"Lan sakpungkure panjenengan diaturi sampur kok tetep mesem, rumangmangsane qto kawulo alit panjenengan langsung klepat malik tindak lan tanduk..."****
Meskipun kami gak paham pasti "sampeyan" setidaknya kami bisa melihat dari tv dan koran, cerita kerabat, belajar dari orang-orang yang cuma mengkritik dan sirik...bahkan kami sedikit sembrono untuk membuwat kesimpulan atas apa yang terjadi disekitar "sampeyan" saling usil untuk mengambil simpatik, demi kelompok dan dirinya.
Entah kami harus berduka atau meski tetep mengormati "sampeyan" sepertihalnya sebelumnya....pertanyaan kami ini tetep terngiang dalam benak kami meski sebenernya dalam keyakinan kami tau bahwa apapun sikap yang kami tunjukan tidaklah memberi pengaruh atau perubahan sikap "sampeyan".
Setelah jenuh kami mengayal dan menduga terlontarlah dari salah satu dari kami kata..." Rumangsamu arep gigrik lan adigung, najan wes tumusing pengarepe, ora...ora...wes pancen dadi watak,e kok...teguh pangarepe-tulus lampahe-mriyayi lelakone...najan ceking priyantone, dasar wong solo wes dadi kabudene kuwi looorr "
oh seketika itu kami terhenyak menyadari, tak seharusnya ditegaskan lagi...mestinya kami malu dan semestinyalah tanpa keraguan untuk tetep menghrgai dan menghormati seperti sebelumnya.
Kami hanya bisa berdoa dan berharap sambil duduk dipinggir kali yang jernih ini, dan setidaknya kami bisa berulang membasuh muka ketika muka kami kusut...bukan karena debu atau panas, tapi kusut oleh keraguan serta kekawatiran dari sikap sirik, dengki serta yang asik memutar balik kenyataan orang-orang yang mengasingkan diri karena iri akan keberhasilan.
sakmeniko amung kidungan, minongko panglipur batin niro......."sampeyan" J***widodo
Â
Â
Â
Â
Â
Â