Mohon tunggu...
Bayu Aristianto
Bayu Aristianto Mohon Tunggu... Dosen - Kuasa atas diri adalah awal memahami eksistensi

Menulis, proses pengabadian diri di tengah kesemuan hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Elegi Kanjuruhan

11 Oktober 2022   15:04 Diperbarui: 11 Oktober 2022   15:07 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ratapan pilu hadir saat kekecewaan memuncak, meskipun rapalan doa tiada usai, namun kehilangan mereka tidak akan pernah terbayarkan. "Kanjuruhan" kini ibarat kata yang pahit terucap. Disana terpatri ingatan banyak manusia, terhadap sifat lalai dan takaburnya manusia yang berakibat hilangnya nyawa sesama.

Tak ayal kemudian muncul gelombang perlawanan, termobilisasi oleh kesamaan nada dan frekuensi. Gema keinginan hanya satu, yaitu tegakkan keadilan tanpa tedeng aling-aling. Mereka yang kini berada di pusara biarkan istirahat dengan tenang di taman-Nya, lalu kita yang hidup berusaha dengan nafas tersisa menyuarakan keadilan dan keprihatian.

Keadilan sebagai jalan sekaligus ungkapan terhadap ketidak sia-siaanya mereka yang hilang. Ekspresi getir tidak cukup dipendam, ia harus diamplifikasi secara massal sebagai wadah bahwa gerakan sosial selalu pantas untuk mengetarkan panggung republik ini.

Keprihatinan sebagai suara bathin anak zaman,dimana tidak pernah terbayangkan bahwa kita hidup saat tragedi Kanjuruhan berlangsung.

Raja Gajayana, pemimpin arif di masa kerajaan Kanjuruhan, tidak akan pernah menerka bahwa ingatan diksi Kanjuruhan kini, tampak sebagai tragedi memilukan.

Sudah sekian kali elite negeri ini, mewartakan bahwa salah dan lalai jadi tanggungjawan pelaksana, tidak terpikirkan bahwa moral bawahan jadi kesatuan tidak terpisah  dengan tanggungjawab mereka yang berada diatas.

Kanjuruhan adalah salam satu jiwa, relasi antara jiwa fana dan baka. Manusia tercipta tidak hanya mendudukkan ego pada lintasan ke fanaan semata, namun sesungguhnya harus memunculkan  harapan sentosa saat berada di kehidupan baka yang musti dilalui.

Moga dan harapan terhadap keadilan tidak akan pernah putus selama itikad baik untuk menyemai kemanusia diatas segala kepentingan, tumbuh dan berakar pada alam kesadaran kita sebagai manusia beradab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun