Sementara itu, data dari BRIN (2024) menunjukkan bahwa meskipun angka deforestasi menurun dibandingkan dekade sebelumnya, ancaman masih tetap ada akibat tekanan ekonomi dan kebutuhan lahan baru.
Dengan teknologi penginderaan jauh, pola hilangnya hutan dapat terlihat secara jelas. Misalnya, pada citra Landsat tahun 2000 dibandingkan dengan tahun 2020, tampak area hijau yang semakin menyusut dan berganti warna cokelat atau kuning menandakan lahan terbuka.
Â
Analisis Citra Deforestasi
Pengolahan data citra biasanya dilakukan menggunakan perangkat lunak seperti ArcGIS, QGIS, atau Google Earth Engine (GEE). Melalui algoritma klasifikasi, setiap piksel pada citra dikategorikan menjadi hutan, non-hutan, atau lahan terbuka.
Salah satu metode umum adalah klasifikasi berbasis NDVI, di mana nilai vegetasi dihitung berdasarkan perbandingan antara pantulan cahaya inframerah dekat (NIR) dan cahaya merah (RED). Vegetasi sehat memiliki nilai NDVI tinggi (mendekati +1), sedangkan lahan terbuka memiliki nilai rendah (mendekati 0 atau negatif).
Selain itu, metode Time-Series Analysis digunakan untuk memantau perubahan dari tahun ke tahun. Dengan pendekatan ini, ilmuwan dapat menentukan kapan dan di mana deforestasi terjadi, bahkan mendeteksi aktivitas penebangan sebelum terlihat secara visual.
Upaya Konservasi dan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia telah mengadopsi berbagai kebijakan berbasis penginderaan jauh, seperti: