Mohon tunggu...
Tri Haryanto
Tri Haryanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tulisen Opo sing neng pikir kan latimu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malam Minggu di Kota Jogja

24 Januari 2021   22:25 Diperbarui: 25 Januari 2021   09:43 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari https://www.freepik.com

Akal yang mengolah hasil karya sebuah budaya harus tunduk kepada sesuatu yang lebih sempurna. Sesuatu yang tidak mungkin ada salahnya, sesuatu yang pasti benarnya.  Akal harus tunduk kepada pencipta akal tersebut yang Maha Sempurna. Akal harus tunduk kepada Allah melewati aturan yang diturunkan dalam bentuk agama. Agama diturunkan Allah bukan untuk menghilangkan kebudayaan manusia, tetapi untuk mengatur kebudayaan tersebut yang terbaik bagi manusia. Allah Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan manusia untuk kebaikan hidupnya. Begitu pula, Allah mengetahui hal-hal yang akan membuat kehancuran kehidupan manusia. Maka sepantasnya akal tunduk pada ketentuan dan aturan Allah.

Akal boleh mengolah Karsa menjadi sebuah budaya, budaya tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Allah. Atau sebaliknya akal ketika mengolah karsa menjadi budaya dengan bersumberkan kepada ketentuan Allah, sehingga olah karsa yang dihasilkan adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan ketentuan Nya.

Pikiran dan hatiku berhenti menelaah apa yang terjadi di depanku, ketika mie goreng dan es teh telah disajikan di depanku. Aku mencoba menghadap dinding dimana makanan disajikan padaku. Di dinding tersebut terpampang pengumuman di sebuah kertas yang dilaminating. Kertas tersebut bertuliskan Hirosima hancur karena bom, Warung hancur karena bon. Sebelum ku santap sendokkan pertama,  sempat aku tersenyum membaca tulisan tersebut. Hal itu membuat pikiran dan hatiku berdialog lagi. Apa sebab pemilik warung sampai memberikan tulisan yang ditempel di dinding. Saya yakin itu bukan sebuah tulisan iseng  atau tulisan hiasan dinding. Tapi sebuah tulisan yang memberikan kesan bahwa warung tersebut sering dihutangi.

Sambil makan mie dan dan minum es teh, pikiran dan hati ku melalang buana lagi. Mencoba berbicara tentang hutang. Hutang adalah hal yang biasa bagi manusia. Manusia berhutang memiliki tujuan tertentu. Ada yang berhutang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kehidupannya. Ada yang berhutang untuk mendapatkan modal usaha produktif. Ada yang berhutang karena memiliki sifat suka hutang. Masih banyak lagi tujuan manusia berhutang.

Tidak masalah manusia memiliki hutang. Jika manusia tersebut bertanggung jawab atas hutangnya. Bagaimanapun juga hutang adalah bantuan dari orang lain kepada dirinya. Hendaknya ia mengembalikan sebagai bentuk terima kasih atas bantuan orang yang menghutangi.

Boleh manusia berhutang, tapi jangan bermudah-mudah dalam berhutang. Karena bermudah-mudah dalam berhutang akan memunculkan sifat-sifat kejelekan manusia. Ketika awal dia berhutang, pasti dia berjanji dengan kebaikan-kebaikan untuk mengembalikan hutang. Tetapi ketika Saatnya untuk mengembalikan hutang, akan muncul sifat manusia yang lain untuk menunda membayar hutang.  Ia bermudah-mudah tidak membayar hutang. Ini adalah kejelekan orang yang berhutang. Mudah mengumbar janji di saat ia berhutang. Menunda dan memperlambat saat membayar hutang.

Orang  yang berhutang ketika sudah mampu membayar hutang hendaklah segera membayarnya.  Jika sudah mampu membayar, tetapi dia tidak membayar hutangnya ini, maka ia melakukan perbuatan kezaliman kepada orang yang menghutangi. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam selalu berlindung dari kejelekan orang yang berhutang. Diantara kejelekan orang yang berhutang adalah mengobral janji di saat ia berhutang, menunda pembayaran hutang, berbohong ketika ditagih hutangnya.

Hendaknya manusia dicukupkan dengan riski yang ia usahakan. Tidaklah ia berhutang kecuali sangat membutuhkannya. Jangan sampai hutang menjadikan budaya dirinya. Hingga orang lebih senang dan bangga ketika belanja dengan kartu kredit. Banyak pengusaha dia mendirikan usaha bukan dari modal yang dimiliki,  tapi dari modal berhutang ke bank. Ada pula orang yang berhutang tidak karena keperluan produktif atau keperluan konsumtif yang darurat.

Tak terasa mie goreng dan es teh telah habis. Nikmatnya makan mie goreng dan minum es teh sambil memikirkan sisi sudut kota  Jogja. Sisi kehidupan manusia di sebuah kota pelajar yang berbudaya. Aku mendapatkan sebuah pelajaran hidup dari sekilas apa yang aku perhatikan. Semoga ini menjadi pelajaran yang berharga bagi diriku selama 2 hari di kota Jogja.

Diary saat mengikuti Training of Coach Menemu Baling di P4TK Matematika Yogyakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun