Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Pasang Copot Kerudung dan Mengembalikan Esensi Berkerudung

21 November 2017   12:29 Diperbarui: 21 November 2017   12:36 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kedua, Ayat itu sangat spesifik mengatakan siapa yang diperbolehkan melihat perhiasan. Ada yang menafsirkan perhiasan. Ada yang menafsirkan aurat. Penulis yang bukan mufassir tidak akan mempertentangkan itu. Kita ambil sisi baiknya saja. Artinya ajang mempertontonkan perhiasan atau aurat itu memang sangat-sangat tidak baik.Ada unsur nafsu, ria, sombong dan merendahkan orang lain.Bahkan Tuhan menjaga mempertontonkan itu hanya sebatas keluarga dekat.

Itupun harus dipastikan bahwa saudara kita itu tidak ada niatan terpedaya dengan apa yang kita pertontonkan. Artinya lagi bahwa di luar keluarga atau yang disampaikan ayat tersebut kita harus menjaga jangan sampai mempertontonkan perhiasan atau aurat kita. Apakah bisa ? lha wong masing-masing kita malah sibuk memamerkan apa yang dipunya di media sosial tanpa pernah disadari akan ada orang yang iri melihat tersebut sehingga kita pun bagai ujung dosa sebab hal tersebut. 

Sehingga memakai kerudung di luar yang disampaikan di ayat tersebut, menjadi keharusan bagi seorang muslim yang beriman. Lagi-lagi kembali ke beriman, Jika tidak mau memakai karena belum beriman ya jangan kita hina-hina itu sudah ranah toleransi dan harus siap menanggung konsekuensi.

Ketiga, Ayat tersebut juga mengatakan supaya jangan sampai ada niatan untuk memamerkan perhiasan atau aurat.Di ayat tersebut dilakukan dengan menghentakan kaki, jika sekarang bisa dilakukan dengan upload di media sosial, memamerkan ke tetangga-tetangga, pamer di forum arisan, caper saat banyak orang, atau kondisi lainnnya yang niatnya supaya dipuji orang.Menjadi ria dan sombong maka memakai kerudung harus dikembalikan ke tujuan awal yakni menjaga pandangan, menjaga aurat dan kepatuhan kepada Tuhan.

Keempat, Buat yang suka pasang copot kerudung pun harusnya kita mengajak untuk kembali memakai kerudung tanpa kita maksa apalagi kita hina. Sangat miris sekali padahal artis ini sudah mau belajar berhijab lalu saat buka hijab, ia dihina dicaci maki bahkan dikafir-kafirkan.

Belajarlah menghargai orang lain. Belajarlah tentang esensi kerudung. Lha wongartis yang tidak berkerudung saja banyak kok, ini yang sudah memakai malah dihina gara-gara melepas kerudung. Harusnya diajak, harusnya dibimbing. Bukan malah dihina apalagi dikafir-kafirkan. Introspeksi diri, berapa banyak dosa kita yang sumbernya menghina orang lain di media sosial. Mawas dirilah. 

Tuhan saja diayat tersebut mengatakan dengan bertaubatlah. Lho sampeyan berani-berani menghina bahkan mengkafirkan, sudah baca ayat itu belum? Tuhan sangat lembut dan baik, ia tidak mengakhiri ayat tersebut dengan ancaman tetapi himbauan untuk bertaubat. Himbauan untuk memperbaiki diri. Himbauan kepada manusia supaya beruntung. Artinya bukan malah menjelek-jelekan apalagi mengkafirkan. Goalnya mudah-mudahan kita semua menjadi orang yang beruntung menurut Allah. Semoga saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun