Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Explore Ubud-Tegallalang-Tampak Siring-Danau dan Gunung Batur; Kintamani Bali (Bagian I) Sebuah Catatan Perjalanan Solo Trip

3 April 2013   13:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:48 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang kita membutuhkan waktu untuk diri kita sendiri, memanjakan tubuh kita, dan sedikit keluar dari frame mengenai kebersamaan. Karena memang kita, atau tepatnya semua orang, membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, dan hanya kita saja yang merasakan kesendirian itu. Sendiri bisa jadi membuat diri kita belajar banyak hal. Dari hal-hal yang baru yang akan kita jumpai, atau bahkan dari pengalaman yang akan datang menghantam kita. Biarkan kaki kita melangkah dengan santainya untuk melihat hal-hal lain yang belum pernah kita ketahui sebelumnya, dan jelas itu akan membawa sebuah pengalaman baru, kawan baru dan hal-hal baru lainnya yang hanya kita saja yang tahu.

Kalau dibahasa Inggrisnya mah sa’karep ku dewe. Itu yang kulakukan dalam mengexplore sisi lain Bali. Ya Bali memang sudah sangat terkenal ke seantero jagat raya ini, tetapi objek wisatanya kebanyakan hanya wisata pantai saja. Aku ingin mencoba destinasi yang lain, trekking ke sebuah gunung yang masuk dalam Global Geopark Network yang sudah dikukuhkan oleh Unesco. Penetapannya dilakukan pada saat Konferensi Geopark Eropa yang ke - 11 di Geopark Auroca, Portugal pada 20 September 2012. Gimana kita engga tertarik untuk mengunjunginya, bahwa kaldera Gunung Batur merupakan kaldera pertama di Nusantara yang masuk dalam jaringan itu. Luar biasa kan kawan.

Aku hunting tiket promo untuk mendapatkan penerbangan yang paling pagi agar tiba di Bali masih sempat menikmati suasana Bali di Pagi hari. Untuk itu aku coba menghubungi kawanku yang bekerja di maskapai penerbangan Merpati, untuk mendapatkan tiket promo itu. Titi, ya kawan yang pernah satu frame denganku ketika aku mantai ke Ujung Kulon dan Narkopian di gunung tertinggi di tatar Sunda (Ciremei). Aku telpon dan menayakan tiket promo itu. Eng ing eng, Tuhan maha baik. Aku mendapatkan tiket promo itu. Dan aku juga mendapatkan penerbangan yang pagi, jam 06.00.

“Motor Mabur” Merpati sudah menunggu jam 06.00 pagi kawan, setidaknya aku harus tiba di Bandara Soetta jam 5.30. Mau ga mau juga aku harus berangkat dari rumahku di Depok setidaknya jam 03.15. Dan mau ga mau juga aku harus membawa si “kancilku” yang selalu menemaniku kemana saja. Aku bergegas dan ngga sempat menyeruput narkopiku. Jalan masih lengang kawan, enak untuk di nikmati. Perlahan aku gas si “kancilku”. Tepat jam 5.30 aku tiba di Bandara, dengan santai aku melangkahkan kakiku menuju terminal dimana “motor mabur” yang akan membawaku ke Bali sudah parkir. Jika kawan mengendarai motor, motor bisa kita parkir di parkiran Bandara kok. Aman lancar dan terkendali….

Penerbangan on time kawan, tidak delay, jika delay aku sudah niat dalam hati Aku akan tinggal “motor mabur” itu, biar adil kawan, karena kan jika kita yang telat 5 menit saja, kita yang di tinggal. hahahaha. Untung saja penerbanganku tidak delay, sehingga tidak jadi aku tinggal..intermezo sedikit ah kawan.

Tips untuk kawan menghabiskan waktu didalam “motor mabur”, ada beberapa maskapai yang sudah meyediakan mp3 atau film-film di depan bangku kita, touch screen kawan, dan kuberitahu satu hal, bahwa konsep touch screen itu adalah idenya dari orang Indonesia, lebih tepatnya warung tegal kawan. Hahahahahaha, dan itu menginspirasi Steve Jobs ke dalam telpon pintarnya, lagi-lagi intermezzo kawan. Kita bisa menggunakan fasilitas itu. Selain itu, kita juga bisa bersosialisasi atau mengobrol dengan penumpang lain, sukur-sukur cocok dan jadi jodoh kita. Kalau tidak pun mungkin saja akan menjadi teman di lain kesempatan. Sementara, membaca itu kan sudah sangat lumrah dilakukan di dalam “motor mabur”, dan pasti membosankan apalagi bacaan yang disediakan juga sangat terbatas

Sekira jam 08.00 saya tiba di Bandara Ngurah Rai Bali. Engga macet kawan ya di udara itu, ckckckck. Dan saya berfikir apakah di udara sana, ada lintasan atau jalur-jalurnya juga ya seperti di darat untuk semua penerbangan, hebat sekali yang menciptakan jalur-jalur pesawat itu, sehingga tidak tabrakan dengan “motor mabur” lainnya. Atau apakah semua itu sudah ada lintasannya. Seperti system tata surya kita, galaksi, bintang dan bulan serta benda-benda langit lainnya. Mereka semua beredar sesuai dengan garis edarnya.

Bandara Ngurah Rai sedang sibuk berbenah dan mempercantik diri, masih di renovasi dan diperluas. Aku nikmati kesendirianku. Orang berlalu lalang dengan tujuannya masing-masing. Aku langkahkan kakiku menuju keluar area bandara. Tujuan ku adalah Ubud. Di Bali memang kurang manusiawi buat kita yang suka backpackeran dengan mengandalkan angkutan umum. Disana hanya ada Taxi, Sewa mobil atau ojek kawan. Aku keluar area Bandara untuk mencari ojek. Dengan santai aku nikmati kesendirianku ini, sa’karepku dewe. Ya lumayan juga kita berjalan untuk menuju luar bandara. Namun jelas itu akan menghemat pengeluaran kita. Aku dapatkan ojek, untuk mengantarku ke Kuta Sentrak Parkir, nah kawan Kuta Sentral Parkir ini adalah semacam shelter bus Sarbagita, mirip dengan busway di Jakarta. Dengan ongkos 25.000 aku tiba di shelter itu, untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju terminal Batu Bulan.

Tak lama aku menunggu bus Sarbagita muncul, aku naik, nyessss, adem kawan. AC nya super sekali. Sanur kulewati. Sekira 2 jam aku tiba di terminal Batu Bulan. Oh ya kawan, ongkos sarbagita ini murah, hanya Rp 3.500,-.untuk umum dan Rp 2,500,- untuk pelajar. Aku lihat-lihat di sekitar terminal Batu BUlan ini ada bemo, sebutan untuk angkutan di bali menuju Ubud. Namun setelah beberapa aku tunggu bahkan sempat 1 gelas narkopi aku hirup, masih belum datang juga bemonya. Akhirnya seseorang menawarkan jasa ojek untuk mengantarku ke ubud. Oh ya sebelumnya, di Jakarta aku sudah booking penginapan murah di Ubud, tepatnya dekat Monkey Forest, itu aku lakukan agar aku tidak terlalu planga plongo disana, dan tepat sekali. Prepareran ku sangat bermanfaat.

13649696271287105342
13649696271287105342

Aku hubungi Pak Nyoman Subandi, pemilik penginapan Pondok Frog di Ubud, bahwa aku sebentar lagi datang. dengan bantuan ojek sangat mudah aku menemukannya penginapan itu. Memang juga karena lokasinya yang strategis dan di pinggir jalan. Aku tiba dan langsung di sambut Pak Nyoman dengan ramah. Kamar sudah disiapkan, aku segera masuk kamar dan istirahat sebentar, tapi engga ketinggalan aku memesan narkopi untuk menemani istirahatku. Nanti sore baru aku akan mengexplore setidaknya Monkey Forest, Pasar Ubud, dan Museum yang ada di Ubud.

13649694231952220504
13649694231952220504

Cukup, istirahat sudah kelar, narkopianpun sudah di sruput. Aku siap untuk mendatangai Monkey Forest. Ya Monkey Forest adalah sebuah hutan yang di isi oleh ratusan monyet-monyet yang bebas berkeliaran. Dan aku lihat turis-turis itu begitu asik memberikan makanan ke seekor monyet yang paling besar. Ada yang bergerombol, ada yang menggendong anaknya, dan mereka bebas berkeliaran. Dan turis-turis itu tampaknya begitu menikmati dengan moment itu kawan. Mungkin buat mereka itu adalah hal teraneh yang pernah dilakukan, karena di negaranya sana, monyet tidak boleh berkeliaran. Hahahaha. Pengunjung yang kebanyakan turis asing itu begitu menikmati dengan nuansa dan suasana itu, namun aku lihat dari kejauhan ada juga seorang ibu muda bule tampak ketakutan ketika bayinya di dekati monyet yang besar yang akhirnya mereka tidak jadi masuk dan tidak bisa menikmati suasana hutan itu.

Hutannya masih asri, luas rimbun dan sejuk. Daun-daunnya yang rimbun menghasilkan oksigen murni bagi para pengunjungnya serta jalan setapaknya yang dari batu tertata rapi nan asri, menjadi daya tarik tersendiri. Di tengah panasnya Bali.

Aku lanjutkan perjalanan menuju museum lukis, di sepanjang jalan menuju kesana, kios-kios kerajinan tangan dan seni khas Bali jelas sangat banyak dan ramai, namun bagiku penggemar narkopi. Sulit sekali mencari warung kopi yang nangkring di pinggir jalan, aku terus susuri jalan itu dan tetap saja tidak aku temukan warung kopi pinggir jalan, tips, bagi penggemar kopi, bersiaplah terisolasi dengan aroma kopi di sepanjang jalan ubud ini, karena kita sulit sekali menikmati sruputan kopi disana. Mungkin ada di restoran-restoran itu. Tapi…… Spa, massage banyak sekali bertebaran, dan aku mencoba massage ballines, waw. Adem ayem tentrem loh jinawi kawan, hahahaha. Karena lumayan jauh aku berjalan kaki. Relaks lagi setelah terkena ballinese massage.

13649695044915645
13649695044915645

1364969546672922548
1364969546672922548

Aku kembali ke penginapan untuk istirahat lagi. Oh ya kawan, bagi kawan yang suka akan kuliner di ubud, hampir semua resto dan rumah makan di sana sangat memanjakan lidah kita. Bagi kita yang muslim, persis di depan jalan Monkey Forest, masakan bebek bengil sangat cocok untuk lidah kita, dan kawan harus mencobanya. Bagi kawan yang non muslim, babi panggang mungkin menu yang dahsyat. Selamat menikmati wisata kuliner di Ubud kawan. Dan Ubud juga merupakan wisata kuliner terbaik

Malamnya aku coba keluar lagi untuk menambah pengalaman baru buatku, aku keluar selain untuk mencari warung padang, aku juga ingin mengetahui kesibukan di ubud pada malam harinya, lengang pada malam itu, mungkin karena bukan hari libur kawan. Aku menikmati lagi kesendirian ini, hanya café-café, resto dan kios kerajianan yang aku lihat malam itu. Akhirnya warung padang ada juga. Langsung ku pesan, rendang sudah pasti, tambo cie ni.hahaha. seperti kebiasaan lamaku, rokok yang baru ku beli satu bungkus kawan, satu bungkus. Dan baru kuhisap satu batang, melayang di warung padang itu beserta korek-koreknya. Hadeuhhhh. Pengen tepok jidat banyak orang, pengen pentogin ke tembok kasian kepalanya…ckckckckck

Kenyang, aku pulang menyusuri jalan itu untuk istirahat..tidoooorrrrrrrrrrr (to be bersambung).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun