Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... irero

Sustainable lifestyle learner | Book sniffer | another me : irerosana.com | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasib Juru Parkir Liar di Tengah Transformasi Dunia Menuju Cashless

12 Agustus 2025   13:19 Diperbarui: 12 Agustus 2025   18:59 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi parking sumber: Unsplash.com/Riaan Petrorius

Ya saya tahu tidak sebaiknya kita terlalu memikirkan nasib pekerjaan atau profesi yang tidak formal semacam juru parkir. Masalahnya adalah mau dihitung atau tidak mereka tetap ada untuk memindahkan recehan dari kantong kita ke kantong mereka.

Ceritanya begini, saya pernah makan disebuah tempat makan viral milik salah satu host podcast yang cukup terkenal. Biasanya di Jakarta setiap kali lapar ya tinggal belok ke tempat makan saja. Asalkan membawa handphone full baterai dan kuota mah semua aman.

Di kota ini semua bisa di bayar melalui sistem pembayaran non tunai seperti scan barcode alias Qris, debit, transfer dan semacamnya. Bahkan kalau kamu beli cilok di pinggir jalan pun bisa pakai Qris. Iya, Jakarta sudah se-Qris itu!

Ah, hal semacam itu tidak perlu diutarakan maupun diperdebatkan, bukan?

Eits, tunggu dulu Ferguso, beberapa daerah lain nyatanya belum "se-Qris" itu, Semarang misal, saya pernah kelaparan di Candi Gedong Songo karena membawa uang tunai yang hanya cukup untuk membeli karcis saja. Walhasil saya harus menahan lapar sembari terus mendaki.

Untuk pertama kalinya dalam hidup setelah menikah saya merasa miskin sekali, bahkan gorengan seharga Rp1500 dan es teh Rp 5000 rupiah pun tak mampu saya beli, huft.

Lanjut lagi! Jadi info bahwa penjual cilok dan siomay di pinggir jalan di Jakarta sudah bisa Qris rasanya perlu saya sampaikan lebih dulu di sini.

Sejauh ini penerapan cashless di daerah Jakarta memang hampir menyeluruh. Dompet bukan lagi barang yang membuat orang panik apabila ketinggalan. Lain hal dengan HP, rasanya seperti tidak memakai celana dalam!

Nah kembali ke cerita awal, ceritanya saya tidak bawa cash ketika makan tapi saya tidak panik karena saya merasa bisa bayar pakai Qris.

Setelah kenyang dan jalan menuju parkiran saya tiba-tiba tertegun. Bukan karena wajah abang parkir mengingatkan saya sama aktor lawas Egy Fedly tapi karena saya baru ngeh kalau saya tidak punya uang tunai. Duh, bapaknya terima Qris nggak ya? kata batin saya yang tentu saja saya jawab sendiri, "ya enggaklah."

Coba bayangkan bagaimana kikuknya saya kala itu. Rasanya kurang nyaman cuma gara-gara uang parkir 2000 perak. Saya pun dengan berat hati dan terpaksa bilang ke juru parkirnya, "Pak maaf saya tidak bawa cash." Tentu saja tidak terjadi drama seperti yang viral-viral di TikTok itu. Si Bapak dengan muka lempeng mengangguk, memberi kesan "tidak apa-apa".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun