KOTAWARINGIN TIMUR (8-10-2021),- Virus COVID-19 masih saja menjadi banyak perbincangan di kalangan masyarakat luas. Dampak yang diterima cukup fatal terutama di sisi perekonomian. Gelombang lonjakan penularan virus COVID-19 ke 2 di Indonesia beberapa bulan lalu membuat pemerintah tegas menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kebijakan tersebut dilakukan bertujuan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.
Adapun salah satu ketentuan dari kebijakan tersebut mengatur kegiatan atau operasional pada pusat perbelanjaan seperti objek wisata, mall, pasar tradisional, bahkan toko material dan toko kelontong pun terkena dampak dari kebijakan tersebut. Pusat perbelanjaan tersebut diijinkan beroperasi hanya sampai dengan jam 20.00 waktu setempat. Selain itu, kapasitas pengunjung pun dikurangi dengan maksimal pengunjung 50% dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Sementara itu, di sebuah warung wifi yang menjual makanan seperti mi ayam, gado-gado, seblak, nasi goring, dll yang kebanyakan para anak muda yang masih sekolah jenjang SMP-SMA, masyarakat sekitar, bahkan para sopir kendaraan besar. Akibat dari sistem pembelajaran daring, para pelajar yang mayoritas anak kost, memilih untuk pulang kampung. Sedangkan para sopir kendaraan besar juga semakin berkurang bahkan ada yang putus kerja atau pengurangan karyawan yang mengakibatkan semakin sedikit para sopir yang telah menjadi pelanggan warung wifi tersebut. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Bu Roni, sebagai pemilik "Warung Wifi Serba 10 Ribu" di Jl.Jendral Sudirman KM 86, Desa Simpang Sebabi, Telwang, Kotawaringin Timur, menjelaskan bahwa PPKM dan pembelajaran daring memang benar-benar nyata berdampak pada kegiatan orang banyak dan banyak pengusaha yang kehilangan pelanggan karena banyak yang pulang kampung.
Akan tetapi, Ibu Roni tidak patah semangat. Di jaman yang serba digital ini Ibu Roni juga memanfaatkan gadget nya untuk mencari pelanggan, Ibu Roni bisa dikatakan cukup mahir dalam penggunaan gadget. Dengan sosial media yang beliau miliki, beliau cukup sukses dan lancar dalam berdagang dalam menyediakan stok bahan makanan dan menerima pesanan dalam jumlah kecil maupun besar.
Peralihan menuju pasar digital itu berbuah manis, dari yang sebelumnya sepi pelanggan menjadi 2 kali lipat lebih untung. Keuntungan yang didapatkan selama satu bulan kurang lebih sekitar 10 juta rupiah. Meski lebih untung dari biasanya, tetapi Bu Roni sendiri maupun mayoritas pedagang UMKM pasti menginginkan agar kondisi semakin normal dan menjalani kehidupan yang jauh lebih baik pastinya.
Penulis : Muhammad Kafal Faa'id (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa)