Mohon tunggu...
Wilda Hikmalia
Wilda Hikmalia Mohon Tunggu... Administrasi -

Usaha, do'a, yakin dan kerja keras. Serta tulus dan ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Gunung Lembu: Tinggi Tak Seberapa, Treknya Luar Biasa

11 April 2016   14:06 Diperbarui: 12 April 2016   08:03 4397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apalah daya meminta fasilitas lebih. 6 ribu minta AC dingin? Ya mimpi. Harga tiket ekonomi ini memang sangat jauh murahnya bahkan dari KRL yang sering lalu-lalang Jabodetabek.

Tapi sungguh perjalanan panjang tiga jam alangkah lebih baiknya difasilitasi dengan harga tiket yang seimbang. Setidaknya pendingin ruangan setiap gerbong memang benar-benar diperhatikan agar penumpang tidak mandi keringat. 

Apalah daya, mengeluh tiada guna. Selain menikmati perjalanan panjang penuh warna sembari membayangkan kipas angin biru di rumah sudah duduk manis di dalam gerbong dan berputar di colokan yang kosong disebelah kiri itu. Oh, alangkah nikmatnya.

[caption caption="Stasiun Purwakarta dalam panasnya yang luar biasa"]

[/caption]Pukul 13.30 stasiun terakhir pun akhirnya dijumpai, meleset 47 menit dari jadwal yang seharusnya 12.43.

Stasiun yang terletak di Jl. Kornel Singawinata No.1 Nagri tengah ini tampak tak begitu ramai. Hanya kereta kami yang merapat diterik panas matahari siang. 

Turun dari kereta petugas segera menghalau penumpang untuk segera keluar stasiun. What the …..this. Aku masih  perlu memastikan seluruh peserta dan mengomandoi titik kumpul, mempersiapkan diri kembali dan menginstruksikan langkah berikutnya perjalanan kami, tapi petugas stasiun menggertak untuk segera keluar area dalam stasiun. 

Boro-boro untuk hanya sekadar mengumpulkan pasukan di dalam stasiun, menurunkan sesaat saja ransel di punggung, sudah di halau oleh petugas. Memohon izin ke toilet saja karena sudah kebelet langsung dialihkan oleh petugas. Apa-apaan ini penyambutan yang kami terima. Tidak sangat bersahabat sama sekali. Abang-abang berseliweran di dalam stasiun yang menawarkan angkutan pun juga banyak. Apalagi melihat kami yang berbeban ransel tanpa permisi langsung mereka dekati.

Untung siang ini, dua mobil pick up sudah terparkir elok di depan stasiun yang siap mengantar kami ke pos terakhir sebelum pendakian. Pun buang air kecil yang sudah di tahan-tahan sedari atas kereta harus bersabar lagi sampai menemukan POM bensin di depan sana.

Sebenarnya ada daya tarik tersendiri dari Stasiun Purwakarta ini yaitu makam tumpukan besi tua atau bisa dibilang tempat peristirahatan terakhir gerbong-gerbong kereta api yang sudah usang dan berkarat. 

Bangkai-bangkai kereta yang sudah tidak bisa difungsikan ini lagi mengundang setiap mata terutama yang baru pertama kali ke stasiun ini untuk mengetahui dan melihatnya lebih dekat atau hanya sekadar memandang lebih lama onggokan-onggokan ratusan KRL ekonomi yang ditumpuk di sini. 

Nuansa retro, klasik bahkan misterius atau unik tentunya membuat pecinta poto akan segera mengabadikan keindahan dalam mistis itu. Sempat terpikir dibenak, daripada ditumpuk seperti itu-yang pun orang lain tidak bisa menikmati dengan nyaman, alangkah lebih baiknya difungsikan untuk karya seni (mungkin) yang lebih bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun