Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat unik, dimana hanya ditemukan di zona intertidal tropis yang menyesuaikan diri pada lingkungan berfluktuasi (Chakraborty 2013).Â
Selain itu, ekosistem mangrove sangat produktif bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya (Alongi 2012; Jupriyati et al. 2013; Chakraborty 2013; Kaewtubtim et al. 2016). Udechukwu et al. (2014) menyatakan bahwa ekosistem mangrove berperan sebagai tempat perlindungan bagi organisme makrozoobentos dari ancaman predator disaat air surut.Â
Kemudian ekosistem mangrove juga menyediakan berbagai macam barang dan jasa ekosistem, termasuk penyediaan (keanekaragaman hayati, serat, perikanan, pakan ternak, makanan, bahan bakar, obat-obatan, tanin maupun kayu), mengatur dan mendukung (iklim, perlindungan pantai, mengendalikan erosi, menjaga kualitas air, siklus nutrisi, stabilisasi tanah, mendukung terumbu karang maupun padang lamun) dan jasa budaya (pendidikan, rekreasi, penelitian maupun pariwisata) (Brander et al. 2012; UNEP 2014; Costanza et al. 2014).
Genus Rhizophora merupakan salah satu genus mangrove yang banyak dijumpai di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Satu diantaranya adalah Rhizophora apiculata. Menurut Noor et al. (2006) R. apiculata tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Selain itu, R. apiculata juga tidak menyukai substrat yang keras, yang bercampur dengan pasir dan menyukai perairan yang memiliki masukan air tawar yang kuat, sehingga tingkat dominansinya dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi.Â
Menurut Efizon et al (2013) ekosistem mangrove di Kabupaten Inhil luasnya mencapai 129.455 Ha, dimana ekosistem mangrovenya berada pada daerah dataran rendah yang bersifat datar maupun payau yang dipengaruhi oleh gelombang pasang surut air laut. Selanjutnya, eksosistem mangrove Kabupaten Inhil ditemukan pada ketinggian 0 -- 100 m di atas permukaan laut dengan tinggi permukaan airnya sekitar  1 -- 1.5 m saat pasang dan 0.5 -- 0.75 m pada saat surut.
Pencemaran oleh limbah industri yang terjadi di ekosistem mangrove telah memberikan pengaruh  secara signifikan terhadap pertumbuhan mangrove (Syahrial, 2011). Salah satu sumber pencemaran di perairan Indragiri Hilir  berasal dari berbagai aktivitas manusia,  yaitu  minyak yang dihasilkan oleh perahu motor nelayan, kapal-kapal niaga dan transportasi, masukan dari daratan (sisa-sisa minyak otomotif) maupun dari air ballast kapal. Amin (2011) mengemukakan bahwa disamping kegiatan kilang, lalu lintas kapal juga turut menyumbangkan keberadaan minyak di perairan pantai. Â
Keberadaan minyak yang terlarut baik pada air laut, maupun sedimen sangat tergantung pada sumber dan sifat minyak serta kondisi fisika kimia perairan tersebut. Semakin tinggi aktivitas di perairan maupun di lingkungan pesisirnya maka kadar minyak dapat meningkat pula, sehingga akan berpengaruh terhadap kesehatan mangrove R. apiculata
Penelitian tentang eksosistem mangrove sudah banyak dilakukan diberbagai daerah di Indonesia (misalnya Pribadi et al. 2016; Annisa et al. 2017; Akbar et al. 2017) termasuk di Kabupaten Inhil (misalnya Hilmi 2010), sementara penelitian perbandingan demografi mangrove khususnya R. apiculata di kawasan pesisir Timur Kabupaten Inhil yang ada aktivitas perindustian dan konservasi belum pernah dilakukan.Â
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan basis data ekosistem mangrove yang meliputi struktur ekologi R. apiculata yang berguna untuk pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Inhil kedepannya.
METODE PENELITIAN
Waktu danTempat
Penelitian  dilaksanakan  pada  bulan April 2017 di pesisir Timur Kabupaten Indragiri Hilir (Gambar 1). Stasiun 1 adalah Kawasan Industri Kuala Enok yang berada di Kecamatan Tanah Merah, sedangkan Stasiun 2 adalah kawasan alami mangrove (konservasi) yang berada di Desa Sungai Asam Kecamatan Reteh.
Kuala Enok merupakan salah satu Desa di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau yang memiliki luas sekitar 119,00 Km2 atau sekitar 16,49% dari total luas kecamatannya (BPS Inhil, 2016a). Di Kecamatan Tanah Merah terdapat kawasan industri yang dikenal dengan Kawasan Industri Kuala Enok. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat Pelabuhan Samudra yang sedang dikembangkan sebagai salah satu pelabuhan bertaraf internasional.
Sungai Asam merupakan salah satu desa di Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir yang memiliki luas sekitar 47,52 Km2 atau sekitar 6,56% dari total luas Kecamatannya (BPS Inhil, 2016b). Di Desa Sungai Asam, terdapat hutan mangrove yang memiliki potensi wisata berstandar nasional seluas lebih kurang 40 hektar. Pada tanggal 5 Juni 2008, hutan mangrove Sungai Asam mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dijadikan sebagai Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumatera di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), rol meter, buku identifikasi mangrove Noor et al. (2006), data sheet, kamera, thermometer, handrefractometer, pH indicator, secchi disk, pensil 2B dan kertas newtop (anti air). Sementara bahan yang digunakan adalah alkohol 70%.
Data Kondisi Populasi R. apiculata
Populasi R. apiculata diukur menggunakan transek garis yang ditarik dari titik acuan (tegakan mangrove terluar) dengan arah tegak lurus garis pantai sampai kedaratan. Petak-petak contoh dibuat menurut tingkat tegakannya (Bengen 2004) yaitu kategori pohon (10 X 10) m2, kategori anakan (5 X 5) m2 dan kategori semai (1 X 1) m2.
Kemudian sampel daun, buah dan bunga diambil secara acak berdasarkan petak contoh mangrove yang dibuat tersebut (kategori pohon, anakan maupun semai). Selanjutnya, sampel daun, buah dan bunga diawetkan dengan alkohol 70% dan diberi label. Setelah itu dibawa ke laboratorium untuk diukur morfometriknya.
Data Struktur Demografi Populasi R. apiculata
Pengumpulan data struktur demografi populasi R. apiculata menggunakan data diameter batang yang diperoleh dari pengukuran lingkar batang di lapangan. Adapun prosedur untuk mendapatkan sebaran demografi populasi R. apiculata adalah: (1) menghitung jumlah tegakan populasi R. apiculata di tiap stasiun; (2) data diameter batang dikelompokkan ke dalam selang kelas; (3) menentukan banyak kelas menggunakan rumus 1 + 3.32 (log n), dimana n adalah jumlah populasi R. apiculata tiap stasiunnya; (4) menentukan nilai tertinggi dan terendah dari data diameter batang tersebut; (5) data tertinggi diameter batang dikurangi dengan nilai terendah untuk mendapatkan nilai rentang kelasnya; (6) nilai rentang kelas tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya kelas untuk memperoleh nilai lebar kelas; (7) menjumlahkan data terendah diameter batang (sebagai selang kelas bawah) dengan nilai lebar kelas untuk memperoleh selang kelas atas; (8) menentukan nilai frekuensinya dan (9) mengelompokkan populasi R. apiculata dengan metode Bhattacharya (1967) menggunakan software FISAT II versi 1.2.2.
Data Kerapatan Populasi R. apiculata
Kerapatan populasi R. apiculata dihitung menggunakan metode penghitungan yang mengacu pada English et al. (1994) dan Bengen (2004).
Data Kualitas Perairan
Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu, pH, salinitas dan kecerahan perairan. Suhu perairan diukur menggunakan thermometer,sedangkan salinitas diukur menggunakan handrefractometer.Kemudian parameter pH perairan diukur menggunakan pH indicatordan kecerahan perairan menggunakan secchi disk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerapatan Populasi R. apiculata
 Hasil pengukuran di lapangan memperlihatkan bahwa kerapatan populasi R. apiculata untuk kategori pohon di Stasiun 1 sebesar 722.2 ind/ha dan Stasiun 2 sebesar 1000.0 ind/ha. Sementara untuk kategori anakan pada Stasiun 1 sebesar 888.9 ind/ha dan Stasiun 2 sebesar 1644.4 ind/ha. Kemudian kerapatan populasi R. apiculata untuk kategori semai pada Stasiun 1 dan 2 memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 777.8 ind/ha (Gambar 2).
Rendahnya kerapatan R. apiculata di Stasiun 1 bila dibandingkan dengan Stasiun 2 pada kategori pohon dan anakan disebabkan oleh adanya aktivitas penebangan pohon untuk pengembangan wilayah, yakni pengembangan daerah Kuala Enok sebagai kawasan lalu lintas sektor perekonomian Provinsi Riau yang fokus pada pelabuhan samudera, kemudian juga pengembangan daerah pemukiman penduduk. Menurut Seng et al,(2015) dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan lahan juga tidak terhindarkan. Tindakan manusia seperti membuka lahan untuk tambak yang melampaui batas daya dukung, maupun memanfaatkan tanaman mangrove secara berlebih tanpa melakukan rehabilitasi akan menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem hutan mangrove (Gumilar, 2012).
Sebaliknya, tingginya kerapatan R. apiculata di Stasiun 2 disebabkan oleh tidak terdapatnya aktivitas industri sama sekali disekitar kawasan tersebut dan masih alaminya kawasan mangrove di Desa Sungai Asam yang dijadikan sebagai pusat pengelolaan ekoregion Sumatera di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (BLH) RI oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 5 Juni 2008. Berdasarkan kriteria baku dan pedoman penentuan kerusakan mangrove menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 201 Tahun 2004, kerapatan populasi R. apiculata di Stasiun 1 tergolong rusak dengan kriteria jarang (< 1000 ind/ha), sedangkan pada Stasiun 2 tergolong masih baik dengan kriteria sedang ( 1000 - < 1500 ind/ha).
Struktur Demografi Populasi R. apiculata
      Untuk melihat Struktur demografi populasi R. apiculata di Pesisir timur Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Table 1 memperlihatkan bahwa populasi R. apiculata di pesisir Timur Kabupaten Inhil hanya terdapat satu kelompok ukuran, dimana rata-rata diameter batangnya berkisar antara 8.0 -- 8.6 cm. Hal ini menandakan bahwa populasi R. apiculatadidominasi oleh kelompok kategori pohon. Kemudian Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa jumlah populasi di Stasiun 2 lebih tinggi dibandingkan dengan Stasiun 1 (90.0 > 65.0). Ini disebabkan karena lokasi Stasiun 2 habitat mangrovenya masih terjaga (kawasan konservasi), sedangkan Stasiun 1 habitat mangrovenya dipengaruhi oleh aktivitas pemukiman penduduk dan industri.
Karakteristik Parameter Lingkungan
Kondisi parameter lingkungan perairan di pesisir Timur Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai karakteristik yang hampir sama, hasil pengukuran parameter lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 memperlihatkan bahwa hasil pengukuran paramater suhu perairan di Stasiun 1 berkisar antara 28.0 -- 29.00C, sedangkan Stasiun 2 berkisar antara 29.0 -- 29.00C. Pribadi et al. (2017) mendapatkan suhu perairan di ekosistem mangrove Desa Pantai Mekar dan Pantai Harapan Jaya Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat berkisar antara 22.0 -- 33.50C. Sementara Acik dan Sudarmadji (2017) di Teluk Pangpang Taman Nasional Alas Purwo berkisar antara 27.8 -- 29.40C. Kolehmainen et al, (1974) menyatakan, suhu yang baik untuk mangrove tidak kurang dari 20 C dan KLH (2004) menyatakan suhu optimal bagi mangrove adalah 28-320C.
Pada Tabel 2 juga memperlihatkan bahwa salinitas pada Stasiun 1 berkisar antara 19.0 -- 20.0 ppt, sedangkan di Stasiun 2 berkisar antara 15.0 -- 16.0 ppt. Rendahnya salinitas di Stasiun 2 dibandingkan dengan Stasiun 1 disebabkan oleh lokasi Stasiun 2 dipengaruhi oleh masukan air tawar melalui sungai. Nurhayati (2002) menyatakan bahwa keberadaan salinitas disuatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor masuknya air tawar melalui sungai dan juga dipengaruhi oleh penguapan maupun curah hujan. Selanjutnya, hasil pengukuran pH perairan di Stasiun 1 berkisar antara 7.4 -- 7.5 dan Stasiun 2 berkisar antara 7.1 -- 7.2 (Tabel 2). Pribadi et al. (2017) melakukan pengukuran pH perairan di vegetasi mangrove Desa Pantai Mekar dan Pantai Harapan Jaya Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat berkisar antara 5.7 -- 7.0, sedangkan Acik dan Sudarmadji (2017) melakukan pengukuran di hutan mangrove Teluk Pangpang Taman Nasional Alas Purwo berkisar antara 6.3 -- 8.7. Sementara itu, pengukuran kecerahan perairan di Stasiun 1 berkisar antara 51.0 -- 64.5 cm dan Stasiun 2 berkisar antara 25.0 -- 26.5 cm.
Bila dibandingkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut, secara keseluruhan kisaran parameter kualitas air yang diukur di kawasan pesisir Timur Kabupaten Inhil masih dalam batasan toleransi bagi kehidupan mangrove.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kerapatan populasi R. apiculata di pesisir Kecamatan Tanah Merah sudah tergolong rusak, sedangkan di pesisir Desa Sungai Asam Kecamatan Reteh masih tergolong baik. Kemudian distribusi populasi R. apiculata di dua ekosistem mangrove kecamatan tersebut didominasi oleh kategori pohon. Sementara parameter kualitas air yang diukur juga masih dalam batasan toleransi untuk kehidupan mangrove di pesisir Timur Kabupaten Inhil. Untuk melihat struktur demografi populasi mangrove secara umum, disarankan dilakukan penelitian serupa dengan jenis spesie yang berbeda, karena di lokasi penelitian juga banyak ditemukan jenis  mangrove lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Acik R dan Sudarmadji. 2017. Hubungan faktor ekologi dengan struktur komunitas tumbuhan mangrove Teluk Pangpang Taman Nasional Alas Purwo. JID. 18(1):61-64.
Akbar N, Haya N, Baksir A, Harahap AZ, Tahir I, Ramili Y dan Kotta R. 2017. Struktur komunitas dan pemetaan ekosistem mangrove di pesisir Pulau Maitara, Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Depik. 6(2):167-181.doi:10.13170/depik.6.2.6402.
Alongi DM. 2012. Carbon sequestration in mangrove forests. CarbManag. 3(3):313--322.doi: 10.4155/cmt.12.20.
Amin, B., Afriyani., MA, Saputra., 2011. Distribusi Spasial Logam Pb dan Cu Pada Sedimen dan Air Laut Permukaan di Perairan Tanjung Buton Kabupaten Siak Provinsi Riau. Teknobiologi. 2(1):1-8.
Annisa R, Priosambodo D, Salam MA, Santosa S. 2017. Struktur komunitas mangrove asosiasi di sekitar area tambak Desa Balandatu Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Biol Makas. 2(1):21-35.
Bengen, DG. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor (ID): Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB.
Bhattacharya, CG. 1967. A simple method of resolution of a distribution into gaussian components. Biometrics. 23(1): 115-135.doi: 10.2307/2528285.
Brander LM, Wagtendonk AJ, Hussain SS, McVittie A, Verburg PH, Groot RS, Ploeg SVD. 2012. Ecosystem service values for mangroves in South east Asia: A meta-analys is and value transfer application. Ecosys Serv. 1:62 --69.doi: 10.1016/j.ecoser.2012.06.003.
Chakraborty, SK. 2013. Interactions Of Environmental Variables Determining The Biodiversity Of Coastal-Mangrove Ecosystem Of West Bengal, India. In: National Seminar on Ecology, Environment & Development. Special issue Vol. III:251-265. 2013 January 25 -- 27. India.
Costanza R, Groot RD, Sutton P, Ploeg SVD, Anderson SJ, Kubiszewski I, Farber S, Turner RK. 2014. Changes in the global value of ecosystem services. Glob Environ Chang. 26:152--158.doi: 10.1016/j.gloenvcha.2014.04.002.
English S, Wilkinson C, Baker V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources, Australian Institute of Marine Science. Townsvile (AUS). 390 hal.
Efizon, D., M. Fauzi., Rosliadi., A.H. Yani dan R. Junaidi., 2017. Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Prosiding Seminar Antarbangsa ke-10 Malaka, Malaysia.18-19 November 2017
Hilmi E. 2010. Analisis biodiversiti ekosistem mangrove di Indragiri Hilir. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Biologi -- Biodiversitas dan Bioteknologi Sumberdaya Akuatik:133-141. 26 Juni 2010. Purwokerto, Indonesia.
Jupriyati R, Soenardjo N, Suryono CA. 2013. Akumulasi logam berat timbal (pb) dan pengaruhnya terhadap histologi akar mangrove Avicennia marina (Forssk). Vierh. di Perairan Mangunharjo Semarang. Mar Res. 3(1):61-68.
Kaewtubtim P, Meeinkuirt W, Seepom S, Pichtel J. 2016. Heavy metal phytoremediation potential of plant species in a mangrove ecosystem in Pattani Bay, Thailand. Appl Ecol and Environ Res. 14(1):367-382.
Kitamura S, Chairil A, Amalyos C, Shigeyuki B. 1997. Buku Panduan Mangrove di Indonesia - Bali dan Lombok. Okinawa (JPN): JICA. 121 hal.
[KEPMEN-LH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004a. Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. No. 201. Jakarta.
[KEPMEN-LH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004b. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. No.51. Jakarta.
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2004. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Dalam: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. KLH, Jakarta.
Noor YR, Khazali M, Suryadiputra INN. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor (ID): PHKA/WI-IP. 227 hal.
Nurhayati. 2002. Karakteristik Hidrografi dan Arus di Perairan Selat Malaka. Perairan Indonesia Oseanografi, Biologi dan Lingkungan. Puslit Oseanografi LIPI. Jakarta:1-8.
Pribadi R, Khakim A, Nurdianto F. 2016. Struktur dan komposisi vegetasi mangrove di Desa Pantai Mekar dan Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan -- Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip:819-828.
Syahrial, Â 2011. Pengaruh Minyak Mentah Terhadap Pertumbuhan dan Defoliasi Anakan Mangove R. apiculata Dikelurahan Pangkalan Sesai Kecamatan Dumai Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau (Skripsi). Pekanbaru.Â
Udechukwu BE, Ismail A, Zulkifli SZ, Omar H. 2014. Distribution, mobility, and pollution assessment of Cd, Cu, Ni, Pb, Zn, and Fe in intertidal surface sediments of Sg. Puloh mangrove estuary, Malaysia. Environ Sci Pollut Res. 22(6):4242-4255.doi: 10.1007/s11356-014-3663-4.
[UNEP] United Nations Environment Programme. 2014. The Importance Of Mangroves To People:Â A Call To Action. van Bochove J, Sullivan E, Nakamura T. (Eds). United Nations Environment Programme World Conservation Monitoring Centre, Cambridge. 128 pp.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI