Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ninja yang Datang Malam Hari

3 Juli 2018   19:26 Diperbarui: 3 Juli 2018   19:40 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kamu tahu bagaimana rasanya tidak diakui secara negara. Ilegal. Tidak sah. Bahkan kehadiranmu dianggap sebagai biang masalah Negara. Itulah yang terjadi padaku. Namaku Rohingah. Umurku empat belas tahun. Kulitku hitam umumnya mirip Orang India. Agamaku Islam. Dan sejak aku lahir daerahku sudah mengenal Islam. Sayangnya aku lahir sebagai minoritas. Dan daerahku selalu terjadi konflik tiap harinya. Apa salahku kalau aku beragama Islam?

Orang yang paling gentol memusuhi etnisku adalah Ashun Washu. Dia adalah pemimpin Budha kontroversial. Dia menolak perluasan Islam di Negara ini. Padahal jumlah kami sangat kecil dan kami pun tidak ada niatan untuk memaksa atau mereka mengikuti seperti apa yang kami percayai. Semenjak Koni terbunuh semua seakan menjadi sulit. Koni adalah pengacara dan aktivis HAM yang lantang membantu kami, Ia berbeda dengan kami tetapi ia tahu cara berbeda yang baik. 

Tubuhnya berlumuran darah saat ia ditembak mati di Bandara. Umat Budha yang baik pun sedih mendengar hal itu. Tetapi tidak untuk satu orang ini. Ia suka cita mendengar berita kematian Koni. Dialah Ashun Washu. Orang yang paling bertanggungjawab atas rencana genosida pada kami.

Pada malam yang dingin di musim kemarau. Suasana yang sunyi sesekali terdengar suara hewan-hewan malam menyanyi. Di Gubug nan sederhanaku tiba-tiba datang sekumpulan ninja membawa pedang. Aku bersama orangtuaku yang sedang tidur langsung bangun. Panik. Ketakutan. Kami dipaksa keluar gubug. Sambil diseret-seret dan sesekali menngancam memakai pedang, Sang Ninja itu memukul kepala ayahku yang berteriak-teriak minta tolong. Sayangnya di malam itu setiap jiwa juga merasakan hal yang sama. Kami minta tolong dan tidak ada yang menolong kami.

Kami dikumpulkan di lapangan besar yang biasa digunakan untuk bermain sepakbola anak-anak lelaki, kemudian Para Ninja itu berbaris membentuk formasi layaknya tentara. Mereka membawa pedang dan pistol. Suasana hari itu sangat mencekam. Anak-anak menangis ketakutan. Kami hanya pasrah menerima nasib.

Datang dua truk yang mengangkut sesuatu. Entahlah apa yang diangkutnya sebab tertutup kain diseluruh permukaan badan truk. Sang Ketua Ninja meneriakan sesuatu kepada kami. Ia bagai singa yang siap menerkam kami. Mengerikan.

"Kalian para sampah! Hadapankan wajah kalian ke lain arah. Hadapkan wajah kalian ke Kuil itu." Ucap Sang Ninja sambil menunjuk sebuah titik cahaya kecil yang tampaknya sebuah kuil. Kuil itu berlainan arah dengan gubug kami.

Kami tak bisa berbuat apa-apa. Pasrah. Ketakutan. Kami nurut saja. Kami berbalik arah

Terdengar hitungan mundur. 3.... 2..... 1....

Booooommm.. Ledakan besar terjadi. Sangat besar. Dan itu menghancurkan gubug sederhanaku. Kepulan api menggunung memakan dan meluluh lantahkan tanpa sisa gubug kami. Sontak saja hal itu membuat sebagian kami kalap dan lupa diri. Tujuh pemuda berbalik arah dan marah. Mencoba menyerang Ninja hanya bermodalkan tangan kosong. Yang kami hadapi adalah orang dengan senjata lengkap. Pistol dan pedang. Tujuh pemuda itu tewas tertembak.

Identitas Ninja yang paling aku tahu hanya tulisan kecil di atas penutup kepalanya. Layaknya sebuah simbol kebanggaan. Atau kode rahasia. Tulisan itu adalah SKUAD969. Dan mereka telah menghancurkan rumah kami dan masa depan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun