Seorang lelaki berumur duapuluhan sedang duduk di teras rumah, ia leyeh-leyeh menyandarkan kepalanya ke bantal dan tiduran di sofa empuk kamar tamu.
Badannya memang tengah beristirahat tetapi jari jemarinya menjalar kemana-mana. Sebagai seorang buzzer militan pendukung salah satu capres, ia selalu siap menyediakan kuotanya untuk perang di dunia maya. Informasi yang mendukung capres pilihannya, ia sebar ke segala penjuru dunia maya, begitupun juga informasi yang menyerang capres lawan juga disebar tanpa klarifikasi dan ferivikasi yang jelas.
Dengan bangga atas kebenaran pilihannya ia seolah menciptakan medan kehancuran baru media sosial. Ia bagai racun media sosial dan ia bagai benalu yang membunuh perlahan-lahan tanaman yang asri. Dan tanpa sadar ia menghancurkan bangsanya meskipun aslinya ia hanya menyangka bak pahlawan bertopeng di siang bolong.
"Wah rame nih. Ada orang yang mau memenggal kepala presiden! Harus dilaporkan. Kejam ini!" Ucapnya
Dengan menggunakan relasi dengan aparat big data atau memang lelaki ini punya hak khusus menerobos data-data kependudukan, ia mendapati data terduga.
Tanpa berfikir panjang, segera ia bagikan data itu ke publik.
"Cari orang ini yang viral mau memenggal kepala presiden. Namanya Wakuncil. Alamat Desa Warudoyong." Ia menyasar facebook, twitter, ig dan whatsapp.
Dunia maya berguncang kembali. Bahkan ada sayembara menemukan terduga ucapan kebencian itu.
Wakuncil adalah seorang petani yang sudah memasuki usia senja. Sehari-hari berkutat hanya pada sawah belaka dan ia sekalipun tidak ikut-ikutan kericuhan media sosial karena ia tidak bisa main hape, otomatis ia tidak tahu perkembangan apa yang lagi ramai di media sosial.
Di Desa Warudoyong memang hanya segelintir orang yang mempunyai hape. Namun hal itu adalah keberuntungan besar bagi mereka. Urusan semu dan tidak jelas di dunia maya tentu tidak perlu mereka fikirkan, urusan copras capres yang tidak jelas informasinya pun mereka aman dari hal ini sebab tidak punya media sosial.
Mereka memilih dunia nyata. Mereka memilih menyelesaikan permasalahan-permasalahan di dunia nyata. Fikiran mereka bersih dari racun-racun media sosial. Dan yang paling penting mereka jadi akur dan rukun sesama tetangga sehingga dalam urusan memecahkan permasalahan mereka berembug dan bergotongroyong.