Mohon tunggu...
Ali Soegiharto
Ali Soegiharto Mohon Tunggu... Insinyur - Menjelang Senja

warga bangsa Indonesia, bukan orang penting, lahir di DCI Jakarta, lewat setengah abad yang lalu, puluhan tahun hilir mudik di Jabodetabek, sedang cemas menanti waktu, kapan semua ini berakhir.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kapitalisme Primordial

20 Agustus 2015   23:23 Diperbarui: 20 Agustus 2015   23:23 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada koran cetak Kompas, 15 Agustus 2015, halaman 7. Terdapat sebuah tulisan yang menarik dari Bagong Suyanto seorang akademisi di Pasca Sarjana Fisip Universitas Airlangga, judulnya adalah "Inovasi dan Kapitalisme Primordial." Secara umum beliau melakukan sebuah Kritik bagi para pengusaha Tanah Air. 

Kewirausahaan yang memulai dan mengembangkan bisnis-bisnis baru merupakan sebuah fenomena yang lebih banyak dielu-elukan ketimbang dipelajari. Namun begitu para wirausahawan dipandang oleh para penentu kebijakan sebagai harapan sumber pertumbuhan lapangan pekerjaan dan produktifitas. Sehingga peran mereka dalam mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting. Kelangkaan atau bahkan ketiadaan mereka akan berarti lambat atau stagnannya pertumbuhan ekonomi yang sedang diusahakan oleh Pemerintah Republik ini.

Tulisan tersebut merupakan sebuah kritik yang mengungkap sebuah pandangan yang memilukan. Dalam artikel ini saya ingin menyajikan kutipan pandangan beliau yang saya anggap sangat penting. Karena merupakan gambaran yang kontradiktif dengan harapan yang dibebankan kepada para wirausahawan dan pengusaha Indonesia.

Beberapa hal yang saya soroti dari tulisan beliau adalah sebagai berikut:

"...mentalitas kerja para pengusaha di Tanah Air ini umumnya cenderung pragmatis. Alih-alih mengembangkan kegiatan usaha yang kompetitif, memiliki daya saing yang kuat dan berorientasi ekspor, para pelaku bisnis di Indonesia tampaknya terbiasa lebih memilih mejadi importir produk global, yang kemudian ditawarkan pada pasar lokal dengan selisih harga tinggi demi memperoleh keuntungan yang besar. Meski kelangsungan usaha seperti ini relatif terbatas, hal ini lebih banyak dikembangkan para pengusaha nasional karena ini cara paling mudah meraup keuntungan besar dalam tempo cepat.

Membangun kedekatan dengan pusat-pusat kekuasaan daripada mengandalkan profesionalisme kerja yang sesungguhnya adalah ciri yang acap kali meandai kapitalisme di Tanah Air. Berbeda dengan pengusaha profesional yang benar-benar tumbuh dari bawah, yang memiliki independensi dengan kekuasaan, kelompok kapitalisme yang tumbuh di Indonesia umumnya adalah kapitalisme yang acap kali menelikung aturan hukum yang berlaku, cenderung tidak tangguh alias rapuh.

...Yang dimaksud kapitalisme primordial adalah kapitalisme yang ditandai dominasi modal dan harta warisan orangtuanya, diperoleh melalui ekonomi rente dan berkembang cepat dengan sendirinya tanpa harus dilalui melalui kerja keras secara profesional.

Dengan ciri seperti itu, mungkinkah para pengusaha di Tanah Air bisa dituntut berinovasi dan menyiasati tekanan yang diciptakan kondisi perekonomian global?

Alih-alih memperlihatkan kreativitas dan mengembangkan langkah-langkah terobosan untuk mendobrak kebuntuan pasar. Apa yang dilakukan para pengusaha nasional umumnya lebih banyak menunggu situasi berubah dengan sendirinya, mencoba bertahan hidup dari simpanan yang dimiliki, sembari melihat-lihat kemungkinan untuk tetap mengerjakan proyek-proyek hasil kongkalikong dengan pusat-pusat kekuasaan."

Dari kutipan diatas, saya menyimpulkan bahwa beliau memandang bahwa pengusaha nasional kita umumnya:

  • pragmatis,
  • kebanyakan memilh jadi pedagang - terutama barang-barang impor,
  • karena itu potensi kelangsungan bisnisnya relatif terbatas,
  • tujuannya adalah keuntungan besar dalam tempo cepat,
  • Berdekat-dekat dengan pusat-pusat kekuasaan lebih dipilih sebagai jalan dibandingkan profesionalisme,
  • Umumnya melakukan penelikungan terhadap aturan hukum,
  • Tidak tangguh dan cenderung rapuh,
  • Oportunis dan memiliki niat yang tidak terpuji.

Pendapat beliau tentunya terbuka untuk suatu argumen yang sehat. Namun untuk saat ini masalahnya adalah bilamana landasan kritik beliau ternyata benar, maka negeri ini memiliki tulang punggung ekonomi dalam wujud kewirausahaan yang sangat rapuh. Kalau tidak ada pembenahan dan terbiarkan, maka cepat atau lambat bangunan ekonomi kita akan runtuh. Karenanya perlu ada inisiatif cepat dan tepat dari warga negara Indonesia untuk menyiapkan diri sebagai untuk menjadi wirausahawan yang tangguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun