Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Surabaya Membara", Pertunjukan Heroik yang "Berselimut" Duka

11 November 2018   21:32 Diperbarui: 12 November 2018   07:49 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya Membara (Dok. Pribadi)

"Bonek" harusnya berlaku bagi mereka yang merasa sudah menjadi "super hero", layaknya Superman, Batman, maupun Flash yang memang benar-benar memiliki kemampuan pada bidangnya masing-masing, bisa terbang, melompat dengan lincah dari satu tempat ke tempat yang lain serta bisa menghindar dan berlari secepat kilat jika mara bahaya mengancam.

Saya pribadi menyaksikan drama kolosal Surabaya Membara setidaknya sudah empat kali sepanjang tahun. Karena memang cukup melangkah tidak lebih dari tiga puluh langkah sudah sampai dan bisa menyaksikan diarea "TKP" Surabaya Membara dari lokasi tempat di mana saya bekerja.

Mereka dalam hal ini panitia drama kolosal Surabaya Membara memang selalu mempersiapkan acara jauh-jauh hari. Mulai dari perekrutan, gladi bersih satu hari sebelumnya dan mempersiapkan acara puncak sedari siang. Tapi memang jalur kereta di viaduk itu yang terlewatkan dari antisipasi pihak panitia.

Saya setidaknya sedikit tahu rentetan ini karena saya bekerja di area tersebut dan kebetulan teman saya yang bekerja di seputaran Jalan Pahlawan pernah terlibat menjadi salah satu pemain dalam drama kolosal pada dua tahun lalu.

Mungkin dari sisi tersebut saya bisa memahami jika panitia tetap melanjutkan acara tersebut sekalipun terjadi insiden korban meninggal maupun luka yang sejauh ini sudah mencapai 3 korban jiwa dan 20 orang luka ringan dan berat (menurut pantauan Kompas.com), dengan mengurangi durasi dari yang semesti satu jam menjadi cuman empat puluh menit saja.

 ***

Drama kolosal Surabaya Membara merupakan tontonan yang apik, sayang untuk dihentikan memang. Aksi drama kolosal Surabaya Membara yang merupakan representasi dari perjuangan yang benar-benar "wani", bukan sekadar "bonek" dari para tentara maupun warga Surabaya yang saat itu, 10 November 1945 dikomando langsung oleh Bung Tomo untuk tetap melawan tanpa menyerah sedikitpun dalam melawan tentara Inggris karena peristiwa terbunuhnya Jendral Malaby di Jembatan Merah.

Kita berdoa saja, mereka yang meninggal bisa diterima disisi-Nya dan keluarganya diberi ketabahan serta kekuatan. Bagi korban luka semoga cepat diberi kesembuhan dan bisa menjadikan pelajaran atas kejadian ini.

Panitia pelaksana tidak cukup hanya mengingatkan para penonton yang selalu menjubeli viaduk jalan layang kereta api sebagai bentuk evaluasi kegiatan acara yang sudah menjadi agenda rutin dan semoga semua bisa senantiasa belajar dan berbenah dari berbagai kejadian yang ada.

Untuk tahun-tahun berikutnya, jika masih diadakan dan dilangsungkan di tempat dan lokasi yang sama, panitia terkait bersama aparat harus mensterilkan area jembatan viaduk yang merupakan jalur kereta api aktif dengan berkoordinasi dengan PT. KAI sebagai bentuk antisipasi, karena memang dari tahun-ketahun sebelumnya viaduk tersebut selalu sebagai tempat yang nyaman buat menonton tanpa rasa kekhawatiran akan adanya kereta api yang bakal lewat sepanjang acara drama kolosal Surabaya Membara berlangsung.

#SalamSilaturahmi

Pudji Prasetiono

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun