Pernahkah  berpikir  dan berhenti sejenak sebelum mengeklik tombol "SHARE"? atau setidaknya berkata kepada diri sendiri "Saya akan mengeshare  ini yang kemungkinan terbesar akan dibaca sebanyak 12ribu orang bahkan lebih, dan kemungkinan dari 12ribu tersebut akan ada 5ribu orang mengeshare kembali kepada followers mereka yang jumlahnya lebih besar. Saya terima konsekuensi dari apa yang setelah ini saya lakukan!"
Saya yakin kita tidak berpikir begitu sebelum melakukanya. Berpikir hal-hal seperti itu hanya akan membuat kita menjadi lebih bijak dan mengkaji ulang apa-apa yang akan kita sampaikan apakah sudah benar ataukah salah.
Hal ini tentu bukan hanya soal hoax semata, hate speech, dan bullying juga menempati posisi yang sama. Rupanya tidak setiap orang benar-benar tahu apa itu era bermedia sosial. Ibarat pabrik, mereka hanya tau membuat produk tanpa peduli imbas dari si pemakai produk yaitu konsumen. Inilah yang saya sebut dengan kadar bijak masyarakat dalam menggunakan sosial media masih rendah.
Kita menolak saat diberi produk jelek, abal-abal bahkan membahayakan tapi kita tidak menolak memberi informasi hoax, tidak bermanfaat, melakukan hate speech dan bullying. Kita tidak memikirkan hak pembaca untuk menerima informasi yang benar dan bermanfaat. Artinya, kita adalah produsen yang membuat produk seenak udel kita tanpa memikirkan kelangsungan hidup konsumen.
Sadarlah bahwa kita sudah berada di era daring dan bukan jaman Majapahit di mana saat anda menyampaikan kabar bohong yang tertipu hanya si penerima dan segelintir orang yang mungkin lewat di sebelahnya saja?!
Mari kita sambut era daring ini dengan penuh kesadaran, bukan keadaan setengah tidur di mana jempol bisa bergerak lincah tanpa menggunakan pikiran!
Seiring dengan maraknya isu Pilpres 2019 mari dibarengi dengan peningkatan kadar bijak bersosial media dan salah satu ciri orang bijak adalah berpikir dulu sebelum bertindak.