Mohon tunggu...
rennnhahahahahahahaha
rennnhahahahahahahaha Mohon Tunggu... Pelajar

electronic diary :V

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Diary dengan Bahasa Baku: Cerita Pengalaman

30 Juli 2025   21:49 Diperbarui: 30 Juli 2025   21:49 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Beberapa waktu lalu, saya membagikan sebuah cerita pribadi kepada sahabat saya yang kini berada di kelas XI E. Dialah Christian Egi, tapi akrab dipanggil Echie. Kami pernah seangkatan di kelas X, saya di XD, sedangkan Echie di XC. Meskipun kini kami tidak lagi satu kelas, kami tetap sering berkomunikasi. Terlebih, sebentar lagi kami akan kembali duduk di ruang ujian sebagai peserta ANBK---meski tak berada dalam ruangan yang sama.

Cerita ini bermula saat pelajaran Bahasa Indonesia. Seorang mahasiswa PPL bernama Kak Dinah yang sedang praktik mengajar di sekolah kami, memberi arahan kepada saya untuk memastikan semua siswa kembali ke kelas setelah mengerjakan tugas teks argumentasi. Tugas tersebut memang diberikan kepada seluruh siswa, dan banyak di antara mereka memilih untuk menulis di pendopo---tempat yang memang sering digunakan untuk kegiatan santai dan diskusi.

Sebagai Seksi Kedisiplinan 1 kelas XI A, saya merasa bertanggung jawab untuk menjalankan instruksi tersebut. Maka, saya meninggalkan ruang kelas dan berdiri dengan tegas di depan pendopo. Dengan suara lantang yang mungkin setara dengan pengeras suara masjid waktu Subuh, saya menyerukan: "Yang di pendopo, masuk ke kelas sekarang! Jangan tunda-tunda!"

Satu orang mulai berdiri, namun belum semua bergerak. Maka saya tambahkan ancaman yang cukup efektif: "Kalau teman-teman gak berdiri dari pendopo untuk menyelesaikan tugas menulis teks argumen, saya hitung sampai tiga.
Satu... dua..."

Dan seperti sudah dikondisikan, semua langsung manut---sebuah istilah Jawa yang berarti 'patuh' atau 'menurut'.

Momen tersebut membuat saya teringat akan istilah yang baru-baru ini cukup populer, yakni parenting VOC. Konsep ini terinspirasi dari pola pengasuhan zaman kolonial Belanda---khususnya VOC---yang menekankan pada ketegasan, hierarki, dan disiplin tinggi. Dalam pola ini, orang tua berperan sebagai pemimpin absolut dalam keluarga. Anak-anak diharapkan patuh tanpa banyak ruang untuk bernegosiasi. 

Ciri khas dari pola parenting VOC antara lain:

  • Aturan yang tegas dan sulit dinegosiasikan,

  • Adanya sanksi atau konsekuensi atas pelanggaran,

  • Komunikasi satu arah (dari orang tua ke anak),

  • Tekanan pada pencapaian, disiplin, dan daya tahan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun