Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Sebuah Cerita Pahit dari Film "Women from Rote Island"

23 Februari 2024   08:24 Diperbarui: 24 Februari 2024   01:39 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Women from Rote Island. Sumber: Tangkapan layar Youtube Bintang Cahaya Sinema

Perempuan di sini lebih banyak dilihat sebagai objek pemuas seks laki-laki. Aroma patriarki pun lamat-lamat tercium seolah tak mau ketinggalan peran.

Meski korbannya lebih banyak perempuan namun film ini juga tak menampik bahwa kekerasan seksual tak memandang gender. Laki-laki pun bisa menjadi korban.

Semua itu dihasilkan dari riset yang tidak sebentar. Sang sutradara Jeremias Nyangoen harus bolak-balik Jakarta- Rote dan memakan waktu hampir 2 tahun untuk mematangkan skrip yang ia buat.

Pulau Rote sendiri bukan tempat yang mudah dijangkau dengan satu kali perjalanan. 

Pulau ini berada di ujung paling selatan Indonesia. Jaraknya 109,7 km dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dibutuhkan waktu tempuh 1 jam 50 menit dari Kupang dengan kapal cepat dan 3,5 jam jika menggunakan kapal Ferry.

Jeremias memboyong 80 kru dari Jakarta menyusuri jalur panjang tadi demi merampungkannya. 

Hasilnya sangatlah memuaskan, film ini berhasil mengantongi 4 kategori piala Citra di antaranya Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik serta Penulis Skenario Asli Terbaik. 

Tampi perdana di Busan Internasional Film Festival pada Oktober 2023 lalu, Women from Rote Island kini sudah tayang di bioskop Indonesia as per 22 februari 2024. 

Film ini banyak mengeksplorasi tempat-tempat eksotik di pulau Rote. Bukit hijau, tebing tinggi, langit biru dan pantai yang tak kalah eksotis dibanding daerah-daerah lain di Indonesia.

Tak hanya panorama alam yang mempesona, film ini juga menyuguhkan seni budaya serta tradisi masyarakat setempat secara otentik. Salah satunya budaya henge'do yaitu memberi salam dengan cara menempelkan hidung satu sama lain.

Salam dengan cara ini bermakna keakraban dan rasa keterikatan satu sama lain layaknya saudara. Henge'do juga bermakna kejujuran serta perdamaian karena pada pelaksanaannya kedua orang yang melakukan akan saling menatap dalam jarak yang cukup dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun