Mohon tunggu...
Muhammad Ihsan
Muhammad Ihsan Mohon Tunggu... mahasiswa universitas lambung mangkurat

MAHASISWA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Jejak Hijau dari Langit Pemantauan Deforestasi di Indoensia Melalui Penginderaan Jauh

11 Oktober 2025   22:41 Diperbarui: 11 Oktober 2025   22:41 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lembaga-lembaga seperti NASA (Amerika Serikat), European Space Agency (ESA), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN Indonesia) berperan aktif menyediakan data satelit terbuka untuk penelitian dan pemantauan lingkungan.

indondefor-oli-2019331-68ea71d3ed641548a52075e3.jpg
indondefor-oli-2019331-68ea71d3ed641548a52075e3.jpg

Sumber: https://earthobservatory.nasa.gov/images/148021/deforestation-in-papua

Data dan Citra Satelit yang Digunakan

Beberapa sistem satelit utama yang digunakan untuk memantau deforestasi di Indonesia antara lain:

  • Landsat Series (USGS & NASA):
    Sudah beroperasi sejak 1972, menyediakan citra dengan resolusi spasial 30 meter. Cocok untuk analisis jangka panjang.

  • Sentinel-2 (ESA Copernicus Program):
    Memberikan data optik multispektral dengan resolusi tinggi (10--20 meter) dan waktu perekaman yang lebih sering (setiap 5 hari).

  • MODIS (Terra/Aqua):
    Meskipun resolusinya lebih kasar (250--500 meter), sensor ini berguna untuk pemantauan area luas dan deteksi dini kebakaran hutan.

  • Citra BRIN Satelit LAPAN-A3:
    Satelit buatan Indonesia ini merekam area hutan nasional dengan resolusi menengah dan digunakan untuk memantau kawasan konservasi.

Dengan kombinasi berbagai sumber data ini, ilmuwan dapat memantau perubahan tutupan hutan secara lebih detail dan real time.

Kasus Deforestasi di Indonesia

Menurut laporan Global Forest Watch (2023), Indonesia kehilangan sekitar 9,75 juta hektar hutan primer sejak tahun 2001. Wilayah paling terdampak antara lain Kalimantan Tengah, Riau, Papua, dan Sumatera Selatan. Sebagian besar kehilangan hutan ini disebabkan oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit dan kebakaran lahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun