamu sudah mengecawakanku. Menipuku! Kata-katamu juga kasar! " Ucapku pada Bram waktu itu
Entah angin apa atau energi apa tetap saja kata maaf darinya lebih kuat dari kemarahanku. Selintas difikiranku jangan-jangan Bram memakai mantra. Ada ajian kinasih yang telah memenjarakan batas kewajaranku.
"Tapi dia kan soleh. Sering menjadi imam sholat dan bacaan Alqur'annya juga bagus. Mustahilsih!" Fikiranku muncul tiba-tiba membela perilaku selingkuh Bram
Esok hari berganti, fajar menyingsing..
Di era modern ini tetap saja mantra adalah tabiat bulus pelicin suatu masalah. Orang sudah tidak memperdulikan imannya dan malah terjerembab kesyirikan belaka. Energinya semakin kuat namun hatiku entah mengapa melawan. Seperti ada dua hal di dalam diriku bertarung dan bimbang. Membenci dan memaafkan. Seperti ada dua sosok membisiku. Aku bingung dan bimbang
Ada lelaki lain yang ternyata tulus mencintaiku. Ia apa adanya, hatinya seluas samudera dan ia bagai pahlawan ketika tak seorangpun mau menjadi pahlawan di kehidupanku
"Aku ingin berhenti memikirkannya tapi seperti ada sosok yang selalu membisikiku untuk memikirkannya. Aku bingung dan bimbang. Apa yang harus aku lakukan Pras, aku lelah." Curhatku pada Pras. Lelaki yang seakan menjadi penolongku dan aku yakin ia sangat tulus padaku
"Jika saja ia memakai mantra apakah layak kita sebut ia soleh. Walau ia menjadi imam sholat atau guru ngaji sekalipun, kalau perilakunya jahat dan syirik bukankah hal itu jauh dari golongan soleh. Maaf bukannya aku menjelekanya ya. Supaya kita tidak gampang menilai dari apa yang tampak sebab yang tak tampaklah akhlak asli manusia, bukan?" Jawab Pras memberi nasihat
"Tapi. Aku bingung Pras. Aku bimbang dengan perasaan ini. Walau aslinya aku ingin lepas"