Dalam kehidupan spiritual Hindu yang mendalam, konsep Indriya Nigraha sangat penting sebagai fondasi krusial bagi setiap spiritualis atau pencari kebenaran. Secara harfiah, Indriya Nigraha berarti 'pengendalian organ indra'. Konsep ini tidak hanya merujuk pada lima indra manusia yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan peraba. Tetapi juga mencakup pikiran (manas) sebagai indra keenam yang sangat kuat. Tujuan utama dari Indriya Nigraha bukan hanya untuk menahan atau menekan keinginan indra, tetapi lebih sebagai sebuah proses transformasi yang lebih mendalam. Ini melibatkan pengalihan energi indra dari objek-objek duniawi yang sementara dan bisa berubah.
Inti dari praktik Indriya Nigraha adalah pengarahan ulang energi indra. Dengan cara mengalihkan fokus indra dari rangsangan eksternal yang seringkali memicu keinginan dan keterikatan, dengan mempraktikan Indriya Nigraha sudah seharusnya seorang umat Hindu dapat mengubah potensi distraksi menjadi alat kemajuan spiritual yang berguna. Proses ini mendukung pembersihan pikiran pencari spiritual, membangun dasar batin yang bersih, stabil, dan mendukung untuk pengalaman spiritual yang lebih mendalam. Dalam tradisi Hindu, pikiran diangap sebagai cara utama dan fondasi utama.
sadhana (praktik spiritual), baik bagi jalur Jnana (pengetahuan akan Atman) maupun Bhakti (devosi kepada Tuhan). Oleh karena itu, menjaga kemurnian dan ketenangan pikiran melalui pengendalian indra menjadi prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan spiritual tertinggi. Dengan demikian, Indriya Nigraha adalah langkah awal yang krusial dalam perjalanan menuju realisasi diri dan keilahian.
Pentingnya Indriya Nigraha dalam Kemajuan Spiritual Umat Hindu
Indriya Nigraha memiliki peran sangat penting dalam kehidupan spiritual umat Hindu, karena praktik ini merupakan prasyarat esensial untuk mencapai moksha, yaitu pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian, serta mencapai kebahagiaan. Tanpa pengendalian indra yang efektif, pikiran akan tetap tidak murni dan terdistraksi, yang secara langsung menghambat pencapaian moksha. Pikiran yang tidak terkendali, yang terus-menerus tertarik pada objek-objek indra, akan mencegah individu untuk mencapai konsentrasi yang diperlukan dalam praktik spiritual.
Praktik Indriya Nigraha berperan penting dalam mencapai dharana atau konsentrasi serta ketenangan batin. Dengan mengendalikan indra dan pikiran, kita dapat lebih mudah meraih ketentraman dan kedamaian dalam hidup. Meditasi adalah salah satu praktik utama dalam Indriya Nigraha, yang telah terbukti secara fisik dapat mengurangi stres, menurunkan tekanan darah, menguatkan sistem imunitas tubuh, mengurangi rasa sakit, dan menyehatkan jantung. Secara emosional, meditasi dapat menciptakan keseimbangan, kebahagiaan, dan pola pikir positif. Dari segi mental, meditasi meningkatkan kreativitas, konsentrasi, dan produktivitas. Bahkan, meditasi dapat membantu seseorang menemukan tujuan hidup dan merasa lebih bersyukur, menghubungkan diri dengan orang lain dan alam semesta. Praktik ini juga memiliki manfaat yang mencakupi  self-healing dan regenerasi seluler, serta menguatkan intuisi dan kesadaran.
Manfaat Indriya Nigraha sangat luas, meliputi berbagai aspek kehidupan, baik spiritual maupun duniawi. Sarasamuscaya sloka 72 menyebutkan tujuh pahala bagi orang yang mampu mengendalikan indra:
- Kadirgha Yusan: Umur panjang, menunjukkan kesehatan dan vitalitas yang terjaga melalui disiplin diri.
- Ulah Rahayu: Perilaku baik dan benar, mencerminkan moralitas yang tinggi dan tindakan yang selaras dengan dharma.
- Pagehing Yoga: Keteguhan dalam melaksanakan yoga, yang berarti konsistensi dan dedikasi dalam praktik spiritual.
- Kasaktin: Memperoleh kekuatan batin, yang mengacu pada ketahanan mental dan spiritual dalam menghadapi tantangan.
- Yasa: Buah ibadah atau nama baik, menunjukkan reputasi yang terhormat dan dihormati di masyarakat.
- Dharma: Memiliki kebenaran dan keadilan, yang berarti hidup sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan etika universal.
- Artha: Menjadi hartawan atau keberhasilan materi, menunjukkan bahwa pengendalian diri juga dapat membawa kemakmuran yang diperoleh secara benar.
Aspek dan Praktik Konkret Pengendalian Diri (Indriya Nigraha)
Praktik Indriya Nigraha melibatkan pengendalian Dasa Indriya (sepuluh indra) secara bijaksana. Ini berarti mengarahkan setiap indra pada fungsi yang benar dan suci, bukan sekadar menekan penggunaannya.
Manawadharmasastra II-90 menjelaskan mengenai sepuluh indra: telinga, kulit, mata, lidah, hidung (lima indra utama), serta anus, alat kelamin, tangan, kaki, dan mulut (lima indra kerja).
Berikut adalah contoh pengarahan indra dalam kehidupan sehari-hari :
- Telinga (Srotra Indriya): Diarahkan untuk mendengar ajaran suci (dharmawacana), dharmagita (kakawin, sloka, kidung), dan suara yang menenangkan jiwa. Dan menghindari mendengar hoax, berita bohong, atau ocehan yang mengganggu ketenangan batin.
- Mata (Caksu Indriya): Digunakan untuk melihat dengan jelas, memandang keindahan panorama, dan menghindari pandangan yang salah atau menimbulkan kecurigaan.
- Lidah (Jihva Indriya): Berfungsi untuk mengecap Sad Rasa (manis, pahit, asam, pedas, sepet, asin) secara pantas dan layak, menghindari penyalahgunaan fungsi lidah.
- Hidung (Nasika Indriya): Digunakan untuk mencium bau harum dan wangi, serta menghindari bau amis atau busuk yang mengganggu kesehatan.
- Anus (Payu Indriya): Dipastikan berfungsi dengan sehat dan tidak disalahgunakan.
- Alat Kelamin (Upastha Indriya): Digunakan secara tepat sasaran, yaitu berhubungan secara layak dengan pasangan yang sah, dan menghindari paradara (memperkosa lawan jenis).
- Tangan (Hasta Indriya): Diperankan untuk mengambil barang milik sendiri, menghindari mencuri (Corah) atau mengambil berlebihan (Lobha) yang menunjukkan kerakusan.
- Kaki (Pada Indriya): Digerakkan untuk melangkah dengan sigap dan produktif, menghindari salah langkah, dan melakukan langkah yang tepat, jitu, tegap, disiplin, dan cermat.
- Mulut (Vak Indriya): Digunakan untuk menikmati makanan dan minuman yang sehat, serta berbicara yang baik dan benar (Wacika Parisudha). Dan menghindari melakukan hal buruk seperti berbohong (Asatya Wacana), gosip, fitnah, dan perkataan kasar yang menyakitkan perasaan orang lain.