Mohon tunggu...
Putu Risma Sancita
Putu Risma Sancita Mohon Tunggu... Universitas Pendidikan Ganesha

musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ajaran Agama Hindu dalam Perayaan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Caka

12 Maret 2024   08:54 Diperbarui: 12 Maret 2024   09:04 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                              Putu Risma Sancita/2317051051

Agama Hindu memiliki tujuan hidup yaitu mencapai kebahagiaan jasmani dan rohani yang tertuang dalam kitab suci Veda dengan bunyi "Mokshartham Jagathitaya Ca Iti Dharma" yang memiliki makna bahwa tujuan hidup ialah untuk mencapai kesejahteraan di dunia ini maupun mencapai moksa (kebahagiaan rohani), dan jagathita (kebebasan jiwatman terhadap kebahagiaan duniawi). Agar dapat mencapai tujuan tersebut maka umat beragama Hindu memiliki Tiga Kerangka Dasar yaitu Tattwa (Filsafat), Susila (Etika), dan Yadnya (Upacara).

Berkaitan dengan hal tersebut, sehingga Tiga Kerangka Dasar yang difokuskan adalah Yadnya (Upacara). Yadnya adalah karya suci yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas karena jiwa ataupun rohani di dalam kehidupan ini didasari oleh dharma yang terdapat dalam ajaran kitab suci Veda.

Tidak hanya itu, Yadnya juga dapat diartikan sebagai pemujaan, penghormatan, pengabdian, pengorbanan, melakukan perbuatan baik (kebajikan), memberikan, serta menyerahkan sesuatu yang dimiliki untuk kesejahteraan dan kesempurnaan hidup serta kemahamuliaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan tulus dan ikhlas.

Sehingga Yadnya tidak hanya tentang upacara, upakara ataupun ritual, tetapi segala bentuk yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas dalam hal berbuat kebaikan, perbuatan yang positif merupakan bentuk dari Yadnya. Apapun persembahan yang dilandaskan dengan hati yang suci dan cinta kasih dan bersifat minim ataupun sederhana merupakan persembahan yang akan diterima oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Umat Beragama Hindu merupakan masyarakat yang sangat religious karena selalu menempatkan unsur kekuatan Tuhan  dalam aktivitas kehidupan sehari-hari seperti rutinitas keagamaan dengan melakukan pelaksanaan upacara/upakara Yadnya sebagai wujud dari pelaksanaan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Sehingga dalam mengamalkan ajaran beragama cenderung lebih menonjolkan pelaksanaan Yadnya dalam bentuk persembahan dibandingkan bentuk Yadnya lainnya, dan hari-hari besar keagamaan dalam Agama Hindu selalu dirayakan karena dianggap mampu memberi peringatan kepada umat beragama Hindu untuk terus berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Umat Hindu percaya bahwa ketika mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa maka akan terjaga dari kehancuran dan malapetaka .

Dengan demikian maka ajaran agama Hindu tentang kesucian dalam beryadnya terus dihayati, diamalkan, dan dimaknai oleh setiap umatnya. Baik itu memperingati hari raya dan upacara Yadnya, menjadi wadah untuk umat beragama Hindu berkumpul dalam menyatukan hati dan pikiran, sehingga perayaan hari-hari besar dapat dimaknai dan mengandung arti lebih dalam. Oleh karena itu hari-hari besar seperti perayaan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Caka dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran Agama Hindu melalui kegiatan keagamaan seperti upawasa (puasa), Mona Brata (berdiam diri).

Selain itu perayaan Hari Raya Nyepi juga dimanfaatkan oleh umat beragama Hindu yang masih awam dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian atau empat macam Brata Penyepian yang telah ditetapkan oleh Parisada Hindu Dharma Indoneisa Provinsi Bali.

Hari raya Nyepi secara etimologi memiliki makna yaitu kata "Nyepi" yang berarti "sunyi" sehingga perayaan hari raya Nyepi identik dengan keadaan yang sepi atau hening. Hari raya Nyepi juga merupakan salah satu hari raya besar untuk menyambut tahun baru saka tepatnya pada penanggal Apisan Sasih Kedasa atau Eka Sukla Paksa Waisaka sehari setelah Rahina Tilem Kesanga atau Panca Dasi Paksa Sasih Chaitra.

Dalam perayaan hari raya Nyepi tentunya dilaksanakan melalui berbagai rangkaian kegiatan yang harus dilakukan seperti :

  • Melasti/Melis : Upacara Melasti/Melis akan dilakukan sebelum tilem kesanga dan dapat dipilih sesuai dengan drsta. Upacara Melasti/Melis dilakukan sebelum tilem Kesanga karena dua atau tiga hari sebelum Tilem Kesanga merupakan setengah gelap tiga belas atau dalam agama Hindu disebut kekuatan Trayodasi Krsna yang dianggap hari yang tepat untuk melakukan Upacara Melasti dengan membawa Arca (Pratima Sang Hyang Tri Wisesa yaitu Arca Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem dan akan dibawa ke pantai serta membawa persembahan kepada Dewa Baruna. Upacara Melasti/Melis dilakukan dengan tujuan " Anganyutaken laraning jagat, paklisa letuhing Bhuana, amet sarining Amerta Kamandalu ri teleging samudra" yang artinya mencairkan dan membersihkan segala penderitaan yang dialami oleh masyarakat dan mengambil saripati air suci kehidupan (Tirtha Empat Musim) untuk kesejahteraan dan keselamatan Umat Manusia. Selain itu, waktu suci untuk masa transisi yang artinya masa berakhirnya setengah gelap dan awal dari setengah terang diyakini adalah Tilem. Umat beragama Hindu juga percaya bahwa Tilem sebagai Dewa Matahari (Vivasvan) yang menemani Dewa Siwa (Siwa Purana) dalam melakukan Yoga). Tilem Kesanga juga diyakini sebagai hari keramat dan merupakan waktu untuk menghilangkan segala bentuk kotoran, noda, kemiskinan, penderitaan, serta bencana
  • Bhatara Nyejer di Bale Agung : Upacara Nyejer dilaksanakan setelah Pretima atau symbol manifestasi Tuhan dating dari laut dan diletakkan di aula besar Pura Desa. Dalam Upcara ini, tiap keluarga patut menghaturkan "banten prani" dan pada saat Upacara dapat dilihat banyak masyarakat yang sedang makan bersama-sama dengan saling berbagi prasadam atau lungsuran antara satu sama lain.
  • Upacara Tawur Kasanga/Pengerupukan : Upacara Tawur Kasanga dilaksanakan saat Tilem Kesanga dengan membuat Upacara Bhuta Yadnya yang terlaksana di perempatan Desa. Tetapi Upacara Tawur Kasanga tidak hanya dilaksanakan oleh Desa adat, tetapi akan dilaksanakan oleh pemerintah tingkat provinsi sampai dengan tingkat kabupaten. Upacara Tawur Kasanga akan dilanjutkan dengan Upacara Pengerupukan dengan tujuan untuk membina dan meningkatkan hubungan yang harmonis antara bhakti umat Manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manusia dengan sesama, serta hubungan antara manusia dengan lingkungan alam. Oleh karena itu, umat beragama Hindu diharuskan untuk membuat Upacara Tawur Kesanga untuk menetralisir kekuatan negatif agar alam semesta kembali normal. Upacara Tawur Kesanga dilaksanakan mulai siang hari sampai sore hari. Pada sore hari menjelang malam masyarakat akan melakukan pengarakan ogoh-ogoh di kawasan sekitar.
  • Hari Nyepi : Hari sipeng merupakan puncak dari serangkaian perayaan Hari raya Nyepi tepatnya pada Sasih Apisan Kadasa. Hari Nyepi dimulai dari pukul 06.00 hingga pukul 06.00 keesokan paginya, sehingga Masyarakat Bali melaksanakan brata penyepian/pantangan selama 24 jam yaitu :Amati Geni : Tidak boleh menyalakan api/lampu dan tidak boleh mengobarkan /mengumbar api hawa nafsu
    • Amati Karya : Tidak melakukan kegiatan/kerja apapun, melainkan menenangkan diri, meyucikan rohani
    • Amati Lelungan : Tidak bepergian kemana-mana, senantiasa mawas diri/mulat sarira di rumah dengan memusatkan pikiran (Samadhi) ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
    • Amati Lelanguan : Tidak mengandalkan hiburan atau hura-hura, baik dirumah maupun di tempat lain

Dengan Catur Brata Penyepian ini, diharapkan umat manusia dapat menikmati merdunya suaraning sepi di hari Nyepi yang hening.

  • Ngembak Geni : Ngembak Geni merupakan serangkaian acara Nyepi yang dilakukan setelah masyarakat Bali melakukan Tapa Brata Penyepian (sipeng) yang jatuh pada ping Kalih Sasih Kadasa. . Pada saat Ngembak Geni, masyarakat melakukan aktivitas seperti biasa seperti halnya menjelang Nyepi
  • Acara Dharma Santi : Acara Dharma Santi dilaksanakan dan diikuti oleh setiap umat Hindu untuk saling memaafkan, melepas rindu, memadu kasih saying dalam memasuki Tahun Baru dengan semangat dan pola hidup baru yang bersih lahir batin, damai, aman, dan nyaman. Acara Dharma Shanti dapat dilaksanakan di Banjar-Banjar, Desa Adat, Kantor/Instansi dan kelompok suka suka lainnya. Selain itu, acara Dharma Shanti diharapkan dapat diisi dengan Dharmagita (pembacaan Sloka, Palawakya, Kidung, Kekawin, dan Dharma Wacana tentang makna Hari Raya Nyepi.

Dengan adanya serangkaian kegiatan perayaan Hari Raya Nyepi, tentunya terdapat tingkat Upacara/Upakara Yadnya pada perayaan Hari Raya Nyepi yaitu :

  • Tingkat Provinsi : Diadakan Tawur Agung yang dilengkapi dengan Sayut Prayascitta dan Sayut Dirgahayusa Gumi beserta runtutannya. Pelaksanaannya dilakukan di Catus Pata (Perempatan Agung) pada pukul 12.00 WITA setempat
  • Tingkat Kabupaten : Diadakan Panca Kalud, menggunakan lima ekor ayam (Panca warna), itik belang kalung, asu belang bungkem, serta kelengkapannya. Pelaksanaannya dilakukan di Catus Pata (Perempatan) pada pukul 12.00 WITA setempat
  • Tingkat Kecamatan : Diadakan upacara dengan lima ekor ayam (Panca warna), itik belang kalung beserta kelengkapannya. Pelaksanaannya dilakukan di Catus Pata (Perempatan) pada pukul 12.00 WITA setempat
  • Tingkat Desa : Diadakan Panca Sata dengan lima ekor ayam (Panca warna) beserta kelengkapannya. Pelaksanaannya dilakukan di Catus Pata (Perempatan) pada pukul 18.30 WITA setempat
  • Tingkat Banjar : Diadakan Caru Eka Sata menggunakan seekor ayam brumun dengan urip 33(urip bhuana) beserta kelengkapannya. Pelaksanaannya dilakukan di Catus Pata (Perempatan) pada pukul 18.30 WITA setempat
  • Tingkat Rumah Tangga : 
    • Di Sanggah/Pemerajan : Menghaturkan peras, ajuman, daksina, katipat kelanan, canang, nunas tirtha dan bija/beras kuning
    • Di Natah Sanggah/Pamerajan : Menghaturkan segehan nasi cacahan 108 tanding, ulam jejeroan mentah, segehan agung asoroh dengan tetabuhan arak, berem, tuak, dan toya anyar lalu dihaturkan ke hadapan Sang Bhuta Kala dan Sang Kala Bela/Kala Raja
    • Di Jaba/lebuh (Pintu masuk halaman rumah) : Mendirikan Sanggah Cucuk dan menghaturkan banten dananan, tumpeng ketan sasayut panyeneng, janganan lauk kacang ranti dan kacang panjang. Pada Sanggah Cucuk digantungkan ketipat kelanan, canang dan sujang/ cembeng yang berisi tuak, arak, bere, dan air tawar. Lalu menghaturkan segehan Agung asoroh, segehan panca warna 9 tanding dengan ayam brumbun dan tetabuhan arak, berem, serta toya dibawah Sanggah Cucuk.

Jika dilihat dari keseluruhan siste pelaksanaan perayaan Hari Raya Nyepi memiliki banyak manfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup Umat Manusia baik secara biologis, social, dan psikologis serta mampu memberikan sumbangan dalam meraih tujuan hidup umat Manusia yang harmonis dan seimbang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun