Mohon tunggu...
Azis Tri Budianto
Azis Tri Budianto Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa | Penulis | Filsuf
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dalam hidup kita hanya sebagai pemain, jadilah pemain yang menjalankan perannya dengan baik. _sing biasa bae

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pembuktian Adanya Tuhan Perspektif Imam Al-Ghazali dan Filsuf Barat Klasik

25 Maret 2023   00:57 Diperbarui: 25 Maret 2023   04:01 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang seseorang merasa tertarik untuk bertanya hal-hal yang bersifat abstrak dan transendental, semisal, apakah hakikat alam semesta ini?, Siapakah manusia itu?, bahkan pertanyaan dimanakah Tuhan berada?. Hal ini tergolong wajar, karena manusia adalah hewan yang berpikir, sehingga dia akan memikirkan segala entitas yang ada dalam rangka mencari pengetahuan. Sementara manusia yang sudah beranjak dewasa, pada biasanya akan memikirkan kembali hal-hal yang menurut anggapannya benar dengan tujuan menguji kebenaran yang telah didapatnya.

Pembahasan mengenai manusia, Tuhan, alam, dan hal-hal yang sifatnya transenden atau metafisik sudah ada pada masa awal, yakni di zaman filsuf Yunani. Pembuktian terhadap adanya Tuhan adalah tidak sama dengan pembuktian terhadap hal-hal yang sifatnya empiris dan real, oleh karena pembuktian tersebut bisa dilakukan dengan argumen-argumen yang rasional dan dikuatkan oleh fakta-fakta yang ada. Sehingga filsafat mempunyai peran yang penting dalam hal ini.

Filsafat mempunyai peran penting dalam agama, bahkan dalam hal apa saja. Karena, filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas yang ada dengan menggunakan akal budi. Tak heran Al-Qur'an dalam surah Al-Mulk, ayat 10, menegaskan tentang betapa pentingnya seseorang untuk menggunakan akalnya. Bunyi dari ayat tersebut sebagai berikut:

"Dan mereka berkata: Seandainya kita mendengarkan dan memikirkan. Tak mungkin kita akan menjadi penghuni neraka". (QS. Al-Mulk, ayat 10).

Memikirkan keagamaan merupakan sesuatu yang urgen, hal ini lantaran melihat banyaknya aliran, paham, dan ideologi yang beredar di zaman sekarang. Sehingga, konsekuensinya nanti adalah kebingungan bagi mereka yang tidak mempunyai dasar keagamaan yang kuat. Berhubung agama adalah kepercayaan, maka yang perlu diperkuat adalah dasar dari kepercayaan tersebut, yaitu bukti-buktinya.

Pembuktian Adanya Tuhan Oleh Para Filsuf Barat 

Pada biasanya pendirian orang atheis dianggap sebagai pendirian yang tidak baik oleh sebagian kalangan, namun sebenarnya anggapan seperti itu adalah tidak benar. Karena, Seorang atheis adalah seseorang yang telah menyelidiki alam dunia dan mengambil suatu kesimpulan, bahwa tidak ada bukti-bukti yang cukup untuk menyatakan tentang adanya tuhan, atau ia mempunyai bukti-bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa tuhan itu tidak ada. Seorang atheis berhati-hati dalam mengambil sikap yang ia pillih.

Oleh karena itu, pembuktian dalam hal ini perannya sangat penting untuk menentukan kepercayaan seseorang. Bahkan, bukti juga bisa merubah kepercayaan seseorang. Sekitar tiga macam bukti untuk membuktikan adanya tuhan yang telah dilakukan oleh para filsuf barat klasik, klasifikasinya sebagai berikut:

Pertama, bukti ontologikal. Adapun maksud dari bukti ontologikal ini adalah ide ketuhanan yang universal dan tak terbatas tidak mungkin timbul dari sesuatu yang terbatas. Sehingga, ide tentang ketuhanan telah ditimbulkan oleh tuhan itu sendiri. Dengan kata lain, hanya Tuhan itulah yang tak terbatas, sementara yang lainnya, termasuk akal manusia, bersifat terbatas dan tak sempurna. Konsekuensinya, Tuhan itulah yang sempurna dan tak terbatas  yang telah memunculkan ide ketuhanan tersebut.

Bukti ontologikal ini disusun oleh Anselm (1033-1109) dan disederhanakan oleh Descartes pada permulaan abad modern. Pada biasanya pokok-pokok ide ketuhanan yang ada pada seseorang berupa: tuhan adalah suatu wujud sempurna yang kita tidak dapat menggambarkan wujud lain yang lebih besar dan agung dari padanya. Sementara kalau seorang muslim mendapatkan ide ketuhanannya melalui pelajaran sifat-sifat asma'ul husna yang diperoleh dalam kitab akidah. Tuhan juga merupakan wujud tersendiri, tidak hanya ada dalam pikiran manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun