Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Matinya Hati Sang Suporter

24 September 2018   12:21 Diperbarui: 24 September 2018   16:02 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepakbola adalah tentang seni, kreatifitas, sportifitas dan rivalitas. Namun agaknya sepakbola di Indonesia lebih cenderung ke personalitas sporter yang berlebihan sehingga menyandingkan Tim kebanggan setara dengan harga diri bahkan setara dengan titik nadir nyawa.

Kondisi ini memang tidak bisa digebug sama rata walau kita pun bisa menerka bahwa kelakuan sporter yang provokatif dan cenderung tawuran sebagian banyak adalah sporter dibawah umur alias sporter yang masih duduk di bangku sekolah. 

Kita paham betul ini sebab beban tanggungjawab mereka masih sebatas pelajaran sekolah, barangkali kita pun harus mau mempelajari tentang tanggungjawab keluarga utamanya menyangkut keamanan dan kemanusiaan.

Mengapa hal demikian bisa terjadi? Mungkin jawabannya adalah semacam rasa kegaya-gayaan atau pengin dipandang sebagai menjadi. Dan sebagai menjadi ini pun akibat apa yang ia lihat di lingkungan, pergaulan bahkan cara pandangnya tentang sebagai menjadi.

Kondisi ini pun bisa kita siasati bersama dengan membuat cuaca yang baik ditengah cuaca yang buruk. Mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang positif bagi pemuda bisa menjadi solusi.

Lingkungan yang mendewakan kepremanan sangat mungkin mempengaruhi pola fikir kepremanan, apalagi pergaulan dan cara pandangnya ia melihat sporter. Yang ia lihat adalah bagaimana rasa cinta itu ia bisa tumpahkan setumpah-tumpahnya. Kadang-kadang sampai utang duit bahkan rela melupakan kewajibannya sendiri. Misalnya bolos sekolah.

Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya mindset tentang tawuran. Seharusnya Pemerintah dan PSSI bahkan kita semua mencocokan ke alam bawah sadar mereka bahwa tawuran adalah musuhnya sepakbola. 

Provokator adalah musuhnya sepakbola sehingga tentu hal ini bisa membuat pengereman kalau-kalau akan terjadi chaos. Ingat juga provokasi juga ada di jalanan di dinding-dinding yang tanpa sadar mengubah mindset suporter lawan menjadi musuh. Padahal sepakbola mengajarkan menjadi musuh di lapangan namun berkawan di luar lapangan.

Pun demikian juga agaknya kita perlu pencegahan sejak dini minimalnya sebelum pertandingan. Pengawalan diperketat, menangkap provokator, gelorakan slogan bersama bahwa musuhnya sepakbola adalah provokator dan tawuran. Hal ini pasti akan meredam gelagat terjadinya tawuran sebab pintu mengarahnya sudah ditutup.

Kalau tawuran sudah terjadi ambang kemarahan dan sudah membuncah maka solusi paling bijak adalah menahan diri dan meredam amarah itu. Di Islam kita mengenal strategi sholawatan bahwa kalau ada yang marah atau bertengkar kita ucapkan sholawat niscaya jika hal itu dilakukan akan meredam kemarahan.

Jangan sampai kita cuman nonton tawuran saja, memvidiokan saja. Ingat nyawa manusia lebih mahal daripada vidio. Utamakan kemanusiaan. Utamakan kewarasan. Fansampluk!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun