Meski saya bukan orang tua, tapi dalam momen itu saya seolah mengadopsi gaya "parenting VOC" untuk mengatur kelas.
Namun, tentu saja tidak semua menyambut cara saya dengan tangan terbuka. Salah satu teman sekelas saya, Bunga, sempat berkomentar dengan logat khas Papua: "Bah, ko jang bartariak mo!"Â
Lalu Zoe menimpali: "Iyo e, kita lagi chill, bro!"
Saya memilih tidak menanggapi. Dalam hati, saya hanya berpegang pada satu peribahasa: "Anjing menggonggong, kafilah berlalu."
Walau ada kritik atau keberatan, tugas tetap harus dijalankan. Kedisiplinan tetap harus ditegakkan.
Wali kelas saya, Bu Memo, pernah berkata bahwa jabatan Seksi Kedisiplinan adalah posisi paling "killer" dalam struktur organisasi kelas. Dan hari itu, saya merasa sedang menjalankan peran itu sepenuhnya.Â
Ketika saya membagikan cerita ini ke Echie lewat pesan pribadi, responsnya singkat tapi penuh makna: "Mantap " Terkadang, pengakuan dari seorang sahabat tidak butuh banyak kata. Menjadi Sekdis bukan sekadar menjalankan tugas administratif. Ada seni, tanggung jawab, dan dinamika sosial di dalamnya. Dan selama itu bertujuan untuk kebaikan kelas, saya akan terus berusaha menjalankannya dengan tegas namun tetap manusiawi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI