Mohon tunggu...
Ayu Ningtyas
Ayu Ningtyas Mohon Tunggu... Guru - A life traveller

Adventuring, writing, and celebrating

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Menunggu Hujan

31 Agustus 2019   07:17 Diperbarui: 31 Agustus 2019   07:20 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: www.pixabay.com

Kemarau usai rupanya
Hujan turun tanpa diduga
Aku masih di luar
Termangu menatap atap rumah kita
Lalu kilat dan guntur datang
Titik-titik airnya turun, menderas

Aku teringat pada ternak kita
Aku juga teringat jemuran di belakang rumah
Kemudian aku teringat kebun-kebun yang basah, tersemai
Kau lihatlah bunga-bunga kenikir dan bayam yang kembali segar di pekarangan
Tanaman-tanaman kering yang rindu hujan di sepanjang musim

Lengang di teras
Pendar warna jingga di langit barat, tak tampak
Mendung menggelap

Kau lupa membawa payung saat pergi tadi
Aku sudah mengingatkanmu, tapi kau tidak dengar
Berteduhlah
Hingga hujan mereda
Baru kau lanjutkan langkah

Aku masih di beranda
memandang langit kelam tanpa bintang meluruhkan gerimis yang panjang
Suara katak di parit bersukaria
Bunyi tetes air beradu dengan kaleng bekas di halaman depan
Bersahut-sahutan
Serupa kondektur bus di ujung lorong terminal menawarkan tujuan

Kursi kayu dengan sandaran rotan dingin oleh cuaca
Angin berembus cukup kencang
Menuntaskan tetesan air yang menempel di pucuk-pucuk daun mangga
Sesekali daun-daunnya menggesek genting
Lalu suara gedebuk keras saat beberapa buahnya jatuh di tanah
Hujan masih belum benar-benar reda

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun