Mumpung THR belum cair, urungkan dulu niat untuk beli baju lebaran. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah menuju ke lemari baju dan membukanya? Lihat berapa banyak isinya dan kalau perlu cek dengan detail satu per satu.
Saya yakin ada banyak tumpukan baju di sana. Apalagi kaum perempuan, mustahil kalau cuma punya baju segelintir saja.
Saya sendiri dari 2 lemari baju, satu setengahnya sendiri berisi baju-baju saya sementara suami hanya kebagian seperempat sisanya.
Setelah saya tata ulang ternyata ada banyak baju yang bahkan saya sendiri lupa pernah punya atau baju-baju yang jarang dipakai (dipakai sekali dua kali) karena terselip di tumpukan paling bawah.
Baju-baju ini saya beli mungkin karena lucu atau bisa juga karena diskon yang lumayan besar. Tapi setelah saya pinang ternyata baju-baju itu tak cukup kuat untuk dipilih atau dipakai dibanding baju lama yang "itu-itu saja".
Baju baru tak seperti istri baru yang akan lebih diprioritaskan dan diperhatikan karena masih fresh. Ia harus bertarung melawan baju lama yang secara usia lebih lama tapi selalu nyaman dipakai.
Dari sekian banyak baju, yang paling parah adalah ada baju-baju yang bahkan name tag-nya masih utuh, alias benar-benar baru dan belum dipakai.
Setelah saya ingat-ingat rupanya saya membeli baju itu karena diskon yang cukup besar. Urusan dipakai dipikir nanti, yang penting punya dulu, pikir saya kala itu. Jadilah beberapa tumpukan baju baru nan murah tapi belum juga menemukan momen yang tepat untuk memakainya.
Dalam kondisi seperti itu sepertinya saya harus lebih tahu diri. Terlebih saat ini saya mulai belajar menerapkan gaya hidup berkelanjutan.
Mulai naik transportasi umum, membiasakan membawa botol dan kotak makan dari rumah dan sepertinya juga mulai mengurangi membeli produk-produk yang hanya sekadar memuaskan nafsu sesaat.
Membeli baju termasuk di dalam list produk yang harus saya kurangi, termasuk baju lebaran. Mungkin saya bisa tapi bagaimana dengan orang-orang? Apakah mereka siap untuk berlebaran tanpa baju baru?
Jika dirunut ke belakang, fenomena beli baju baru ketika lebaran ternyata sudah ada sejak tahun 1956 di masa kesultanan Banten. Di masa itu hanya orang-orang kerajaan saja yang bisa membeli baju baru untuk Idul Fitri sementara rakyat biasa sebenarnya lebih ke menjahit baju mereka sendiri (KompasTV).
Guru Besar Fakultas Budaya Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar melalui kompas.com pernah menjelaskan bahwa pakaian yang dipakai untuk salat Idul Fitri merupakan simbol kesucian, kembali fitri setelah menjalankan puasa ramadan. Maka baik itu baju, sarung, mukena baru dianggap bersih dan suci.
Itulah mengapa banyak orang tua membelikan baju baru untuk anaknya. Namun lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk orang dewasa baju hanyalah simbol, yang lebih utama adalah niat baru untuk menjalankan agama islam secara lebih baik. Catet!
Sayangnya tradisi membeli baju lebaran ini sudah terlanjur turun temurun hingga ke kakek nenek dan orang tua kita dan menjadi sebuah kebiasaan yang mengakar kuat. Tak heran dulu sewaktu masih kecil saya menangis kencang ketika sudah dekat hari lebaran tapi belum juga dibelikan baju baru.
Rupanya tanpa sadar kebiasaan itu saya bawa sampai dewasa. Saya tidak tahu mengapa setiap lebaran harus pakai baju baru? Yang saya tahu saya sudah terbiasa mendapatkannya sedari kecil jadi kalau tidak beli rasanya kok ada yang kurang.
Nah, kebiasaan itulah yang kini berusaha saya redam. Saya sudah merasa cukup dewasa untuk mengambil keputusan sendiri dan bukan karena faktor kebiasaan maupun orang lain.
Kalau dipikir-pikir, alasan saya pakai baju baru ketika lebaran ya lebih ke memberikan impres positif ke orang lain. Saya mengharap untuk dipuji atau terlihat lebih baik -dan syukur-syukur- lebih cantik dibanding orang lain.
Sebaliknya sebenarnya orang lain tidak begitu memperhatikan maupun peduli dengan apa yang kita pakai sejauh itu tidak mencolok atau aneh-aneh.
Contoh aneh itu ya seperti memakai baju yang berbeda fungsionalnya, seperti baju tidur yang dipakai di hari raya atau baju pramuka yang dipakai ke kondangan. Emang ada? Ada, teman kampung saya dulu, he.
Sejauh kita pakai baju yang sesuai momentum, nyaman, bersih dan rapi itu saja sudah cukup. Bukan berarti kita tidak boleh sama sekali beli baju baru. Mungkin lebih tepatnya sesuai kebutuhan saja. Ada beberapa orang yang mungkin memang tak punya baju dan memang perlu membelinya. Ya beli saja!Â
Tapi saya yakin setiap dari kita punya baju lebih dari cukup. Terkadang bahkan kita melebihkannya atau sengaja membeli beberapa sebagai cadangan. Kondisi seperti itulah yang perlu peninjauan kembali, perlukah kita membeli lagi yang baru hanya karena itu hari raya?Â
Jika masih kurang yakin kalian perlu tahu bahwa isu tentang darurat sampah tekstil akibat dari fast fashion kembali mencuat di beberapa media di tanah air. Isu ini menyoroti konsumsi fashion secara berlebih yang menimbulkan adanya sampah tekstil akibat dari tren fast fashion.
Data KLHK tahun 2023 menyebut sampah fashion turut menyumbang 2,8% dari total sampah nasional. Artinya di tahun 2023 saja ada sekitar 1,7 juta ton sampah tekstil yang sudah kita tumpuk dan menimbulkan PR baru.
Nyatanya konsumsi pakaian berlebihan yang kita lakukan berdampak juga terhadap lingkungan. Ya, perkara sampah yang itu-itu saja, yang hingga kini masih masih belum jelas ujungnya.
Sampah baju terutama yang berbahan polyester dan nilon tidak mudah terurai dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Bayangkan jika manusia semakin bertambah dan pemakaian baju juga semakin meningkat dan mencemari lingkungan.
Terus apa kita tidak bisa bergaya ketika lebaran? tentu saja bisa dengan sedikit trik dan kreativitas. Ada beberapa kawan yang saya perhatikan menerapkan beberapa cara agar lebaran mereka tetap stylish dan keren. Saya akan coba menjelaskannya.
Pertama, merombak pakaian lama (refashion). Kawan saya yang satu ini lumayan kreatif, ia melihat gamisnya secara bahan masih bagus tapi stylenya sudah ketinggalan, lalu ia mengkombinasikan 2 gamis menjadi satu di tukang jahit langganan kami. Bisa dengan menambah aksen rumbai di bawah, tangan atau menempelkan motif di bagian badan agar terlihat berbeda.
Ia akan berdiskusi dengan penjahit (yang lebih ahli tentang karakteristik baju) dengan pengetahuan tren terbaru yang ia dapat dari internet. Selain memperbarui, ia juga berhasil mengurangi dampak sampah yang kemungkinan timbul jika baju tersebut dibuang.
Kedua, ada kawan saya yang rajin membuat berbagai macam outer. Bisa dari sisaan kain yang ia punya atau rombakan dari baju atau gamis yang sudah ada. Outer ini nantinya dipadukan dengan gamis polos yang sudah ada dengan warna yang senada atau cocok. Jadilah gamis polos yang awalnya kurang menarik menjadi lebih estetik dan terlihat baru.
Saya juga pernah meminjam salah satu outernya untuk saya tiru. Rupanya satu outer bisa dipakai untuk bermacam-macam model baju. Dipadukan dengan gamis, kaos dan celana bahkan rok. Baju yang kita pakai jadi terkesan banyak dan tidak itu-itu saja.
Ketiga, layering ala artis-artis berhijab. Apa ada di antara pembaca yang pernah melihat konten dari Feby Putri di TikTok? Itu lho penyanyi yang menyanyikan lagu "Usik" yang penggalan syairnya seperti ini, "tiada yang meminta seperti ini, tapi menurutku Tuhan itu baik, merangkai ceritaku sehebat ini."
FYI, ia kerap membuat konten dan menyapa penontonnya dengan mengucap, "halo teman-teman berpakaian" sebelum naik ke panggung.
Di konten itu ia membagikan bagaimana cara dia melakukan layering, mengkombinasikan beberapa outfit untuk manggung. Ya, mungkin kita tidak perlu meniru betul-betul karena outfit yang dia share adalah untuk manggung tapi setidaknya bisa dapat inspirasi bahwa kita bisa melakukan layering dari beberapa baju atau aksesoris yang sudah ada.
Saya juga teringat konten lomba ramadan Kompasiana tahun lalu yang mengkreasikan sarung menjadi outfit yang kece dan tetap stylist. Maksud saya begitu. Mungkin tidak harus sarung juga tapi kita bisa berkreasi dengan benda lain, hijab jadi outer misalnya.
Ya dengan sedikit dan kreatifitas, kita bisa mewujudkan lebaran yang stylish dan berkelanjutan. Jadi sebelum memutuskan apakah mau membeli baju lebaran baru mending buka dulu lemari bajumu, jangan-jangan kamu tak sadar sudah punya banyak baju atau asesoris-asesoris yang masih bisa dikreasikan. Selamat berkreativitas :)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI