Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pendakian Gunung Pangrango 3.019 Mdpl Sembari Narkopian; Sebuah Catatan Perjalanan

3 Mei 2013   09:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:12 2024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesetiaan masih ada Setidaknya menjadi cita cita Itu sebabnya aku disini Menemanimu Untuk pengabdi lagu para pengabdi Di puncak gunung di tengah tengah samudera Di dalam rimba di kebingungan desa dan kota (Iwan Fals #untuk Pengabdi) Aroma khasnya membuat aku selalu merindukannya, begitu semerbak dan tampak segar dan abadi. Lembahnya menebarkan pesona keindahan yang membuat semua orang yang menatapnya ingin selalu kembali. Medan terjalnya dan tumbangnya pohon-pohon di tengah jalan akan selalu menjadi cerita-cerita yang berebeda-beda walaupun sudah sering kita mendakinya, yup Mandalawangi dan Edelweiss. satu kesatuan yang selalu saja membangkitkan gairah untuk menggapainya. Namun kawan, life need a proses.Apapun itu kita akan membutuhkannya, kita tidak bisa langsung menerima secara instan. seorang bayi yang baru lahir memerlukan beberapa fase untuk bisa berlari. Seorang iwan fals sebelum setenar sekarang bahkan harus dan sempat mengamen di pinggir jalan, sampai di interogasi aparat selama dua minggu, dan itu membuatnya trauma. Begitu juga menggapai puncak Pangrango dan Lembah Mandalawangi membutuhkan proses atau perjuangan yang luar biasa. Tetesan keringat, mental dan fisik yang prima, serta tekad yang kuat akan membawa kita ke suasana yang hanya diri kita saja yang bisa mengungkapkannya. Ya, rasa dimana sebuah sensasi luar biasa menyelimuti perasaan kita, begitu bahagianya ketika kita tiba di puncaknya menggapai asa yang terpendam di dalam jiwa. Mungkin itulah extase para pendaki, setelah bisa melalui proses-proses atau perjuangan yang sangat melelahkan. Kami 20 orang berangkat untuk menggapai ekstase itu, dengan tujuan ke gunung pangrango jumat malam, jam 22.00 baru kita start dari Kp Rambutan dengan mobil carteran metromini. Alhamdulliah perjalan menuju Cibodas tidak di ganggu dengan kemacetan yang biasa terjadi di Puncak. Sekira pukul 00.30 kami tiba di basecamp Cibodas. segera kita hunting makan dan kopi serta teh manis. Rupanya para pendaki lain juga sudah banyak bahkan terkesan seperti pasar malam, karena begitu banyaknya pendaki yang hendak nanjak. kami pindah basecamp yang lebih luas agar bisa gogoleran dan rebahan untuk istirahat karena besok paginya kita akan nanjak menikmati alam dan lembah. Jam 05.00 kita sudah bangun atau lebih tepatnya terbangun karena memang teman-teman yang lain sudah berisik dan repacking untuk nanjak nanti. packing selesai dan kita siap untuk nanjak, namun kawan persiapan kita naik sedikit terkendala hujan yang turun di pagi itu, ya pada hari itu rupanya gunung gede pangrango baru pertama di guyur hujan yang lumayan lebat, yang sebelum-sebelumnyanya hanya gerimis saja. hujan semakin deras, dan sepertinya akan awet sampe siang atau sore. kemudian diputuskan untuk tetap nanjak, tetapi jika hujan sudah sedikit mereda. Pukul 08.00 hujan mulai mereda dan kita bergegas untuk nanjak dan selalu tak lupa di iringi doa agar kita semua aman lancar dan terkendali sampai turun kembali. pagi itu tetap kita di temani hujan. tiba di pos awal kita registrasi ulang dan tidak lupa berpose bersama. registrasi aman dan akhirnya kita..lanjuuuuuuuuuuut..... Awal Pendakian Pendakian di mulai dengan di iringi hujan yang tidak terlalu deras. dengan beban di pundak dan dengan satu tujuan menggapai puncak Pangrango dan Mandalawangi kami berjalan perlahan, kami masih bercengkrama satu sama lainnya. kami terus berjalan dan bercerita. Medan berbatu yang sepertinya sudah ditata, mungkin untuk memudahkan pengunjung untuk menikmati alam dan air terjun Cibeuerum yang memang sudah sangat terkenal. Kami berhenti sejenak untuk istirahat dipos Telaga Warna, karena memang hujan tak berhenti, setelah istirahat sejenak kami kembali berjalan menyusuri jalan yang lumayan lebar. [caption id="attachment_258698" align="alignnone" width="360" caption="Jalur yang masih landai"][/caption] Pos Panyancangan tiba, ini merupakan pos pertigaan yang akan menuju air terjun Cibeureum dan menuju puncak Gunung Gede Pangrango. Seperti biasa kami istirahat sejenak untuk mengembalikan energi yang sudah lumayan terkuras. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan. Pos berikutnya adalah Air Panas, ya pos dimana kita akan melewati sebuah jalur yang menurutku extrem namun eksotis, bagaimana tidak, air panas akan kita lewati dan langsung sisi kirinya jurang. jika tidak hati-hati waw.. [caption id="attachment_258699" align="alignnone" width="360" caption="Air Panas yang akan kita lalui"]

13675460801706079655
13675460801706079655
[/caption] Aku tiba di air panas sendirian, sementara kawan-kawan yang lain sudah ada yang di depan dan di belakangku. sejenak aku nikmati keheningan alamnya dan kehangatan airnya. tak berapa lama G'dox dan Dian muncul akhirnya kami berjalan bertiga menyusuri alam Gunung Pangrango di temani beban di pundak dan asa menggapai puncaknya. seperti biasa kami berjalan dengan fokus kami masing-masing, tidak ada lagi suara cengkrama dan bahan cerita yang keluar dari mulut kami. Karena semua menikmati kelelahannya masing-masing. Aku terus berjalan menyusuri jalan dan aku sangat suka keheningannya, udara yang murni dan suara burung menemani kesendirianku. [caption id="attachment_258700" align="alignnone" width="360" caption="Batu dan akar adalah medan yang akan selalu kita temui"]
13675461311157114160
13675461311157114160
[/caption] Namun kawan, di tengah jalan setelah air panas, aku lihat kawanku terkulai lemah. kakinya kram dan tak bisa bergerak. disitu sudah ada tewand, mbae dan dian. akhirnya ada pendaki lain yang memberikan saran untuk coba di oleskan jahe. pelajaran moral 120 yang aku dapatkan "berbagilah kepada orang yang membutuhkan walupun terlihat kecil namun besar manfaatnya". oh ya kawan sebelumnya jahe itu di oleskan kebagian yang keram, Mbae. Tewand dan Dian sudah mengolesinya dengan obat pelemas otot yang kebetulan dibawa mbak Relly. Lumayan lama juga kawanku itu kramnya. Akhirnya kang Sob, P(f), Kang Nyotz, Dyorke tiba. aku kembali melanjutkan perjalanan dan applus dengan mereka, untuk menemani kawanku yang kram itu. Kembali aku berjalan sendirian menikmati keheningannya, tahukah kawan setelah kami tiba di pos kandang badak. pada saat bercengkrama dan bercerita tentang medan yang baru saja kami lalui, rupanya kawan kami Ucok dan p(f) di antuk lebah diantara pos air panas dan Kandang badak. yang membuat mereka teriak, dan tahukah kawan teriakkannya menggema di seantero heningnya gunung. [caption id="attachment_258702" align="alignnone" width="480" caption="Bercengkrama, bercerita dan memasak adalah hal yg mengasikkan kawan (kandang Badak)"]
1367546257306943809
1367546257306943809
[/caption] Akhirnya, pukul sekira pukul 15.00 pos untuk kami ngecamp tiba juga. ya, kandang badak. Pos kandang badak adalah pos terakhir untuk menuju dua gunung Lembah Surya kencana atau Lembah Mandalawangi. rupanya di pos itu sudah ada Kang Tege, Rian, Reza, Tutu, Ucok, Mbak Cupay, dan Arry. Segera kami dirikan tenda dan bergegas untuk masak dan makan siang. satu persatu akhirnya tiba di pos kandang badak. [caption id="attachment_258703" align="alignnone" width="360" caption="LAgi dan Lagi tertawa lepas bersama sahabat (kandang badak)"]
1367546381974090664
1367546381974090664
[/caption] Kami mengelilingi tenda bercanda, tertawa, bercerita bersama mengungapkan kesan-kesan kami tadi dijalan. makanan telah siap mari kita bersantap. Menu yang seperti biasa di gunung. telor dadar, mie rebus, chiecken wing atau mungkin sayap ayam. sambal, sungguh kebersamaan yang indah. makan selesai dan waktunya menikmati dinginnya malam. Nah kawan suasana seperti itu yang membuat aku selalu kangen. Kebersamaan bersama sahabat alam, semilir angin merayapi kulitku, masuk melalui pori dan menghasilkan gemeretaknya dalam tubuhku. setelah puas menikmati suasananya. akhirnya kami.. tiddddooooooooorrrr. Muncak Pukul 02.00 dini hari kami bangun untuk menggapai asa yang memang terpendam dari bawah tadi, Puncak Pangrango dan Lembah Mandalawangi. Bayangkan, jam 02.00 ketika sebagian orang sedang terlelapnya tertidur dan mungkin bermimpi sangat indah, sementara kami harus bangun melawan dinginnya udara gunung dan pastinya medan curam sudah menanti di depan mata kami. Namun kawan semua itu akan terbayar lunas --dan mungkin kami lebih bahagia dari sebagian mereka yang tadi tidur terlelap-- ketika kami dapat menggapainya. Rupanya ada beberapa kawan kami yang tidak muncak, dan menjaga tenda. kareana kami muncak tidak menggunakan carrier. kami hanya membawa beberapa botol air mineral dan logistik. Pukul 03.10, kami mulai menapaki jalur yang gelap dan setapak. kami terus berjalan melawan dinginnya udara dini hari dan terjalnya medan yang membuat energi kami sangat terkuras. Aku terus berjalan menikmatinya, langkahku ringan, hembusan nafasku tidak memburu dan aku benar-benar sangat menikmatinya kawan. Medan semakin curam dan terjal, pohon-pohon tumbang menambah perjuangan kami untuk menggapai Puncak Pangrango semakin berat. sekarang nafsku memburu seperti kereta tua, langkah kaki sudah semakin lunglai, setapak demi setapak ku lalui semua rintangan itu, kelembaban yang tinggi membuat nafas kami cepat habis. [caption id="attachment_258705" align="alignnone" width="480" caption="Menuju puncak Mandalawangi"]
1367546467892921168
1367546467892921168
[/caption] Kami sejenak beristirahat untuk mengatur nafas, mengembalikan ketegangan otot-otot, mengembalikan tekad kami yang mungkin sudah sedikit goyah karena beratnya medan yang baru saja kami lalui. Ditengah perjalanan dengan medan yang curam itu mungkin ada beberapa kawan yang tekadnya sudah tidak bulat lagi atau mungkin sudah goyah, namun saktinya kawan adalah memberikan semangat pantang menyerah untuk mengalahkan aral yang ada. Bahkan aku mendengar kabar, bahwa jika tiba di Mandalawangi kawan ku itu akan guling-gulingan, gelitikan-gelitikan bahasanya Kang Sob. nazar yang memberikan motivasi sendiri.
13675464981158561618
13675464981158561618
Kami terus berjalan menembus malam, hanya cahaya head lamp saja yang menerangi kami, Kami tidak bercengkrama lagi, tidak bercerita lagi, kami hanya menikmati kelelahan kami masing-masing. pohon-pohon tumbang semakin banyak, jalan semakin sempit. [caption id="attachment_258707" align="alignnone" width="480" caption="JAlur sudah hampir tiba, gaji ke 13, landai dan datar menuju puncak Pangrango dan lembah Mandalawangi"]
13675466141232831441
13675466141232831441
[/caption] Sekitar 3 jam perjalanan dengan melalui medan yang terjal itu, jalan datar di depan kami, pohon-pohon khas puncak gunung memandangi kami seperti mengucapkan selamat datang di Puncak Pangrango. ya kawan, akhirnya aku tiba di Puncak Pangrango yang di tandai dengan tugu atau batu panjang berdiri kurang lebih 1,5 meter. alhamdulillah, aku mengucap sukur yang tak terkira akhirnya aku tiba di puncak Pangrango. Kang Sob, P(f), Tutu, Dyorke, Dian dan Mbak Cupay. Kang Tege dan Rian juga muncul dan mengabadikan moment di tugu itu dengan mengibarkan bendera merah putih. [caption id="attachment_258708" align="alignnone" width="576" caption="Bernarsis Ria di Puncak Pangrango"]
13675466381265733679
13675466381265733679
[/caption] Masih belum selesai kawan, karena kami harus turun untuk menikmati lembah Mandalawangi. Lembah dengan hamparan edelweiss nan indah. oh iya kawan, rupanya yang nazar di tengah jalan tadi adalah tewand, karena aku lihat di kejauhan Tewand, Mbae, Arry dan Dian sedang mengabadikan moment dimana Tewand guling-gulingan atau gelitik-gelitikan bahasanya kang Sob. Aku tersenyum dan sangat salut dengan tekadnya yang luar biasa, mampu melalui medan yang terjal dan dingin. Aku sangat menikmati suasana ini, ya, suasana dimana aku bisa merasakan aroma khasnya, dinginnya mampu mendinginkan hati dan jiwaku, airnya bisa menjernihkan fikiranku dan lapangnya Lembah Mandalawangi mudah-mudahan bisa juga menulariku dadaku yang terasa sempit mejadi lapangnya seperti lapangnya Mandalawangi. [caption id="attachment_258709" align="alignnone" width="480" caption="Akhirnya Lembah Mandalawangi tiba dengan hamparan edelweissnya"]
1367546681845564467
1367546681845564467
[/caption] Kami bersalaman, mengucapkan syukur dan tak lupa bendera merah putih berkibar. Oh iya kawan, disamping ceritaku ini, aku yakin dari semua kepala yang ada disana, mereka juga akan mempunyai ceritanya masing-masing. Ceritaku ini hanya serpihan kecil dari cerita yang tergambar secara keseluruhan. [caption id="attachment_258710" align="alignnone" width="576" caption="BErfutu bersama Tim NArkopian Di Lembah Mandalawangi"]
1367546707195076222
1367546707195076222
[/caption] Kepada sahabat alam Kang Tege, Kang Sob, P(f), Tutu, Ucok, Kang Nyotz, Dyorke, Adi G'dox, Eko, Wanda, Arine, Arry, Relly, DIan, Reza, Ahonk, Yani, Ganjar, Mochtar Hanafi, Mbak Cupay. thanks untuk kebersamaannya, menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, memasak bersama dan bercanda tawa suka ria.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun